BKKBN dan John Hopkins CCP Tutup Program ‘Pilihanku’ Setelah Berjalan Selama 7 Tahun

Program Pilihanku BKKBN

Untuk dapat menciptakan keluarga Indonesia yang berkualitas, dibutuhkan usaha yang besar dan waktu yang nggak sebentar. Hal ini bisa dilihat salah satunya dari upaya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang menjalankan program “Pilihanku” bersama Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP) sejak tahun 2014 lalu hingga berakhir hari ini, Selasa (22/6/2021).

Selama tujuh tahun perjalanan program Pilihanku, BKKBN dan JHCCP berupaya untuk dapat meningkatkan kinerja program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, dengan mengusung empat komponen kerja, meliputi penguatan permintaan KB, penguatan tenaga dan fasilitas kesehatan, kesehatan reproduksi remaja, dan penguatan manajemen program KB. Dari sana telah lahir banyak instrumen yang berhasil mengawal kesuksesan program KB.

“Program Pilihanku yang sungguh luar biasa telah melahirkan banyak instrumen dan modal yang bisa (terus) dipakai BKKBN untuk mengawal kesuksesan program KB di Indonesia. Piranti untuk menuju kualitas keluarga yang baik hari ini tersempurnakan,” kata Kepala BKKBN, Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K) dalam acara selebrasi dan penutupan program Pilihanku, Selasa (22/6/2021).

Program Pilihanku membawa BKKBN turut serta dalam tren global

Kepala BKKBN, Dr. (HC), dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K) dalam acara selebrasi dan penutupan program Pilihanku, Selasa (22/6/2021) (dok. Tangkapan layar/Zoom)

Instrumen yang lahir dari perjalanan program Pilihanku sangat komprehensif. Dari komponen penguatan permintaan KB, di antaranya lahir platform SKATA, Kampung KB, dan PKB serta kader yang makin terlatih. Pada komponen penguatan tenaga dan fasilitas kesehatan, program ini melahirkan Strategi Kesadaran Berimbang – Keluarga Berencana (SKB-KB), dan Rantai Pasok yang terintegrasi dengan aplikasi SIRIKA untuk memantau ketersediaan alat dan obat kontrasepsi secara real-time.

Sementara pada komponen kesehatan reproduksi remaja, program Pilihanku mencoba memfasilitasi kebutuhan remaja yang unik dan spesifik melalui Modul Tentang Kita. Modul yang ditujukan sebagai pegangan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja ini didesain untuk menjawab segala kebutuhan remaja usia 10-24 tahun terkait masa depan dan kesehatan reproduksi. Upaya yang sama juga dilakukan melalui Dokter Gen Z, sebuah situs edukasi seksualitas dan kesehatan reproduksi untuk remaja.

Ilustrasi perjalanan dan aktivasi program Pilihanku (dok. Tangkapan layar/Zoom)

Sedangkan pada komponen terakhir, yaitu penguatan manajemen program KB, merupakan ruang bagi BKKBN untuk berbenah persoalan non teknis, seperti dengan melakukan re-branding, memperkuat leadership di kalangan pejabat pusat dan provinsi, hingga menginisiasi Data Dashboard, dan mulai lebih mengandalkan data dalam mengambil keputusan.

Deputy Director and Technical Director JHCCP Baltimore, Alice Payne Merrit, menyebut bahwa program Pilihanku dan beragam instrumen yang dilahirkannya telah menyertakan BKKBN ke dalam tren global yaitu digitalisasi. Ia juga mengatakan BKKBN sebagai pemimpin global dalam mengintegrasikan program gizi dan penurunan stunting.

“BKKBN telah ikut dalam tren global, yaitu digitalisasi. Semua alat bantu digital yang dilahirkan program Pilihanku akan membantu menjangkau keluarga muda dan kaum remaja. Mengintegrasikan program gizi dan penurunan stunting menjadikan BKKBN pemimpin salah satu tren global. Saya mengucapkan selamat kepada dr. Hasto atas kepemimpinannya,” kata Alice.

Perihal program Pilihanku dan keberlanjutan yang sudah disiapkan

Country Representative JHCCP Fitri Putjuk (dok. Tangkapan layar/Zoom)

Senada dengan Kepala BKKBN, Country Representative JHCCP, Fitri Putjuk, menyampaikan ditutupnya program Pilihanku bukan sebuah akhir. Menurutnya, ini merupakan sebuah kemenangan yang patut dirayakan dan dilanjutkan, karena selama perjalanannya telah melahirkan produk-produk yang nyata dan hasil-hasil yang luar biasa.

“Ini adalah perayaan kemenangan JHCCP dan BKKBN. Harapan saya, produk-produk yang sudah dihasilkan program Pilihanku akan tetap langgeng, tetap dipakai. Mudah-mudahan bisa (terus) memberi kontribusi terhadap masyarakat di Indonesia, sehingga bisa mendukung BKKBN dalam mencapai tujuannya,” ujar Fitri.

Dijelaskan bahwa program Pilihanku yang selama tujuh tahun terakhir terfokus di enam provinsi Indonesia, yaitu: Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ini diprakarsai salah satunya oleh Bill & Melinda Gates Foundation, pasca gelaran London Summit.

BKKBN yang turut hadir pada gelaran tersebut menunjukkan komitmen untuk menyukseskan KB, dan Bill & Melinda Gates Foundation menjadi salah satu yayasan yang memberikan dukungan dana kepada Indonesia untuk meningkatkan capaian KB, yang mana pada saat itu telah 10 tahun stagnan.

“Oleh karena itu, kita memilih enam provinsi tersebut, yang mana pada saat itu capaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) rendah dan KB-nya stagnan. Selain itu kita secara kolektif memilih enam provinsi tersebut karena diketahui punya komitmen tinggi menyukseskan KB,” lanjut Fitri.

Meski sejak awal difokuskan kepada enam provinsi saja, Direktur Program Pilihanku, Yunita Wahyuninggrum, menjelaskan bahwa dalam dua tahun terakhir mereka telah mempersiapkan keberlanjutan program tersebut untuk masyarakat lebih luas, bermodalkan instrumen atau produk-produk yang sudah dikembangkan dan terintegrasi ke dalam sistem BKKBN.

“Program Pilihanku ingin menjangkau pasangan usia subur dan keluarga untuk mendapatkan informasi, sehingga mereka dapat memilih metode yang tepat pada waktu yang tepat sesuai tahapan kehidupannya. Dalam 2 tahun terakhir kami sudah mempersiapkan keberlanjutan dari beragam modal yang sudah dikembangkan,” jelas Yunita.

BKKBN luncurkan tiga produk untuk lanjutkan semangat program Pilihanku

Ki-ka: Tiga produk yang diluncurkan BKKBN, Aplikasi BIMA, Buku 51 Tahun Bermitra Internasional, dan Ambassador Talks (dok. Tangkapan layar/Zoom)

Beberapa dari bentuk keberlanjutan yang dimaksud Yunita tersebut turut diluncurkan BKKBN sejalan dengan selebrasi penutupan program Pilihanku. Terdapat tiga produk dan program yang diluncurkan. Pertama, aplikasi Belajar Mandiri (BIMA) yang terintegrasi dengan aplikasi SIRIKA. Aplikasi ini akan menghadirkan berbagai kelas dengan jadwal yang fleksibel. Materi kelas akan didasarkan pada temuan-temuan sepanjang program Pilihanku.

“Pada tahap awal, aplikasi ini hanya bisa diakses oleh karyawan BKKBN seluruh Indonesia, khususnya para pejabat dan koordinator bidang untuk memahami materi terkait tugas mereka di lapangan. Ke depannya kita akan kembangkan untuk bisa diakses keluarga besar BKKBN termasuk kader di seluruh Indonesia,” terang Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Rizal Matua Damanik.

Produk atau program kedua yang diluncurkan untuk melanjutkan semangat program Pilihanku adalah Ambassador Talks, sebuah inisiasi pusat pelatihan dan kerja sama internasional. Program ini akan secara rutin menghadirkan para duta besar dari negara-negara lain untuk berdiskusi tentang isu kependudukan, KB, dan stunting, dengan fokus global. Gelaran ini sudah digelar sebanyak dua kali.

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Rizal Matua Damanik (dok. Tangkapan layar/Zoom)

Produk terakhir adalah sebuah buku berjudul “51 Tahun BKKBN Bermitra Internasional”. Buku ini berisi kiprah dan ihwal perjalanan kemitraan internasional BKKBN dalam menjalankan program KB. Ketiga produk atau program tersebut, kata Rizal, akan menjadi salah satu upaya nyata dalam meningkatkan kinerja program Bangga Kencana ke depannya.

“Ketiga program ini merupakan upaya Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN dalam meningkatkan kinerja program bangga kencana, dan sebagai wujud kontribusi BKKBN yang berperan aktif di kancah internasional,” imbuh Rizal.

Perjalanan panjang program Pilihanku, kata Associate Program Officer Family Planning, Kaleigh Macdaniels yang hadir mewakili Bill & Melinda Gates Foundation, merupakan suatu keberhasilan yang memang selayaknya dirayakan. Karena menurutnya, secara konsep program ini akan sulit diwujudkan dalam skala nasional. Itu karena terdapat banyak pendekatan berbasis konsumen yang dilakukan.

“Program ini secara konsep nasional sangat sulit. Namun, berkat kerja sama yang erat dan dinamika dalam perjalanannya program ini berhasil. Kemitraan dalam program bertambah kuat di bawah kepemimpinan dr. Hasto,” ujar Kaleigh.

Sebagai catatan, program Pilihanku yang dimulai tahun 2014 telah melibatkan empat Kepala BKKBN, di mana dr. Hasto baru bergabung kurang lebih dua tahun terakhir. Keterlibatannya yang terbilang singkat dalam program Pilihanku nyatanya dapat membawa akhir yang gemilang. Karena seperti kata Fitri Putjuk, program ini ditutup dengan happy ending.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi