Halimah Yacob, Presiden Wanita Muslim Pertama di Singapura. Ia Bahkan Menang Tanpa Kontes

Menjadi perempuan bukanlah perkara mudah apalagi kalau kita berusaha mendobrak stigma tentang perempuan di masyarakat. Meski saat ini gaung emansipasi sudah banyak didengar, nyatanya perempuan masih banyak dicap sebagai makhluk lemah yang tak cocok menjadi pemimpin. Akibat stigma itu bahkan tak sedikit perempuan yang malah tersugesti, minder duluan ketika harus berkompetisi dengan para lelaki.

Tapi kemarin, berbagai media baik lokal maupun internasional, telah memberitakan seorang wanita dari kalangan muslim dan etnis Melayu yang bisa menduduki posisi presiden di Singapura. Seperti kita tahu, muslim dan Melayu termasuk golongan minoritas di negeri singa tersebut. Tapi Halimah Yacob mampu membuktikan bahwa latar belakang dan gender tak jadi persoalan dalam perebutan kursi kekuasaan. Ia justru berhasil menambah deretan nama pemimpin negara wanita di negara-negara dunia, khususnya Asia. Nah, Hipwee News & Feature telah merangkum sederet nama-nama wanita yang pernah menduduki kursi presiden atau perdana menteri di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Yuk, simak!

Departemen Pemilu Singapura (ELD) baru saja mengumumkan bahwa Halimah Yacob menjadi satu-satunya orang yang memenuhi syarat untuk menjadi presiden di Singapura. Selain presiden wanita pertama, ia juga etnis Melayu muslim kedua di Singapura setelah Yusof Ishak (1965-1970)

Kemenangan buat minoritas  via internasional.kompas.com

Yingluck Shinawatra menjadi terkenal setelah ia terpilih menjadi Perdana Menteri Thailand pada 2011 lalu. Namun pemilihannya banyak dikritik lantaran ia adalah adik bungsu dari PM terguling, Thaksin Shinawatra. Saat itu ia berhasil memperoleh 265 suara dari 500 kursi parlemen yang ada

Sayangnya, kini ia jadi buronan karena kasus korupsi via www.bangkokpost.com

Dari Indonesia, ada Megawati Soekarnoputri. Ia menjadi presiden perempuan pertama di Indonesia yang menjabat dari 2001-2004. Sebelum jadi presiden, Mega sempat menduduki kursi wakil presiden selama masa pemerintahan Gus Dur

Ia kembali maju pemilu untuk masa jabatan 2004-2009 namun kalah dari rivalnya, Susilo Bambang Yudhoyono via www.fatihsyuhud.net

Sirimavo Bandaranaike menjadi PM wanita pertama di Sri Lanka, sekaligus di dunia. Ia terjun ke dunia politik setelah suaminya, PM Ceylon Solomon Bandaranaike, ditembak mati oleh ekstremis pada 1959. Karena sering meledak-ledak dan menangis saat kampanye pemilu, ia juga dijuluki ‘janda menangis’

Sirimavo Bandaranaike menjabat sebagai PM Sri Lanka untuk tiga kali kurun waktu, yaitu pada periode 1960-1965, 1970-1977, dan 1994-2000 via www.thefamouspeople.com

Politik dinasti dalam tubuh pemerintahan Sri Lanka berlanjut ke anak dari Sirimavo dan Ceylon Bandaranaike. Chandrika Bandaranaike Kumaratunga menjabat sebagai presiden ke-5 (1994-2005) ketika ibunya menduduki kursi PM pada periode ke-3

Di awal pemerintahannya, Chandrika mencoba upaya damai dengan kelompok separatis Macan Tamil, namun gagal. Kemudian ia mengubah strategi menggunakan cara militer via www.thefamouspeople.com

Corazon Aquino adalah presiden wanita pertama di Filipina, bahkan di Asia. Ia dianggap berjasa membawa Filipina keluar dari kediktatoran pemerintahan Ferdinand Marcos, setelah suaminya yang seorang politisi sekaligus senator, dibunuh karena berani mengecam rezim otoriter Marcos

Pada 1986, Corazon Aquino diangkat menjadi presiden setelah terjadi Revolusi ‘People Power’, dimana jutaan orang terlibat untuk menggulingkan pemerintahan Marcos via www.filipiknow.net

Presiden wanita ke-2 Filipina disandang Gloria Macapagal-Arroyo. Arroyo memimpin Filipina dari 2001 sampai 2010. Putri dari mantan presiden Filipina di era 60-an ini juga pernah menjadi wakil presiden saat pemerintahan Joseph Estrada

Sebelum jadi presiden, ia berprofesi sebagai dosen dan menyandang gelar profesor. Arroyo merupakan teman kuliah mantan presiden AS Bill Clinton, di Georgetown University via www.famouseconomists.net

Meski hampir semua nama di atas punya latar belakang ‘khusus’ sebelum menjabat sebagai pemimpin di negara masing-masing, tapi andil mereka dalam mengukir sejarah pemimpin wanita di dunia tetap tak bisa dipungkiri. Ya, semoga aja ke depannya semakin banyak perempuan pemimpin negeri yang benar-benar didaulat berdasarkan kemampuannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE