Panduan Jadi Bucin Elegan Ala Hipwee

Lagi-lagi istilah baru. ‘Bucin’ dengan kepanjangan ‘budak cinta’ mulai akrab merakyat setidaknya satu-dua tahun belakangan. Istilah ini kerap digunakan untuk melabeli mereka yang dianggap dibutakan oleh cinta. Dihunjamkan kepada mereka yang bertindak di luar wajar atas nama “sayang” atau seakan rela menerjunkan diri ke jurang demi menyenangkan pasangannya.

Menariknya, popularitas istilah ‘bucin’ ini menunjukan bahwa pada faktanya memang banyak sekali orang yang berdarah bucin.  Atau jangan-jangan secara natural memang begitulah jatuh cinta? Padanan katanya saja “jatuh”, lumrah bila sesekali melahirkan korban. Makanya Hipwee sebenarnya agak terganggu dengan fenomena ketika istilah atau konsep bucin kemudian ramai-ramai sekadar digunakan sebagai perangkat olok-olok.

Lah, apa salahnya banyak-banyak mencintai? Daripada diperbudak benci, lebih baik diperbudak cinta. Bukankah setiap orang memiliki cara mencintai yang berbeda-beda? Rasanya bucin adalah fase yang pasti dilewati setiap orang yang sedang jatuh cinta.

Hal pahit terasa manis dan yang buruk terasa indah.

Namun, terkadang harus diakui pula bila memang ada spesies bucin yang berada di tahap tidak sehat, baik secara akal maupun mental. Apalagi mereka yang berpegang bahwa cinta sama dengan hasrat untuk memiliki dan dimiliki.

Lewat e-book ini, Hipwee tidak melarang kamu menjadi bucin. Tapi membekalimu menjadi bucin yang elegan. Menyuguhkanmu perspektif-perspektif baru untuk menemukan relasi asmara yang tidak saling melukai. Bahkan, menjalani hubungan bukan sekadar atas nama cinta belaka, namun juga sebagai proses membuat satu sama lain menjadi sosok yang lebih baik.