Mengenal 6 Tradisi Pingitan di Indonesia. ‘Mengasingkan Diri’ Jelang Hari-H, Demi Apa ya?

Tradisi pingitan di Indonesia

Di berbagai wilayah Indonesia, terdapat beragam budaya yang memiliki keunikannya masing-masing. Satu acara pernikahan saja, prosesi adatnya bisa sangat beragam lo. Namun, beberapa prosesi ini ada juga yang garis besarnya sama. Salah satu contohnya adalah prosesi pingitan. Jika mungkin yang familier adalah pingitan ala tradisi Jawa, ternyata di suku yang lain ada juga lo meskipun dengan sebutan yang berbeda.

Advertisement

Nah, pingitan ini biasanya merupakan prosesi dimana pihak perempuan dipingit atau tak boleh keluar dan bertemu calon mempelai laki-laki. Tradisi ini ada di beberapa daerah di Indonesia lo, simak ulasannya yuk!

1. Di Jawa, tradisi ini cukup populer dan dikenal. Dulu waktu pingitannya cukup lama lo, kalau sekarang sih sudah banyak dikurangi durasinya~

Dipingit di kamar via www.hipwee.com

Pingitan di Jawa dilakukan selama satu hingga dua bulan pada zaman dahulu. Mempelai perempuan tak diijinkan untuk bertemu orang dan keluar rumah lo. Tapi selama masa ini kedua mempelai melakukan perawatan dan juga mendapatkan pelatihan untuk menjadi ibu rumah tangga.

2. Suku Muna melakukan tradisi bernama Karia untuk mendidik anak perempuan sebelum memasuki kehidupan rumah tangga

Tradisi Karia via news.okezone.com

Prosesi Karia dilaksanakan selama empat hari empat malam, dua hari dua malam, atau sehari semalam tergantung kesepakatan. Tradisi ini dilakukan jauh sebelum calon mempelai menikah. Tujuannya adalah untuk membersihkan diri, pembinaan mental, hingga moral agama, dan perilaku.

Advertisement

3. Hampir mirip dengan Pingitan di Jawa, Suku Betawi juga memiliki tradisi yang hampir serupa dinamakan Dipiare

Dipiare via www.hipwee.com

Rentang waktunya dulu juga dilakukan kurang lebih selama sebulan, namun semakin ke sini dilakukannya hanya satu dua hari saja. Pengantin akan dirawat penampilan hingga pola hidupnya agar saat hari-h pernikahan ia bisa tampil sempurna.

4. Di Buton, Sulawesi Tenggara ada upacara Posuo atau Bakurung. Prosesi ini dilaksanakan selama delapan hari di sebuah ruangan bernama suo

Dilakukan berkelompok via deskgram.net

Upacara ini dilakukan secara berkelompok. Perempuan-perempuan ini akan diisolasi dan dijauhkan dari dunia luar, termasuk tak dapat berkomunikasi dengan orang lain kecuali Bisha, yaitu seseorang yang ditunjuk untuk memberikan wejangan kepada calon pengantin.

5. Masyarakat Sumbawa percaya bahwa perempuan yang akan menikah selain dipingit juga sebaiknya melaksanakan puasa

Malamnya luluran juga via dwiasmaranti.wordpress.com

Tidak ada jumlah hari yang jelas untuk melaksanakan puasa, namun untuk pingitannya biasanya dilaksanakan selama satu minggu. Puasa dilaksanakan agar saat hari-h pengantin terlihat paling cantik. Yang unik lagi saat hari-h justru pengantin tak boleh mandi agar tak turun hujan.

Advertisement

6. Jika di beberapa suku pingitan dilakukan sebelum pernikahan, di suku Banjar prosesi Bapingit justru dilaksanakan setelah akad nikah

Prosesi bapingit via pernikahan.asia

Di prosesi Bapingitan ini, mempelai perempuan akan dibatasi kegiatannya di luar rumah. Ia juga akan melakukan beberapa perawatan seperti mandi uap. Selama ini pula ia akan mendapatkan wejangan terkait dengan kehidupannya pasca menikah nanti.

Ternyata walaupun namanya berbeda-beda, tradisi pingitan ada di banyak daerah juga. Sekarang mungkin jangka waktu melakukan hal ini berkurang karena perawatan sudah dilakukan jauh-jauh hari bahkan saat sebelum ada rencana untuk menikah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE