Demi Dongkrak Angka Kelahiran, China Beri Cuti Nikah 30 Hari dan Dibayar

Penurunan drastis jumlah populasi di China membuat pemerintahnya semakin ketar-ketir. Berkurangnya angka kelahiran di Negeri Tirai Bambu tersebut merupakan masalah serius, terlebih selama ini China dikenal sebagai negara dengan roda perekonomian yang sangat maju. Melansir CNN Indonesia (Rabu, 22/02), tahun 2022 populasi China mengalami penurunan secara drastis untuk pertama kalinya dalam enam dekade, yakni 6,77 kelahiran per 1000 wanita.

Mengantisipasi ancaman krisis angka kelahiran ini, pemerintah China mengeluarkan kebijakan terbaru yaitu memberi cuti nikah 30 hari dan dibayar untuk para pengantin baru. Mulanya pemerintah China hanya memberi cuti tiga hari untuk pengantin baru. Namun, kini ada penambahan 27 hari serta tunjangan berbayar dari pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan angka kelahiran.

Pemerintah China keluarkan kebijakan cuti 30 hari bagi pasangan pengantin baru

cuti menikah 30 hari untuk warga China

Pemerintah berikan cuti menikah selama 30 hari dan dibayar untuk pengantin baru / Credit: Photo by East Meets Dress on Unsplash

Menurut laporan People’s Daily, media corong Partai Komunis di China, Beberapa provinsi di China resmi mengeluarkan kebijakan yakni memberikan cuti 30 hari dan berbayar untuk pasangan pengantin baru. Dengan adanya kebijakan ini, pemerintah daerah tersebut berharap angka pernikahan serta angka kelahiran di negaranya meningkat.

Cuti nikah yang dibayar oleh pemerintah China hanyalah tiga hari. Namun, mengingat negara tersebut sedang mengalami krisis angka kelahiran, sejumlah provinsi di China telah mampu memberikan tunjangan yang lebih besar juga pertimbangan matang, kini cuti menikah ditambah jadi 30 hari dan dibayar pula.

Hal serupa dikatakan oleh Dekan Institut Pengembangan Sosial Universitas Keuangan dan Ekonomi Southwestern, Yang Haiyang. Melansir CNN Indonesia, Yang Haiyang mengungkapkan jika kebijakan ini merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan angka kelahiran di China.

“Memperpanjang cuti menikah adalah salah satu cara efektif untuk meningkatkan tingkat kesuburan.” ungkap Yang Haiyang.

Sejumlah provinsi di China yang telah menerapkan cuti menikah 30 hari dan berbayar ini di antaranya yaitu provinsi Barat Laut Gansu dan provinsi penghasil batu bara Shanxi mengizinkan cuti selama 30 hari. Sedangkan Shanghai memberikan cuti sebanyak 10 hari, disusul Sichuan yang hanya tiga hari.

Pemberlakuan kebijakan cuti menikah berbayar ini dilakukan di sejumlah provinsi. Yang Haiyang menambahkan cuti ini diberlakukan di sejumlah provinsi dan kota dengan tingkat ekonomi yang masih dikatakan lambat dibandingkan wilayah lainnya.

“Perpanjangan cuti menikah (terjadi) terutama di beberapa provinsi dan kota dengan perkembangan ekonomi yang relatif lambat.”jelas Yang Haiyang.

Angka kelahiran di China terus merosot, dikhawatirkan akan berdampak buruk bagi masa depan China juga dunia

China berikan cuti 30 hari untuk pengantin baru

Angka kelahiran di China terus menurun / Credit: Photo by Rui Xu on Unsplash

Penurunan populasi tengah menjadi permasalahan serius bagi pemerintah China. Pasalnya, melansir Kompas.tv (Selasa, 17/01), Badan Pusat Statistik China mencatat jumlah penduduk China di akhir tahun 2022 berkurang sebanyak 850 ribu orang jika dibandingkan tahun 2021. Perhitungan tersebut hanya mencakup China daratan saja dan tidak termasuk Hong Kong, Makau serta orang asing yang bermukim di China.

Penurunan populasi ini terjadi untuk pertama kalinya di China dalam waktu enam dekade atau 60 tahun terakhir. Diketahui total populasi di China hanya ada 1,41 miliar jiwa yang mana jumlah tersebut didominasi penduduk laki-laki yang mencapai 722,06 juta dan perempuan sebanyak 689,69 juta.

Fenomena penurunan populasi di China ini diduga akibat kebijakan ketat satu anak dan preferensi untuk memiliki anak laki-laki demi melanjutkan nama keluarga. Namun, tahun 2016 kebijakan tersebut telah dicabut dan pemerintah berupaya mendorong warganya untuk memiliki anak dua ataupun tiga. Sayang, tingkat keberhasilannya sangat kecil dan angka kelahiran tetap merosot.

Masih dari Kompas.tv, penurunan populasi China mulai menurun 9-10 tahun lebih awal dari perkiraan pemerintah. Sementara itu, dilansir dari DW (Selasa, 17/01), para ahli dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memprediksi populasi China akan merosot 109 juta pada tahun 2050.

Ahli demografi dan pakar tren populasi China di University of Wisconsin-madison, Yi Fuxian mengkhawatirkan buruknya kondisi perekonomian China di masa depan akibat penurunan populasi.

“Prospek demografis dan ekonomi China jauh lebih buruk dari yang diharapkan. China harus menyesuaikan kebijakan sosial, ekonomi, pertahanan, dan luar negeri.” Ucap Yi Fuxian dikutip dari DW.

Tak hanya itu saja, Yi Fuxian menyebutkan penyusutan populasi China ini akan benar-benar menjadi mimpi buruk bagi China juga dunia. Yi Fuxian menjelaskan bahwa kondisi ini memengaruhi jumlah tenaga kerja di negara tersebut dan penurunan dalam proses manufaktur yang akan semakin memperburuk tingginya harga serta inflasi di Amerika Serikat juga Eropa di masa depan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Writing...