Viral Klepon Disebut Nggak Islami, ini Asal-usul dan Filosofi Klepon sebagai Jajanan Tradisional

Klepon islami

Meskipun ada berbagai jajanan kekinian, banyak orang tetap menyukai kue-kue tradisional. Salah satunya adalah klepon. Kue berbentuk bulat ini biasanya berwarna hijau dan ditaburi parutan kelapa. Saat digigit, gula merah di dalamnya akan lumer di mulut. Rasanya manis, teksturnya empuk, dan bikin nagih! Pantas banyak yang suka~

Namun, baru-baru ini beredar isu bahwa klepon adalah makanan yang nggak islami. Kenapa ya bisa muncul pendapat kayak gitu? Untuk memastikan kebenarannya, yuk kita pelajari asul-usul dan filosofi klepon.

Muncul isu viral bahwa klepon adalah makanan yang nggak islami. Begitu ditanyakan pada MUI, ketahuan bahwa itu hanyalah hoax alias berita bohong

Apa salah klepon? Semoga makin populer setelah ini… via commons.wikimedia.org

Dilansir dari Tempo , isu ini muncul saat akun Twitter @irenecutemom mengunggah foto klepon pada Selasa (21/7). Dia mempertanyakan tulisan dalam gambar tersebut yang berbunyi, “KUE KLEPON TIDAK ISLAMI. Yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami…”

Sumber asli gambarnya nggak diketahui, tetapi ada tulisan “Abu Ikhwan Aziz” di bagian bawahnya. Unggahan tersebut dianggap unik sehingga langsung viral di media sosial. Orang-orang pun kebingungan. Menanggapi isu ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) berkata bahwa klepon nggak memiliki unsur haram.

“Rasanya makanan klepon belum pernah diperiksa oleh LPPOM MUI, tapi rasanya semua orang tahu bahwa bahannya tidak ada unsurnya yang terdiri dari bahan-bahan haram,” kata Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abbas.

Terlepas dari isu tersebut, klepon merupakan kue tradisional yang terkenal di Indonesia. Sudah dinikmati sejak tahun 1950-an!

Klepon beralas daun pisang via food.detik.com

Dilansir dari Kompas , klepon sudah muncul di Indonesia pada tahun 1950-an. Saat itu klepon disajikan di restoran-restoran Indonesia, Belanda, hingga Cina. Rasanya yang lezat membuat klepon tetap digemari hingga sekarang. Kita bisa membelinya di pasar-pasar tradisional maupun toko makanan dengan harga yang murah.

Klepon terbuat dari tepung berisi gula merah yang ditaburi dengan parutan kelapa. Ternyata masing-masing bahan mempunyai filosofi yang mendalam

Klepon berisi gula merah via lifestyle.okezone.com

Jajanan tradisional ini bisa dibuat dengan bahan-bahan yang sederhana. Kulitnya terbuat dari campuran tepung ketan, tepung sagu, air kapur sirih, dan daun suji untuk memberi warna hijau. Lalu adonan tersebut diisi gula merah, dibulatkan, dan direbus hingga matang. Terakhir tinggal ditaburi dengan parutan kelapa. Jadi deh! Prosesnya hanya memakan waktu sekitar 30 menit.

Nah, ternyata klepon mempunyai filosofi yang mendalam. Bentuk bulatnya dianggap melambangkan kehidupan manusia yang nggak diketahui ujung pangkalnya. Bagian luarnya yang nggak rata karena taburan kelapa dianggap melambangkan kehidupan yang nggak selalu mulus dan bahagia. Tetapi kalau bisa melalui kehidupan, kita akan mendapat hasil yang baik. Hal tersebut dilambangkan oleh gula merah yang lumer saat klepon digigit. Unik juga ya filosofinya!

Seiring berjalannya waktu, resep klepon semakin bervariasi. Kini ada klepon warna-warni dengan berbagai isi yang lezat

Klepon warna-warni via cookpad.com

Untuk menarik pembeli, penjual klepon membuat berbagai pembaruan yang menarik. Kini ada klepon dengan warna merah, kuning, biru, bahkan ungu. Warna tersebut diperoleh dari pewarna buatan atau pewarna alami seperti ubi jalar. Kini isi klepon juga nggak hanya gula merah. Ada yang berisi coklat, vanila, bahkan green tea. Kemasannya pun dibuat semenarik mungkin. Wah, bisa bersaing sama jajanan kekinian nih!

Setelah membaca berbagai informasi tadi, kita jadi tahu bahwa klepon bukanlah makanan yang nggak islami. Isu tersebut hanyalah hoax yang belum bisa ditelusuri hingga sumber pertamanya. Sebagai warganet, kita perlu lebih berhati-hati nih saat membaca informasi di media sosial. Jangan percaya dulu sebelum kebenarannya bisa dibuktikan~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tinggal di hutan dan suka makan bambu

Editor

Learn to love everything there is about life, love to learn a bit more every passing day