Berbenah Diri Tanpa Kehilangan Jati Diri

Ted Mosby. Bagi yang hobi menonton serial How I Met Your Mother, nama tokoh ini jelas sudah sangat tidak asing lagi. Seorang arsitek yang good looking, berpengetahuan luas, romantis (walau lebih seringnya hopeless romantic), yang percaya akan hadirnya cinta sejati. Sekilas, dia adalah seorang pria idaman para perempuan. Namun, sebagai manusia biasa (walau berada di sebuah kisah fiktif), Ted pun tidak luput dari kritikan Marshall, Lily, Barney, dan juga Robin. Kesalahannya adalah : Ted sering kehilangan jatidirinya demi peremuan yang didekatinya.

Setiap orang terlahir dengan keunikannya masing-masing. Ditambah dengan didikan keluarga, pengaruh lingkungan, pendidikan, dan faktor-faktor lainnya yang membentuk kepribadian manusia, membuat manusia tersebut semakin unik. Rambut ada yang lurus, ikal, kulit ada yang terang dan gelap, ada yang suka matematika, ada yang pecinta sejarah, ada yang liberal, ada yang moderat. Semua dengan ragam dan jenisnya masing-masing.

Dan dalam perjalanan hidup kita, sering kita berinteraksi dengan keragaman-keragaman tersebut. Termasuk dalam perjumpaan kita dengan seseorang yang kita anggap spesial, yang membuat kita jatuh cinta. Jatuh cinta, kata Raisa, berbeda dengan jatuh hati. Karena kata Raisa, jika memang cinta, kita pasti ada keinginan untuk memilikinya. Sedangkan jatuh hati, itu adalah sebuah rasa kagum terhadap pribadi seseorang, tanpa ada rasa untuk ingin memiliki.

Tentu dalam mendapatkan cinta dan mempertahankannya, memantaskan diri adalah hal yang mutlak diperlukan. Namun memantaskan diri yang seperti apa? Memantaskan, berkata dasar pantas, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online berarti : 1. patut ; layak. 2. sesuai ; sepadan. 3. kena benar ; cocok. 4. tidak mengherankan. 5. tampak elok. Di konteks ini, pantas yang akan penulis pakai adalah pengertian nomor 1 dan 2, karena pengertian nomor 1 dan 2 lebih berkaitan dengan masalah kepribadian.

Dalam prosesnya, memantaskan diri tidak semudah apa yang dibayangkan. Banyak dari kita yang dengan alasan memantaskan diri, menjadi kehilangan dirinya sendiri. Ibarat kita pergi ke toko baju, lalu kita membeli baju yang tidak sesuai dengan kepribadian kita.

Baju itu memang bagus, mahal, namun tidak sesuai dengan kepribadian kita, dan bisa jadi, tidak sesuai dengan kondisi diri kita. Kita berhasil memukau orang lain, namun kita kehilangan hal yang lebih besar: jatidiri kita. Memantaskan diri janganlah sampai membuat kita kehilangan diri sendiri. Namun, jadilah versi lebih baik dari dirimu sendiri. Be the better version of yourself.

Memang saat jatuh cinta kita benar-benar kehilangan hal yang sebetulnya kita perlukan betul di saat itu, milik kita yang paling berharga. Hal tersebut bernama logika. Kita bisa dengan senang hati meluangkan waktu kita yang berharga hanya untuk bisa melihat wajahnya, atau hanya genteng rumahnya. Kita bisa kehilangan mood atau nafsu makan jika pesan singkat kita tidak dibalas. Cinta, tidak bisa dipungkiri, bisa membuat kita melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan atau bahkan dugaan. Jika sudah diluar batas, sudah saatnya bagi kita untuk kembali pada logika.

Di manakah batas itu? Menurut penulis, berkorban untuk sebuah cinta itu harus. Mengorbankan waktu, biaya mungkin, tenaga, perasaan, pikiran untuk cinta itu harus. Itu namanya perjuangan. Jika memang kamu yakin dia itu jodoh kamu, kamu harus memperjuangkannya. Namun jangan sampai kamu mengorbankan dirimu sendiri.

Kembali ke analogi belanja pakaian tadi. Jika misalnya kamu kebetulan suka dengan perempuan yang ngefan dengan Lee Min Ho, kamu tidak perlu kok mengubah gaya rambutmu menjadi seperti dia, berjalan seperti dia. Cukup pahami saja bahwa dia suka Lee Min Ho. Pelajari karya-karyanya (untuk sekadar tahu saja), atau menikmati karya-karyanya bersama juga bagus, sesekali. Itu bisa disebut sebagai sebuah perjuangan.

Memantaskan diri itu jauh lebih dari sekedar itu. Memantaskan diri adalah lebih untuk mencocokkan fondasi yang akan kamu dan dia bangun. Menyamakan visi. Tujuan hidup. Mencocokkan filosofi. Bukan hanya masalah kebiasaan. Membicarakan filosofi adalah ranah logika. Itulah pentingnya.

Semisal kamu adalah seseorang yang berpegang teguh dengan nilai – nilai yang berprinsip bahwa memiliki sebuah hubungan di bawah lembaga pernikahan itu penting, agar jika memiliki keturunan nanti, status buah hati kalian dan pasangan itu sah di mata Negara maupun agama. Itu adalah dasar yang sudah tertanam dalam dirimu semenjak kamu tumbuh.

Lalu kamu bertemu dengan seseorang, jatuh cinta kepadanya, namun sayangnya, dia memegang filosofi yang berbeda dari dirimu. Pada saat ini, bukan cinta yang diuji. Namun logika. Di saat seperti ini, kamu bisa kehilangan dirimu atas nama cinta. Kehilangan dirimu yang bisa membuat orang-orang yang sudah lebih dahulu mencintaimu, seperti orang tuamu, sedih. Itu sebuah contoh kasus ekstrim.

Pantaskanlah dirimu, perjuangkan cintamu jika kamu dan dia sudah memiliki prinsip yang sama. Itu adalah sebuah hubungan yang pantas diperjuangkan mati-matian. Dengan fondasi yang sama, sedikit demi sedikit kalian bisa membangun sebuah “rumah” yang indah, dengan segala keragaman dan perbedaan yang memang sudah tertanam di diri kalian masing-masing.

Secara fisik, pantaskanlah diri kamu dengan cara menjadi lebih bugar. Karena bugar tidak hanya sekadar sehat. Mulailah olahraga teratur, memperbaiki gaya hidup, lebih banyak makan sehat. Bukan dengan mengubah gaya rambut kamu, warna kulit kamu. Karena saat kamu bugar, semua akan terasa lebih mudah. Be the healthier version of yourself.

Secara intelektual, bisa dengan lebih memperdalam hobi kamu. Jadilah nerd seperti Ted Mosby, jika itu berhubungan dengan kesukaan kamu. Pasangan kamu pasti akan mendukung hobi kamu jika kamu serius menggelutinya. Jika kamu menguasai hobi kamu dengan baik dan dalam, tentu akan memudahkanmu dalam menjelaskan seluk beluk hobimu kepadanya.

Seperti menjelaskan peraturan offside secara simple kepadanya. Atau kenapa Bruce Wayne itu adalah alter ego dari Batman, bukan kebalikannya. Perluas wawasan juga dengan lebih memahami kegemarannya, hobinya. Agar pembicaraan jadi lebih seru dan asyik. Beri dia keleluasaan dalam menikmati hal-hal yang digemarinya. Lebih rajin dan tekunlah dalam bekerja, agar orang tuanya juga berpikir bahwa kamu pantas menggantikan peran mereka dalam menjaga anak mereka. Itulah perjuangan dan pemantasan diri.

Yang tidak kalah penting adalah, persiapkan, pantaskan, dan mantapkanlah mentalitasmu. Tetap berpegang teguh pada filosofi hidupmu. Pada fondasi yang telah terbentuk dan kamu yakini dengan baik. Pada nilai–nilai baik yang telah ditularkan oleh keluarga kamu. Jangan sampai lupa daratan dan membuatmu tercabut dari akarmu, yang telah membuatmu tumbuh. Niatkanlah hubunganmu untuk hal yang baik dan mulia. Seperti kata pepatah yang tertulis di buku tulis: There’s a will, there’s a way.

Pantaskanlah dirimu tanpa kehilangan dirimu. Perjuangkanlah jodohmu. Karena pada akhirnya, yang kamu inginkan adalah dia mencintai dirimu yang seutuh-utuhnyakan?

- Alugara -

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Im Bimo and you are you.