Hacker Tidak Selalu Jahat, Mereka Juga Bisa Jadi Pahlawan Penyelamat Cyber Crime. Ini Buktinya

Seminggu terakhir ini, dunia sedang mengalami salah satu serangan cyber terburuk dalam sejarah. Kejahatan di era digital ini sungguh mengerikan. Hanya karena kelakuan satu pihak mengembangkan ransomware WannaCry, dampak kerusakan dan kerugiannya bisa menyebar ke 100 negara hanya dalam hitungan menit. Perusahaan mobil dunia Renault, ratusan rumah sakit nasional di Inggris, dan tidak bisa beroperasi karena data-data pentingnya ‘dikunci’ oleh malware ganas ini.

Yang lebih mengerikan daripada dampak globalnya, pelaku dibalik cyberattack ini sulit sekali ditangkap. Bahkan seringkali kasus-kasus peretasan atau cyberattack, akhirnya hanya dilabeli serangan hacker. Alhasil hacker jadinya dicap negatif semua, padahal tidak begitu adanya. Perang cyber yang berlangsung akhir minggu kemarin juga berhasil dihentikan oleh seorang hacker. Jadi sebelum salah kaprah menganggap semua hacker itu penjahat, baca dulu deh ulasan Hipwee News & Feature ini!

Inilah mengapa dinamakan perang cyber. Ketika serangan virus muncul, seringkali ada pahlawan penyelamat, contohnya pemuda 22 tahun yang mampu menghentikan malware WannaCry kemarin

Identitasnya baru terungkap, nama sebenarnya dari @MalwareTech adalah Marcus Hutchins via standard.co.uk

Seorang pemuda asal Inggris tampaknya pantas menyandang gelar pahlawan dunia. Di saat ransomeware WannaCry sedang gencar menginfeksi sejumlah perangkat komputer, pemuda 22 tahun yang awalnya merahasiakan identitasnya ini mengaku tanpa sengaja berhasil mengurai kode program dari virus tersebut dan menemukan bagian program yang dapat menghentikan serangan tersebar semakin luas. Bagian program itu dikenal dengan sebutan ‘killswitch‘.

Pemuda dengan akun Twitter @MalwareTech yang kemudian diidentifikasi sebagai Marcus Hutchins ini, berhasil menghentikan persebaran virus WannaCry yang sebelumnya tak terbendung. Jika bukan karena Marcus, serangan cyber yang disebut terburuk dalam sejarah ini, akan jauh lebih parah.

Jabatan profesional Marcus adalah cyber security analyst, tapi secara teknis pekerjaan maupun skill yang dibutuhkan ya sebenarnya sama seperti hacker

Cyber security analyst via www.telegraph.co.uk

Sama seperti kebanyakan hacker lain, Marcus Hutchins ini mengaku juga tidak menamatkan pendidikan kuliahnya. Bahkan ketika duduk di bangku sekolah, ia juga pernah dituduh meretas situs sekolahnya . Saat masih menjadi mahasiswa ia justru mendapat tawaran untuk bekerja di sebuah perusahaan Amerika sebagai ahli malware atau cyber security analyst. Meski telah menjadi pahlawan dunia, awalnya ia tidak ingin identitasnya diketahui publik dengan alasan risiko keamanan. Hal ini wajar mengingat pekerjaannya sehari-hari adalah melacak dan menghentikan kejahatan cyber internasional.

Namun mengingat besarnya kasus WannaCry, media dan berbagai pihak akhirnya bisa membongkar identitas asli pahlawan cyber ini.

Di Pakistan, ada juga pemuda yang masih 13 tahun sudah menjadi ‘hacker putih’ handal. Ia membantu banyak perusahaan besar ‘mempertahankan diri’ dari serangan cyber

Ahsan Tahir

Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang bisa menjadi ahli IT? Remaja asal Karachi, Pakistan, bernama Ahsan Tahir ini buktinya. Di usianya yang masih belia, ia bahkan sudah banyak direkrut perusahaan untuk membantu mengatasi sistem keamanan mereka. Hacker muda ini bertugas mencari kelemahan sistem lalu memberitahukan ke perusahaan terkait supaya bisa diperbaiki.

Masalah ini kadang banyak luput dari tim sekuriti internal perusahaan. Maka dari itu beberapa perusahaan besar perlu merekrut para hacker muda untuk membantu memperbaiki sistem keamanan mereka. Dari kemampuan Tahir tersebut tentu saja ia menerima imbalan yang jumlahnya tak bisa dibilang sedikit. Saat ini ia bahkan sudah mampu membeli iPhone 7 dari hasil pekerjaannya sendiri. Untuk ahli peretas bersertifikat, honor yang bisa diperoleh berkisar antara $24,760 – $ 111,502 per tahunnya! Gila ‘kan..

Baik Marcus Hutchins maupun Tahir, sama-sama mengaku belajar secara autodidak. Keren ya..

Autodidak

Melihat usia Marcus Hutchins dan Tahir yang masih terbilang muda, generasi Y seperti mereka sudah familiar dengan teknologi sejak kecil. Maka dari itu, generasi ini memang berpotensi besar unggul di bidang tersebut. Mereka bahkan sama-sama mengaku belajar secara autodidak.

Berbekal menonton video tutorial di YouTube, membaca blog, dan bereksperimen sendiri, membuat keduanya saat ini memiliki kemampuan meretas virus-virus nakal yang bisa mengancam siapapun. Tahir sendiri mengaku kalau kedua orang tuanya tidak ada background teknologi sama sekali. Awal mula ia tertarik memperdalam kemampuan hacking adalah ketika situs pribadinya sendiri menjadi korban peretasan oknum tidak bertanggung jawab. Dari situ ia terus mengembangkan kemampuan briliannya tersebut.

Di era digital ini, profesi sebagai hacker putih memang banyak dibutuhkan, terutama di instansi-instansi besar yang rawan diretas

Profesi hacker banyak dicari untuk memerangi cyber crime

Tak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang ahli di ranah cyber security seperti Marcus Hutchins dan Tahir memang banyak dibutuhkan mengingat era digital saat ini terus berkembang pesat. Tak hanya di dunia nyata saja, kejahatan juga dapat terjadi di cyber world atau dunia internet yang justru lebih sulit diberantas. Bahkan lebih mungkin jika suatu hari nanti peperangan akan terjadi di dunia maya. Kalau hal tersebut sudah terjadi, angkatan bersenjata seperti tentara tidak bisa lagi dimanfaatkan. Siapa lagi yang akan membasmi jika bukan para hacker putih?

Setiap individu dan instansi juga perlu meningkatkan security awareness, minimal agar bisa melakukan tindakan preventif jika hal serupa terjadi

Tingkatkan security awareness via krjogja.com

Sebagai seorang yang awam tentang dunia digital, kita seharusnya tidak lantas tutup mata terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi. Setiap individu maupun instansi perlu meningkatkan security awareness dengan tujuan menghindari terjadinya kebobolan sistem. Melihat cepatnya virus malware tersebar, sebagai pengguna perangkat lunak agaknya kita juga harus melakukan tindakan prenventif, minimal peduli terhadap security update di komputer kita sendiri. Selain malas update anti virus biasanya kita juga kerap malas membeli software berbayar padahal hal tersebut membuat kita mendapat dukungan security update dari vendornya lho.

Nah jika sebelumnya kita sering acuh terhadap berbagai perangkat lunak di komputer kita, dengan adanya macam-macam kasus persebaran malware tersebut, ada baiknya kita mulai peduli terhadap keamanan data-data digital kita demi kenyamanan pribadi maupun bersama ya guys!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.