Ketika Rumah Sendiri Jadi Medan Perang, 10 Testimoni Terakhir dari Mereka yang Terjebak di Aleppo

Beberapa hari terakhir, dunia dikejutkan dengan ucapan selamat tinggal dari para warga Aleppo Timur – Suriah. Pesan yang disampaikan via video hingga kicauan Twitter tersebut, sontak menohok warga dunia yang saat ini tak mampu berbuat apa-apa untuk mereka. Di kota terbesar Suriah itu, harapan perdamaian nyatanya belum kunjung jadi kenyataan sampai penghujung tahun ini. Aleppo tetap dibelenggu perang.

Negara-negara adikuasa dan PBB nyatanya tidak cukup kuat untuk menengahi konflik berkepanjangan antara rezim pemerintahan Bashar al-Assad dan kelompok-kelompok separatis yang kebanyakan mendukung ISIS di Suriah. Konflik multidimensional melibatkan banyak pihak yang berselisih ini, membuat warga sipil tak bersalah terjebak di tengah-tengahnya.

Dalam artian yang sebenar-benarnya, ratusan ribu warga sipil tidak punya akses untuk berlindung atau keluar dari Aleppo ketika gencatan senjata yang baru sehari berjalan akhirnya pecah. Dua pihak saling bertarung dengan bom atau serangan udara memperebutkan wilayah. Seakan-akan tak peduli korban sipil yang akan berjatuhan. Terjebak dalam keputusasaan karena rumahnya menjadi medan perang, ini pesan-pesan terakhir yang terekam dari mereka yang tak punya jalan keluar.

1. Lewat akun Twitternya, Lina Shamy menggambarkan apa yang terjadi di Aleppo adalah genosida. Karena mungkin ini adalah pesan terakhirnya, Shamy memohon pertolongan dunia

“This may be my last video. More than 50,000 civilians who rebelled against the dictator [Syrian President Bashar al-Assad] are threatened with field executions or are dying under bombing..”

“Ini bisa menjadi video terakhir saya. Lebih dari 50 ribu warga sipil yang memberontak melawan diktator [Presiden Suriah Bashar al-Assad] terancam dieksekusi atau sekarat di bawah pengeboman.”

2. Keputusasaan Alhamdo ketika pasukan Assad mulai mengepung daerahnya, terekam kamera. Pria yang berprofesi sebagai guru sekaligus reporter ini sudah tidak percaya lagi pada PBB dan perdamaian dunia

“We were free people, We wanted freedom. We didn’t want anything else but freedom.”

“Kita ada orang-orang yang bebas, kita menginginkan kebebasan. Kita nggak mau apa pun yang lainnya, kecuali kebebasan.”

3. Meski disertai dentuman bom dan rudal, jurnalis profesional – Bilal Abdul Kareem tetap bisa menyampaikan pesan terakhirnya dengan tenang. Dan mengingatkan bahwa perang ini adalah kegagalan kita semua

“I would like to say to the Muslim ummah that is out there … guys. You dropped the ball on this one.”

“Saya ingin mengatakan pada semua umat Muslim di luar sana.  Ini semua karena kalian.” (karena bertarung antar sesama)

4. Pemilik akun Twitter Monther Etaky hanya ingin keberadaannya diketahui dunia. Bahwa saat ini sedang terjadi pembunuhan masal yang tampaknya lepas dari perhatian dunia

Cuitan

Tweet seperti inilah yang harusnya jadi viral via

“Saya tetap di sini, menghadapi kejahatan genosida dengan teman-teman spesial saya tanpa banyak komentar. Saya berharap saya bisa melaporkan kematian kami secara langsung padamu.”

5. Gadis cilik ini rajin meng-update kondisi rumahnya di Aleppo sejak beberapa bulan lalu. Tapi update-an Twitter yang ikut terhenti seiring serang Assad, hanya bisa buat kita berdoa terbaik bagi keselamatannya

Pilihannya hanya dua, hidup atau mati.

Pilihannya hanya dua, hidup atau mati. via www.bbc.com

Akun Twitter milik Bana – seorang anak kecil Suriah yang berusia 7 tahun sebenarnya dipegang oleh ibundanya. Twitter yang memiliki 300 ribu followers ini melaporkan kondisi terkini yang tengah terjadi di Aleppo.

6. Tertangkap kamera seorang pria tengah mengevakuasi seorang anak yang tengah diinfus. Demi melarikan diri ke tempat yang lebih aman

Melarikan diri ke tempat yang lebih aman.

Melarikan diri ke tempat yang lebih aman. via businessinsider.com

7. Bana dan anak yang digendong di atas, hanyalah sekelumit dari jutaan anak lain yang jadi korban konflik ini. Anak-anak seharusnya dilindungi semaksimal mungkin dalam konflik bersenjata

Foto yang viral di media sosial.

Melanggar hukum perang karena banyak korban sipil, terutama anak-anak berjatuhan via time.com

Omran berusia 5 tahun. Mengapa foto ini viral di media sosial adalah karena ekspresi Omran yang hanya diam dan tidak menangis sedikit pun meski kepalanya berlumur darah dan sekujur tubuhnya berdebu. Omran yang syok berat tak mampu bereaksi apa-apa, hanya bisa diam saja. Ini yang membuat orang yang menyaksikan foto dan videonya bercucuran air mata. Omar adalah representasi jutaan anak Suriah yang menjadi korban konflik di negaranya.

8. Aleppo sebagai kota terbesar kedua di Suriah kini menjelma jadi kota tragedi dengan reruntuhan puing-puing gedung dan mayat yang bergelimpangan

Kondisi yang Aleppo yang menyedihkan.

Kondisi yang Aleppo yang menyedihkan. via nytimes.com

9. Amat disayangkan ketika negara-negara besar dan organisasi dunia yang dipercaya mampu menjadi penengah, nyatanya tak cukup kuat untuk menyelesaikan konflik di Suriah.

PBB bahkan nggak bisa menjadi penengah.

PBB gagal menjadi penengah via dw.com

10. Di atas segalanya, tidak ada kata maaf untuk perang yang melukai warga sipil tak berdosa.  #SaveAleppo #SaveSuriah #saveforhumanity

Aleppo yang porak poranda.

Aleppo yang porak poranda. via cnn.com

Pesan terakhir yang ramai diucapkan oleh warga Aleppo adalah bentuk kekecewaan mereka pada dunia. Terutama pada pihak pemerintah, organisasi dunia, dan negara adikuasa yang mereka harap bisa menjadi malaikat penyelamat justru tak mampu berbuat apa-apa. Sementara kita yang tak bisa berbuat apa-apa, setidaknya kirimkan mereka doa. Berharap agar konflik yang pelik ini menemukan jalan tengahnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Belum bisa move on dari Firasat-nya Dewi Dee.