Menguak Kekejaman dalam Eksperimen Binatang. Ada Kucing yang Tengkoraknya Dipasangi Besi!

Kekejaman manusia dalam eksperimen binatang

Percobaan atau eksperimen terhadap binatang sebenarnya praktik lazim yang terjadi di mana-mana. Mungkin belum banyak orang yang sadar, tapi di balik banyak produk obat-obatan atau kosmetik yang kita pakai sehari-hari biasanya ada sederetan binatang yang jadi korban uji coba. Bukan cuma ‘tikus percobaan’, banyak binatang lain yang juga sering dipakai jadi bahan eksperimen sebelum produk dilempar ke pasaran. Bahkan termasuk binatang-binatang peliharaan seperti anjing dan kucing.

Advertisement

Meski prinsipnya praktik ini terkadang harus dilakukan demi keamanan manusia, namun banyak eksperimen terhadap binatang yang masih dilakukan sembarangan. Bahkan banyak eksperimen-eksperimen ini dilakukan dengan cara yang sangat sadis. Organisasi pecinta hewan seperti People for the Ethical Treatment of Animal atau PETA akhirnya sering mengekspos kekejaman yang harus dialami binatang selama proses uji coba. Salah satu laporannya yang sangat mengerikan dan mengejutkan banyak orang adalah brutalnya eksperimen terhadap kucing di Universitas Wisconsin-Madison, Amerika Serikat. Biar lebih paham dengan realita yang menyedihkan ini, yuk simak selengkapnya bersama Hipwee News & Feature.

Percobaan pada binatang sebenarnya sudah ada sejak abad ke-19. Kucing termasuk salah satu binatang yang seringkali jadi objek percobaan

Percobaan binatang selalu menuai pro-kontra via www.peta2.com

Claude Bernard , yang disebut-sebut sebagai bapak percobaan pada hewan, dilaporkan sering menggunakan kucing liar sebagai bahan percobaannya sejak abad ke-19. Nah baru sekitar tahun 1988, suara-suara kontra terkait eksperimen hewan ini mulai terdengar. Tapi badan-badan resmi seperti American Medical Association membela aktivitas itu lewat sebuah surat yang menyatakan kalau hampir setiap kemajuan dalam ilmu kedokteran di abad ke-20 –dari antibiotik dan vaksin untuk obat-obatan antidepresan sampai transplantasi organ– telah dicapai baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penggunaan hewan dalam eksperimen laboratorium.

Seiring tumbuhnya jumlah organisasi pemerhati binatang, eksperimen semacam ini terus jadi perdebatan. Tahun 2014 lalu, organisasi PETA berhasil membongkar praktik keji percobaan pada kucing di Universitas Wisconsin-Madison

Kasihan 🙁 via id.pinterest.com

Mungkin yang dikatakan American Medical Association itu benar adanya. Tapi dalam praktiknya, eksperimen binatang ini masih “berantakan”. Artinya masih banyak percobaan-percobaan ngawur yang bahkan dilakukan atas dasar uang semata. Tahun 2014 lalu, organisasi PETA berhasil membongkar praktik uji coba keji pada kucing di Universitas Wisconsin-Madison.

Advertisement

Double Trouble via www.peta2.com

Salah satu kucing yang disorot waktu itu adalah kucing warna oranye bernama Double Trouble (DT). Saat masih kecil, DT dibeli oleh laboratorium UWM untuk dijadikan kelinci percobaan. Selama hidupnya, DT melewati sederet operasi besar pada telinga dan otaknya. Tengkoraknya bahkan dilubangi dan “ditanam” semacam alat agar aktivitas otaknya bisa terekam. Telinganya disuntikkan cairan kimia agar tuli.

Dari hasil investigasi PETA, dalam satu operasi bahkan katanya DT sempat terbangun karena kehabisan anestesi, padahal waktu itu kepalanya masih proses dilubangi! Bisa dibayangkan gimana sakitnya, terbangun dalam kondisi kepala berlubang. Sekitar 3 bulan setelah percobaan menyakitkan itu, DT dilaporkan mengalami infeksi parah karena lubang di kepalanya. Akhirnya ia pun terpaksa disuntik mati.

Selama ini, kucing termasuk hewan yang sering banget jadi “barang” percobaan. Hal itu karena binatang lucu itu punya struktur otak yang hampir mirip dengan manusia

Sering jadi “kelinci” percobaan via id.pinterest.com

Advertisement

Perlu dicatat, kalau DT hanyalah 1 dari ratusan (atau bahkan ribuan) kucing yang pernah jadi percobaan di lab itu sejak bertahun-tahun lalu. Atas kasus itu, U.S. Department of Agriculture (USDA) juga sampai turun tangan, memeriksa lab di UWM berdasarkan rekaman percobaan-percobaan sebelumnya. Dari hasil pemeriksaan ternyata UWM memang tidak punya pakem serius saat menindak hewan-hewan yang infeksi akibat perlakuan mereka sendiri. Malah katanya, percobaan-percobaan yang selama ini mereka lakukan cuma demi uang! Buktinya, jarang ada hasil eksperimen yang benar-benar berguna buat ilmu pengetahuan.

Selama ini kucing memang seringkali jadi hewan percobaan di laboratorium. Ternyata alasannya karena struktur otak mereka hampir mirip dengan manusia. Jadi daripada menguji coba manusia yang jelas bakal melanggar HAM, para ilmuwan lebih memilih kucing. Padahal hewan pun juga punya hak yang tidak bisa sembarangan dilanggar 🙁

Di dunia ini kemungkinan masih banyak banget laboratorium ngawur yang memakai hewan sebagai percobaan asal-asalan mereka, dengan tujuan meraup keuntungan sebesar-besarnya

Bisa jadi ada lebih banyak lembaga eksperimen semacam lab UWM via www.thedodo.com

Bisa jadi lab UWM itu bukan satu-satunya lembaga yang sering bikin percobaan ngawur. Soalnya pendanaan riset itu memang biasanya gede banget. Apalagi kalau tujuannya buat kemaslahatan umat manusia, misalnya demi menyembuhkan penyakit tertentu. Masalahnya, ternyata banyak peneliti curang yang bikin eksperimen asal-asalan –yang seringkali melibatkan hewan– cuma biar duit pendanaan riset terus mengalir.

Kalau bicara soal percobaan hewan mungkin memang bakal ada dua suara kuat yang terdengar, satu yang pro, satu lagi yang kontra. Masing-masing punya argumen sendiri berdasarkan perspektifnya. Secara moral memang tindakan itu sulit dibenarkan, namanya hewan kan makhluk hidup juga. Tapi di satu sisi secara ilmiah, percobaan semacam itu juga dibutuhkan demi keberlangsungan ilmu pengetahuan. Hmm.. kira-kira kalau menurut kalian gimana nih, guys?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE