Bukan Cuma Rame-ramean Doang, Begini Asal-usul 5 Lomba Khas 17 Agustus yang Unik Abis

Hari Kemerdekaan telah tiba! Meski semangat kemerdekaan mestinya terus harus berkobar tiap hari, tiap 17 Agustus pastinya semangatnya ekstra membara. Perayaan 17 Agustus tiap tahunnya diisi dengan berbagai tradisi spesial yang diikuti oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Selain upacara bendera, ada serangkaian lomba-lomba khas 17 Agustus yang pastinya pernah kamu ikuti di sekolah atau lingkungan tempat tinggalmu. Meski dua tahun belakangan, kita harus merayakannya dalam situasi yang berbeda karena pandemi, tapi tetap saja hari ini patut dikenang.

Advertisement

Nah, pernah kepikiran nggak sih, kok lomba 17-an itu aneh-aneh ya

Dari panjat pinang, tarik tambang, sampai lomba makan kerupuk. Kenapa juga nggak lomba lari atau atletik biasa? Sebagaimana dilansir dari Kompas , sejarawan J.J Rizal menjelaskan bahwa perayaan kemerdekaan dengan lomba-lomba unik tersebut mulai bermunculan pada tahun 1950-an. Bukan cuma asal-asalan aja,  tiap lomba 17-an ternyata memiliki sejarah dan filosofi mendalam. Dijelaskan juga bahwa pada umumnya, lomba-lomba itu memang sarat dengan pengaruh penjajah kita yaitu Jepang dan Belanda. Penasaran bagaimana ceritanya?! Yuk simak bareng ulasan spesial Hipwee News & Feature edisi 17 Agustus ini!

Advertisement

1. Panjat pinang, lomba ini sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Katanya, lomba ini sebenarnya memiliki sejarah kelam. Dulunya jadi semacam atraksi hiburan bagi orang Belanda

Meski sejarahnya dulu kelam, sekarang udah jadi kegiatan positif kok! via www.hipwee.com

Berbagai foto lama semasa zaman kolonial Belanda memperlihatkan bahwa permainan seperti panjat pinang yang kita kenal sekarang, sudah ada. Dulunya permainan ini dianggap sebagai hiburan dalam acara-acara penting bagi orang Hindia Belanda seperti pesta pernikahan. Yang seringkali dipermasalahkan adalah bagaimana inti dari acara hiburan tersebut tampaknya merendahkan orang pribumi. Dari foto-foto lama itu terlihat hanya orang-orang pribumi memanjat dan memperebutkan barang-barang seperti celana atau baju, hadiah yang tentunya termasuk barang mewah pada masa itu. Sedangkan orang Belanda tampaknya hanya ‘menikmati’ tontonan tersebut.

Tidak sedikit juga orang yang protes kenapa tradisi kelam itu terus dilestarikan. Tapi di sisi lain, bukankah justru hebat jika bangsa kita bisa mengubah memori kelam jadi sesuatu yang positif? Mungkin saja panjat pinang berawal sebagai sebuah bentuk penjajahan, tapi kini lomba ini malah jadi simbol gotong royong dan semangat pantang menyerah. Semasa Hindia Belanda dulu, orang-orang Belanda mungkin hanya tertawa melihat orang meluncur di tiang bambu yang licin. Tapi lomba panjat pinang sekarang justru jadi semacam pelajaran hidup bahwa kamu tidak akan bisa menang jika mementingkan ego masing-masing.

Advertisement

Lihat saja, meskipun awalnya peserta akan berusaha memanjat tanpa bantuan orang lain, tapi akhirnya mereka harus bekerjasama menjadi tumpuan satu sama lain untuk mencapai puncak. Hadiahnya pun akhirnya sering dibagi-bagi.

2. Balap karung, lomba ini sebenarnya memang seakan-akan mengingatkan kita pada zaman penjajahan Jepang. Karung goni digunakan sebagai pakaian karena rakyat dulu sangat miskin

Lompatan terindah nih via adat-ku.blogspot.co.id

Meskipun nampaknya sepele, tapi lomba balap karung ternyata punya filosofi yang cukup dalam. Sebelum masa kemerdekaan, terutama selama penjajahan Jepang, orang-orang Indonesia mengalami masa yang serba kekurangan. Termasuk dalam hal sandang. Pada masa itu karung goni pun digunakan sebagai pakaian dan tentu saja nggak sekedar gatal dan panas, tapi karung goni sangat tidak layak dijadikan pakaian. Bagaimana pemain jatuh tersungkur dan bangkit kembali juga menggambarkan bagaimana berjuang sekuat tenaga dengan segala keterbatasan. Jadi terharu ya mengingat perjuangan para pendahulu kita.

3. Makan kerupuk, lomba ini pun terinspirasi dari kondisi serba kekurangan di Indonesia selama penjajahan. Karena semuanya terbatas, semua orang diperlakukan secara setara

Jangan mau kalah, habisin! via fresh.suakaonline.com

Nah lomba makan kerupuk ini bisa dibilang lomba yang paling merakyat saat 17-an. Selain menyiapkan lomba ini nggak pakai ribet, hanya mengikatkan tali dan kerupuk aja lalu ditata sejajar. Lombanya pun sangat simpel dan mudah diikuti. Biasanya sih, lomba makan kerupuk selalu jadi lomba buat anak-anak dan ini pun sudah cukup bikin penonton heboh sendiri. Ternyata lomba makan kerupuk punya filosofi mendalam soal kesetaraan dan kesederhanaan.

Kerupuk melambangkan kesetaraan , dimana makanan ini bisa dinikmati dan disukai oleh semua kalangan. Baik orang kaya maupun miskin, kerupuk tidak melambangkan suatu status sosial tertentu dan digemari hampir semua orang. Nggak nyangka ya cuma kerupuk dan tali pun ada filosofi tersendiri.

4. Perang bantal nggak sekedar perang seru-seruan. Lomba ini mengajarkan makna bertahan yang sesungguhnya

Wah pakai hel m tinju segala nih, safety first! via phenabiru.wordpress.com

Lomba perang bantal ini memang cenderung sulit dan menguras banyak tenaga. Mempertahankan tubuh untuk tetap seimbang duduk diatas bambu sembari menyusun strategi buat melumpuhkan lawan nggak semudah teriak-teriak menyemangati anggota keluarga buat menang lomba lho. 😀 Meskipun hanya bersenjatakan bantal yang sama sekali nggak mematikan, nyatanya memang sulit mempertahankan posisi duduk sementara memusatkan kekuatan untuk menjatuhkan musuh. Ini adalah bagaimana pejuang kita terus bertahan dibawah tekanan para penjajah.

5. Nah kalau lomba tarik tambang, jelas bermakna persatuan dan kerjasama dalam tim

Sampai keseret-seret tetap berjuang via tenthood.blogspot.co.id

Tarik tambang nggak hanya membutuhkan kekuatan ekstra, tapi juga soal taktik dan strategi penempatan formasi peserta dan kontribusi maksimal dari setiap individu yang ada. Kekompakan tim memang sangat dibutuhkan, tapi soal ketangkasan juga nggak kalah. Meskipun secara logika kita hanya membutuhkan tenaga buat menarik tambang, tapi kalau kita tidak menggunakan strategi kita bisa kalah lho.

Sama juga dengan bagaimana pejuang kita merebut kemerdekaan. Meskipun persenjataan kita tidak sekuat lawan, namun dengan strategi dan kontribusi dari setiap elemen masyarakat akhirnya kita bisa merebut kemerdekaan. Itu filosofi sebenarnya dari tambang yang dilambangkan sebagai simbol kemerdekaan Indonesia.

Lomba-lomba khas 17-an ini ternyata punya makna yang dalem banget dan sesuai dengan perjuangan bangsa Indonesia merebut kemerdekaan. Orang-orang pendahulu kita yang membudayakan lomba-lomba Agustusan ternyata nggak sekedar asal pilih lomba aja. Ada faedah di setiap lomba yang memeriahkan peringatan proklamasi kita. Yuk sekarang lebih peduli dan memaknai kemerdekaan, jangan terpecah belah ya guys! 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day

CLOSE