Bedanya Bukber Jadul dan Kekinian, Dulu di Masjid Nyari Gratisan Sekarang Milih di Hotel Berbintang

Hipwee Jurnal : Bukber Dulu vs Sekarang

Jogja, circa 2010-2011

Advertisement

Jakal dan Gejayan belum semacet sekarang. Konsentrasi manusia bukanlah di jalan-jalan, melainkan di spot-spot bukber gratisan. Aku inget banget di jalur sepanjang lembah UGM, sampai ke maskam hingga perempatan Sagan, itu tumplek blek isinya manusia. Sebagian memang beli jajanan di tepi jalan seperti es campur, es degan, atau bakwan kawi, tapi lebih banyak lagi yang menyimak kajian buka bersama di Masjid Kampus.

Kajiannya bonus, intinya sih bukber gratisan dong. Biasanya ada ribuan nasi bungkus dengan teh anget buat buka para mahasiswa yang bisa disebut sobat misqueen, sayang istilah tersebut belum ada di masa itu. Sekedar nasi telur dan bakmi sudah cukup bikin mengucap “Alhamdulillah” kala itu.

Buka puasa gratisan di Jogja ada di mana saja?

buka puasa di jogja via www.suratkabar.id

Tak jauh dari lembah, ada pula konsentrasi massa di Masjid Nurul Islam Jakal, yang lokasinya tepat di seberang Rumah Makan Sederhana Jalan Kaliurang yang harganya tidak sederhana sama sekali ini. Tampak banyak almamater dan korsa jurusan maupun fakultas yang dikenakan banyak orang di sana saat jelang buka.

Advertisement

Mahasiswa dengan jaket-jaket heroik ala Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas X, Keluarga Muslim Fakultas Y, komunitas origami, organisasi advokasi dan pecinta kucing, semua berkumpul di masjid itu demi nasi padang. Ya tentu sponsornya rumah makan yang harganya sangat tidak sederhana tadi.

Usut punya usut, siapa yang datang duluan dan duduk di dua baris pertama, bakalan dapat nasi padang. Sementara di belakangnya dapat nasi kotak, belakangnya nasi bungkus, yang paling terakhir datang dapat kurma doang. Ini aku pernah cuma dapat kurma pas datang pas adzan Maghrib. Sial sih. Tau gitu ke Maskam UGM aja.

Kalau mau sedikit mewah ke Masjid Kauman di hari Kamis aja

gulai kambing nih via ngonoo.com

Advertisement

Kalau hari Kamis, bersama teman-teman mahasiswa lainnya, naik motor ke Masjid Gedhe Kauman. Maklum kalau hari Kamis menunya gulai kambing. Cukup mewah dibanding nasi bungkus-isi telor-dan-bakmi ala Masjid Kampus. Kalau hari lain nyobain Masjid Jogokaryan yang punya kampung Ramadan. Sesekali ke Masjid At Takwa Minomartani demi mendapat buka puasa ‘prasmanan’ yang bisa ngambil makanan sendiri (nambah nasi dan sayur). Nah tempat ini dulunya jarang ada yang tahu nih. Kalau gerombolan korsa BEM dan lain-lain udah tau, bisa ekspansi ke sana semua tuh!

Kalau lagi duit ada sih biasanya tetep ke warung makan sih, ya standarnya warung SS atau Pondok Cabe. Kalau ada yang nraktir boleh lah Warung Steak (WS). Tapi ya sebulan 1-2 kali lah. Duitnya buat mudik ke kampung halaman daripada buat bukber mahal-mahal.

Lain dulu lain sekarang, bukber kekinian di hotel kini jadi pilihan

Jogja, Mei 2019

Tren bukber gratisan mungkin kini kurang terlalu populer di mata generasi millenial. Awal bulan puasa tahun ini, di grup-grup WA sudah beredar daftar hotel di Jogja buat bukber beserta promonya. Mulai dari hotel bintang 3 sampai bintang 5 semua berebut anak muda yang pengen bukber dengan fancy dan keren dibikin IG stories. Malu dong bikin stories pas bukber di masjid. Kaya nggak modal amat. Hehehe.

Bukber di hotel all you can eat 100 ribuan tampaknya lebih fancy dan kekinian sih ya~

bukber di hotel via www.gudeg.net

Tren bukber di hotel sudah marak 2-3 tahun terakhir. Untuk itu jalur-jalur utama menuju hotel sangatlah padat. Sejam sebelum buka sudah sampai hotel buat bikin konten foto dan video, jangan lupa makanannya dipotret dari segala penjuru. Tuntutan untuk tampil fancy dan ngehits bikin anak muda sekarang lebih memilih bayar mahal asal sepadan dengan hasil yang didapatkan. Maka tak heran promo bukber di hotel bintang dengan konsep all you can eat laris manis, setidaknya dalam 2-3 tahun terakhir.

Sebenarnya harganya sama sekali tidak murah, berkisar di angka 75-150 ribuan per pax-nya. Promonya macam-macam, ada yang bayar 3 gratis 1, bayar 10 gratis 1, bayar 10 dapat 15 dan seterusnya. Bayangkan dengan nasi bungkus-isi telur-dan-bakmi ala Masjid Kampus UGM, bisa dapat 10-20 porsi dong. Tapi ini bukan perkara menghemat uang. Bagi generasi muda sekarang, uang segitu nggak banyak kok. Worth it sih untuk mendapat konten IG stories yang ciamik. Hehehe.

Kalau beda lantas kenapa? Ya baguslah, berarti kini sudah makin sejahtera dong orang Jogja. Hehehe. Menu bukber di masjid bisa lebih bermanfaat buat orang-orang yang lebih berhak. Bedanya bukber yang pertama dan kedua adalah, kalau yang kedua biasanya nggak lanjut salat Isya dan Tarawih. Lha gimana, kekenyangan coy!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Traveler Baper, Penghulu Kaum Jomblo

Editor

Traveler Baper, Penghulu Kaum Jomblo

CLOSE