Banyak Kasus Selingkuh Terungkap, Apa Manusia Dasarnya Susah Setia Ya? Ini 7 Penjelasan Ilmiahnya

Perselingkuhan sudah jadi problem lawas dalam sebuah hubungan. Pengkhianatan barangkali jadi penyebab paling menyakitkan dari sebuah perpisahan. Pelakunya sudah pasti dibenci. Tapi tak jarang justru orang yang dikhianati juga ikut disalahkan. Sebenarnya, kenapa sih orang bisa punya pikiran untuk menduakan? Apa iya istilah ‘sekali peselingkuh, selamanya akan jadi tukang selingkuh’ itu benar? Penasaran dari mana asalnya hasrat untuk bermain belakang ini? Yuk simak ulasan Hipwee News & Feature.

1. Dampak psikologis dari rumput tetangga jauh lebih hijau, manusia tampaknya memang sulit merasa puas. Alhasil, selalu tergoda mencari yang lain meski telah ada komitmen

Merasa kurang puas dengan hubungan yang dimiliki via www.thefrisky.com

Sudah jadi rahasia umum bahwa manusia memang nggak pernah puas dengan apa yang dia punya. Mungkin karena itu juga ada istilah rumput tetangga jauh lebih hijau. Nah, barangkali hal inilah yang jadi justifikasi seseorang untuk mengkhianati komitmen. Entah merasa hubungan terlalu datar, pacarnya kurang pengertian, kurang seru, kurang cantik/ganteng, dan kurang-kurang lainnya. Orang yang mendua karena alasan ini barangkali lupa fakta bahwa nggak ada orang yang sempurna.

2. Tak semua peselingkuh punya bakat mendua. Seperti kata Bang Napi, selingkuh juga bisa terjadi karena dukungan situasi

Situasi juga menentukan via www.askmen.com

Ingat kata Bang Napi yang dulu eksis di acara berita kriminal jam 12 siang? Kejahatan bisa terjadi bukan hanya karena niat, tapi juga kesempatan. Begitu juga perselingkuhan. Awalnya mungkin tidak ada niat untuk berselingkuh, namun dengan situasi yang mendukung niat itu jadi muncul begitu saja. Terus situasi yang mendukung seperti apa? Pertama, bisa karena dia ada di antara orang-orang yang suka mendua. Kedua, ada yang bilang semakin banyak uang, seorang pria rentan menduakan. Ketiga, terlalu sering berinteraksi dengan orang yang sama sehingga menimbulkan benih-benih suka.

3. Pelarian atas kekecewaan. Saat hubungan sedang panas-panasnya oleh masalah, saat inilah situasi yang paling rentan

Kecewa atau ada masalah dalam hubungan via www.youngisthan.in

Namanya hubungan pasti ada kerikil-kerikil tajamnya. Mustahil ada hubungan yang mulus sepanjang waktu dan pertengkaran tak pernah ada. Rasa kecewa sikap atau perlakuan pasangan, kondisi rumah tangga yang jauh dari ekspektasi, dan persoalan-persoalan dalam rumah tangga ini bisa memicu timbulah sebuah perselingkuhan. Saat hubungan sedang panas-panasnya, coba bicara dengan pasangan malah semakin ribut besar, lalu di luar sana ada seseorang yang bisa mendengarkan dan memahami kita. Bisa nebak kan apa selanjutnya?

4. Percaya kah kamu bahwa ada gen ‘selingkuh’ dalam tubuh? Jika benar, berarti istilah ‘once a cheater is always a cheater’ itu benar

Pengaruh gen via www.cosmopolitan.com

Dalam satu rantai DNA, banyak hal yang menentukan apa jadinya dirimu. Mulai dari bentuk wajah, rambut, warna kulit, kecerdasan, hingga bakat ditentukan oleh gen. Nah, apakah hobi selingkuh juga hasil kerja gen? Percaya atau nggak, ada teori yang meyakini seperti itu. Tersangka utamanya adalah gen DRD4, yaitu yang bertugas memproduksi hormon dopamin. Kamu tahu ‘kan bahwa dopamin tercipta saat kita merasa senang (salah satunya adalah karena seks dan cinta)?

Nah menurut penelitian , semua orang punya gen DRD4 tapi variasinya berbeda-beda. Dia yang memiliki variasi DRD4 panjang, tergolong orang yang terbuka secara sosial dan suka mengambil risiko tinggi. Salah satunya adalah kecenderungan untuk bercinta di luar komitmen pernikahan. Jadi teori ini benar, berarti istilah sekali peselingkuh tetap tukang selingkuh itu juga benar adanya. Mungkin di masa depan perlu ada pengecekan gen ini buat pasangan yang akan menikah, biar tahu pasangan berisiko selingkuh atau tidak.

5. Seringnya yang suka selingkuh dianggap narsis dan playboy abis. Padahal, beberapa orang menduakan pasangan karena percaya diri yang rendah

Bisa juga karena kurang percaya diri via www.soc.ucsb.edu

Alasan ini lebih sering terjadi di kalangan para pria yang secara finansial kalah dibanding pasangannya. Bisa jadi penghasilan si perempuan jauh lebih besar atau jabatannya jauh lebih tinggi. Atau bisa juga, perempuan terkesan independen dan jauh lebih superior. Dalam kondisi ini, pria rentan terkena krisis percaya diri dan nggak bahagia dalam hubungan. Karena merasa nggak bisa bersaing, maka mereka mencari cara lain untuk menunjukkan power-nya melalui ‘maskulinitas’ alias cari pasangan lain yang bisa membuat lebih nyaman.

Ya tentu saja alasan ini nggak bisa dipukul rata sih. Ada juga pria yang memang tipe casanova. Yang tahu pasti kalau dirinya menarik dan diinginkan sehingga merasa sah-sah saja kalau mata keranjang.

6. Terkait relasi, kita punya 3 sistem kerja di otak: Dorongan seksual, romantika cinta, dan ketertarikan yang mendalam. Ketiganya belum tentu merujuk pada orang yang sama

Sistem kerja otak yang berbeda via www.rd.com

Menurut seorang biological anthropologist Dr. Helen Fisher dalam series Love, Factually  manusia memiliki tiga sistem kerja otak keterkaitan terhadap pasangan. Yang pertama adalah ketertarikan seksual, kedua itu ketertarikan yang sifatnya romantis, dan yang ketiga yakni ketertarikan berdasar rasa kasih sayang. Nah yang jadi masalah adalah ketika sumber ketertarikan ini merujuk ke orang yang berbeda-beda. Mungkin inilah yang menyebabkan kenapa seseorang bisa menginginkan dua orang sekaligus. Yang satu soal hasrat seksual, yang satu soal romantika cinta dan komitmen untuk bersama.

7. Teori terakhir lumayan mengejutkan. Ada yang bilang manusia memang bukan makhluk monogami layaknya merpati atau angsa

Katanya kita bukan makhluk monogami via www.chobirdokan.com

Salah satu ilmuwan yang meyakini hal ini adalah Pepper Schwarts , seorang profesor Sosiologi di University of Washington di Seattle. Menurut Prof. Pepper, sebenar-benarnya mamalia yang monogami adalah angsa yang nggak akan punya pasangan lagi meski pasangannya sudah mati. Kalaupun manusia berkomitmen untuk hidup bersama satu orang hingga maut menjelang, hal itu bukan bawaaan ataupun sifat dasar. Melainkan tuntutan sosial. Dapat dibilang, komitmen untuk monogami adalah sebuah keahlian yang bisa ditumbuhkan sama seperti memasak atau jago olahraga. Wah kalau teori ini benar, lalu apa bedanya kita dengan mamalia-mamalia lainnya ya?

Perlu diingat bahwa alasan-alasan ini nggak berlaku untuk semua orang lho. Sifatnya juga sekadar teori, dan sehebat apapun teori selalu punya kemungkinan untuk dipatahkan. Pada akhirnya, setiap orang punya alasan yang sifatnya personal. Alias beda-beda setiap orang dan nggak bisa dipukul rata setiap orang. Tapi apa pun alasannya, jikalau benar selingkuh disebabkan oleh gen ataupun sifat alamiah manusia, tetap saja itu bukan alasan untuk mengkhianati komitmen yang sudah diikrarkan sendiri bukan?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi