Kerusuhan Wamena: Total Korban Meninggal Mencapai 28 Orang. Ada Satu Keluarga Ditemukan Terbakar

Kerusuhan di Wamena Papua

Belakangan ini, kondisi Indonesia bisa dibilang sedang tidak baik-baik saja. Di tengah kemelut RKUHP yang masih bergulir, demo mahasiswa yang terjadi di sejumlah kota, dan bentrok aparat dengan massa unjuk rasa, di Wamena, Papua juga terjadi kerusuhan yang nggak kalah memilukan. Para demonstran sampai membakar kantor-kantor, rumah, hingga supermarket.

Kerusuhan itu terjadi Senin, 23 September kemarin. Tapi walau sudah berhasil diredam, korban meninggal dilaporkan terus bertambah. Sampai artikel ini ditulis, seperti dikutip Kompas , total korban meninggal mencapai 28 orang! Bahkan katanya ada satu keluarga yang ditemukan terbakar. Duh, separah itu kah? Memang apa sih penyebab kerusuhan ini terjadi?

Kita boleh menaruh perhatian pada polemik RKUHP hingga memicu mahasiswa melancarkan unjuk rasa, namun sebaiknya jangan sampai abai dengan apa yang baru saja terjadi di tanah Papua, tepatnya di Wamena

Melibatkan ratusan pelajar SMA via www.inews.id

Dua hari lalu, kerusuhan kembali pecah di tanah Papua, tepatnya di Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Aksi ini melibatkan ratusan pelajar SMA yang mengakibatkan kerusakan sejumlah bangunan. Padahal kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal , awalnya unjuk rasa berjalan kondusif. Tapi mendadak berubah jadi anarkis, yang diduga karena ada sejumlah oknum penyusup, begitu kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian .

Banyak bangunan rusak via regional.kompas.com

Penyusup itu memprovokasi massa hingga terjadi tindak anarkis. Nggak sedikit bangunan dibakar dan dirusak, termasuk Kantor Bupati Wamena. Pertokoan, rumah-rumah, mobil, ataupun motor nggak luput dari amuk massa. Bentrok aparat dengan demonstran tak bisa dibendung, mereka juga saling lempar batu.

Jika sebelumnya kerusuhan serupa terjadi karena aksi rasisme di asrama Papua, Surabaya, kali ini dugaan sementara karena ada guru yang bersikap rasis ke siswanya

Lagi-lagi katanya karena rasisme via wartakota.co

Kerusuhan Wamena itu hanya selang beberapa minggu dengan aksi serupa yang sebelumnya terjadi di sejumlah kota Papua dan Papua Barat. Jika demo kemarin kabarnya terjadi karena ucapan rasisme aparat kepada mahasiswa di asrama Papua, Surabaya, kali ini juga dugaannya mengarah ke ucapan rasisme tapi dari guru ke siswa. Menurut Tito, ada guru SMA PGRI yang mengatai muridnya ‘kera’. Tapi setelah dikonfirmasi, katanya itu cuma salah paham. Guru yang bersangkutan sebetulnya bilang ‘keras’, tapi yang terdengar justru ‘kera’.

Massa terus bertambah via nasional.okezone.com

Isu itu lantas tersebar dengan cepat. Publik terlanjur percaya adanya rasisme tersebut. Kerusuhan pun nggak bisa terbendung. Massa yang awalnya hanya berjumlah ratusan, terus bertambah dan terpecah di beberapa titik; kantor bupati, perempatan Homhom, dan sepanjang Jalan Raya Sudirman.

Saking parahnya, kerusuhan itu sampai sulit dikontrol aparat hingga menimbulkan korban meninggal mencapai 28 orang, sedang puluhan luka-luka

Memakan korban tewas 28 orang via www.sinarharapan.co

Hingga Selasa malam, korban meninggal akibat kerusuhan ini katanya sudah mencapai 28 orang lo, separah itu! Bahkan kabarnya ada jenazah satu keluarga ditemukan tewas terbakar. Mereka berjumlah 5 orang, terdiri dari bapak-ibu, dan 3 orang anak. Korban lain yang mengalami luka-luka, jumlahnya mencapai 70 orang. Para korban ini ada yang mengalami luka bacok, luka bakar, tusukan anak panah, hingga pukulan benda tumpul.

Nggak cuma memakan korban, kerusuhan itu membuat ribuan orang mengalami trauma sampai memutuskan untuk mengungsi

Banyak yang terpaksa mengungsi via www.merdeka.com

Banyaknya bangunan rusak dan terbakar membuat sekitar 5.000 orang mengungsi ke sejumlah titik pengungsian. Selain karena memang rumahnya jadi sasaran amuk massa, mereka yang mengungsi juga takut adanya aksi susulan. Kamal menyebut saat ini ada 4 titik pengungsian; Polres Jayawijaya, Kodim, DPRD Jayawijaya, dan Aula Gereja. Kondisi warga yang mengungsi juga sudah lebih terakomodir, setelah sebelumnya kekurangan bahan pokok.

Terlepas dari apakah benar kerusuhan Wamena itu “cuma” gara-gara kabar rasis yang sebenarnya juga nggak bisa dipastikan hoaks atau bukan, tapi kejadian di atas sebaiknya tidak membuat kita terpicu untuk melakukan hal serupa. Please, sudah terlalu banyak kerusuhan yang terjadi dalam waktu berdekatan ini. Sudah saatnya kita berdamai, agar tak ada lagi yang perlu jadi korban.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.