Mengenal Tradisi Jawa Tedak Siten; Upacara ‘Langkah Pertama’ yang Sarat Filosofi Kehidupan

Makna Tedak Siten

Berbicara tentang budaya tradisional, tak dapat dimungkiri lagi bahwa Indonesia memiliki beragam jenis yang terbentang di seluruh negeri. Salah satunya tradisi dalam Jawa adalah Tedak Siten. Bagi sebagian anak muda, mungkin hal ini terdengar asing, karena memang tradisi ini mulai tergerus oleh zaman. Namun, bagi mereka yang masih mempertahankan budaya leluhur, terlebih masyarakat Jawa, tradisi satu ini masih memegang peranan penting.

Advertisement

Jika biasanya tradisi lokal banyak diperuntukkan untuk orang dewasa, beda halnya dengan Tedak Siten. Budaya ini ditujukan bagi seorang bayi Jawa. Prosesinya pun memiliki banyak filosofi yang penuh dengan makna kehidupan. Kalau kamu penasaran, yuk kenali lebih lanjut tentang budaya tersebut lewat ulasan ini!

Dari namanya saja, tradisi ini memang menyimpan banyak makna di balik pelaksanaannya

Tradisi Tedak Siten / IG: antzcreator via www.instagram.com

Melansir dari sebuah artikel yang diterbitkan oleh eprints UNY , Tedak Siten merupakan sebuah budaya tradisional yang berasal dari Pulau Jawa. Budaya yang berbentuk upacara dan perayaan ini dilakukan untuk menyambut bayi pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah tempatnya berpijak. Nama Tedak Siten sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti menapakkan kaki di tanah.

Tradisi ini biasanya dilakukan ketika sang bayi telah menginjak usia 7-8 bulan dengan filosofi agar bayi tersebut nantinya memiliki sifat mandiri di masa depannya.

Advertisement

Meski didampingi dan dituntun oleh kedua orang tuanya, namun pemeran utama dalam tradisi ini tetaplah si bayi

Prosesi upacara Tedak Siten / IG: tedaksiten via www.instagram.com

Dalam prosesi tradisi ini, biasanya akan melibatkan beberapa orang yang dianggap penting. Beberapa di antaranya adalah kedua orang tua bayi, seorang pemandu yang dianggap mengetahui budaya tersebut dan juga kakek serta nenek sang bayi. Namun, meskipun begitu pemeran utama dalam tradisi tersebut tetap sang bayi yang tentunya dengan bantuan orang tuanya.

Untuk mengawalinya, sang bayi akan dituntun untuk menginjakkan kedua kakinya dan berjalan di atas jadah yang memiliki 7 warna berbeda. Jadah tersebut biasanya disusun dengan urutan warna gelap menuju terang. Hal itu dimaksudkan agar bayi tersebut mampu melewati warna-warni rintangan kehidupan di masa depannya.

Selanjutnya, bayi akan dipandu untuk menaiki sebuah tangga yang berasal dari tebu wulung hingga akhirnya bisa mencapai bagian paling atas

Advertisement

Bayi menaiki tangga dari batang tebu / IG: tedaksiten via www.instagram.com

Setelah selesai menapaki jadah dengan 7 warna, selanjutnya bayi akan dipandu untuk menaiki sebuah tangga yang dibuat dari batang tebu wulung hingga dapat mencapai posisi yang teratas. Biasanya, tangga tersebut disusun dengan 7 tingkat yang melambangkan 7 hari yang berbeda.

Pemilihan bahan dari tebu sendiri karena mengambil maknanya yang berarti anteping kalbu, atau dalam bahasa Indonesia adalah ketetapan hati. Setelah dapat mencapai tangga paling atas, hal tersebut memiliki makna agar ketika dewasa nanti sang bayi dapat menjalani hari demi hari dengan keteguhan hati yang kuat. Setelah itu, bayi akan kembali dituntun untuk menginjakkan kakinya di temoat berisi pasir.

Hal yang tak kalah penting dalam upacara ini adalah memasukkan bayi ke dalam kurungan yang telah dihias oleh bunga kantil

Memasukkan bayi ke dalam kurungan / IG: tedaksiten via www.instagram.com

Prosesi yang satu ini merupakan salah satu bagian terpenting dan paling fenomenal selama upacara Tedak Siten berlangsung. Bayi dimasukkan ke dalam kurungan besar yang telah dihiasi dengan bunga kantil, kemudian pada bagian dalam kurungan tersebut diletakkan berbagai macam benda. Mulai dari mainan, alat peraga, buku, uang, dan lain-lainnya.

Kemudian, sang bayi akan dibiarkan memilih beberapa benda di dalam kurungan tersebut. Hal itu memiliki makna bahwa apa yang diambil olehnya adalah representasinya di masa depannya kelak. Saat proses ini, ibu sang bayi dapat menemani bayinya di dalam kurungan agar si kecil tak menangis karena takut.

Upacara diakhiri dengan pelepasan ayam untuk direbutkan oleh para tamu dan bagi-bagi uang

Tradisi diakhiri dengan udik-udik / IG: tedaksiten via www.instagram.com

Setelah menjalani beberapa rangakaian penting, Tedak Siten akan diakhiri dengan melepaskan ayam yang nantinya akan diperebutkan oleh para tamu undangan yang hadir. Selain itu, pihak penyelenggara biasanya juga akan melakukan “udik-udik” atau yang berarti menebarkan uang secara cuma-cuma. Uang yang dibagikan dengan cara dilempar tersebut biasanya berupa uang koin maupun kertas.

Hal itu juga mempunyai makna agar ketika sang bayi tumbuh besar, ia akan paham bahwa dirinya hidup di lingkungan sosial yang mana ia harus berbagi satu sama lain. Selain itu, hal tersebut juga dimaksudkan agar sang bayi dapat bertanggung jawab terhadap kehidupannya bermasyarakat.

Berikut tadi adalah beberapa rangkaian penting upacara Tedak Siten. Meski terlihat sepele, ternyata hal tersebut menyimpan banyak makna yang dalam. Saat ini, tradisi Tedak Siten memang tak seramai dulu. Hal itu diakibatkan oleh beberapa hal, salah satunya karena mahalnya biaya untuk menyelenggarakan acara ini sehingga tak semua kalangan bisa melakukannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

Editor

An avid reader and bookshop lover.

CLOSE