Mungkinkah Overtourism Jadi Penyebab Kebakaran Gili Lawa? Yuk, Pahami 5 Fakta Soal Overtourism ini

Fakta-fakta soal overtourism yang perlu kamu tahu

Kebakaran hebat baru saja melanda Gili Lawa, salah satu spot wisata Taman Nasional Komodo di NTT, yang dicap sebagai surganya dunia. Hamparan savana memesona yang mencuri perhatian turis dari penjuru dunia, kini sudah berubah jadi hitam akibat dilalap si jago merah. Sampai sekarang kasus ini masih diselidiki pihak berwajib. Kalau dari kabar yang beredar, api disebut-sebut berasal dari kembang api milik turis.

Kondisi Gili Lawa setelah kebakaran terjadi via news.detik.com

Advertisement

Indonesia sendiri memang dikenal luas sebagai negara dengan pesona alamnya yang luar biasa. Karena kecantikan ‘wajah’ Indonesia ini, banyak turis lokal maupun mancanegara berlomba-lomba mengunjungi bumi pertiwi. Sektor pariwisata jadi keunggulan, defisa negara pun meningkat.

Tapi sadarkah kalian kalau lonjakan wisatawan yang datang ke sini juga bisa berpotensi merusak alam yang ada? Overtourism. Masalah ini bahkan sudah jadi perhatian banyak negara dunia tujuan wisata. Mei 2016 kemarin, pemerintah Thailand, sampai menutup sementara Pulau Koh Tachai karena sumber daya alamnya rusak akibat ulah turis. Mungkinkah overtourism jadi salah satu faktor kebakaran yang terjadi di Gili Lawa? Meski kita nggak boleh asal tuduh, tapi nggak ada salahnya buat belajar bareng fakta-fakta tentang overtourism yang makin lama makin mengkhawatirkan ini. Yuk, simak bareng Hipwee News & Feature!

1. Setiap daerah pasti punya masalah masing-masing terkait pariwisatanya. Ada yang kekurangan wisatawan, ada juga yang kelebihan

Lonjakan wisatawan via beritagar.id

“Yang kelebihan ini namanya overtourism.”

Advertisement

Destinasi terkenal kayak Bali, Lombok, atau Raja Ampat, adalah segelintir dari banyaknya lokasi wisata di dunia yang sering banget didatangi wisatawan. Memang sih, pendapatan di daerah tersebut jadi meningkat. Tapi lama-lama pesonanya udah nggak seindah dulu. Pantai Kuta di Bali misalnya. Dulu waktu belum banyak pengunjung, pasti masih bagus, sepi, pasirnya bersih, dll. Sekarang kondisinya udah ramai banget, pasirnya pun jadi hitam, belum lagi sampah yang menumpuk, bikin pantai ini kehilangan keasriannya.

2. Ternyata fenomena overtourism ini udah banyak terjadi di tempat-tempat wisata dunia lho, kayak Santorini di Yunani atau Barcelona di Spanyol

Santorini di Yunani via www.thevalueengineers.com

Negara-negara yang sejak zaman dulu jadi tujuan wisata turis, pasti merasakan gimana overtourism ini berpengaruh sama kelestarian lingkungannya. Santorini di Yunani, Barcellona di Spanyol, Venice di Italia, New Orleans di Amerika, adalah segelintir lokasi wisata yang selalu kebanjiran wisatawan tiap tahunnya. Kondisi ini ternyata tidak selalu berarti baik. Warga di sana sampai banyak lho yang menggelar aksi menolak turis pada musim libur tertentu, kayak Venice.

3. Kebanjiran wisatawan memang bisa membawa dampak positif buat negara bersangkutan. Tapi imbasnya juga ngeri lho

Bisa membawa dampak negatif juga via theconversation.com

Mungkin sekilas memang kelihatannya bagus, pemasukan daerah jadi bertambah, entah dari tiket masuk, penjualan oleh-oleh, sampai ragam kuliner khas yang tentu jadi serbuan turis. Tapi ternyata, dampak negatifnya nggak sedikit lho. Destinasi-destinasi overtourism umumnya menghadapi masalah yang sama; sampah dan limbah serta kerusakan lingkungan. Di Labuan Bajo dan sekitarnya aja, berdasarkan data yang dilansir The Jakarta Post , mengumpulkan 13 ton sampah setiap harinya, yang mana 35%-40%-nya sampah plastik!

Advertisement

4. Beberapa negara sampai rela menutup sementara lokasi wisatanya yang overtourism. Contohnya kayak Thailand

Pulau secantik ini harus ditutup sementara via similan-islands.com

Tahun 2016 lalu, pemerintah Thailand memutuskan buat menutup Pulau Koh Tachai karena rusak akibat banyaknya turis datang. Koh Tachai terkenal karena pantainya yang begitu indah, dengan pasir putih bersih dan pesona bawah laut yang fantastis. Sayangnya, saat itu Koh Tachai harus ditutup sementara dengan alasan pemugaran dan perbaikan ekosistem. Masalahnya, pulau cantik itu tercemar gara-gara sampah, gasolin dari kapal-kapal boat, yang berujung tercemarnya air dan kerusakan karang.

5. Pembatasan jumlah turis yang masuk juga bisa jadi solusi atas masalah ini. Meskipun pemasukan jadi nggak maksimal, yang penting pesona alamnya bisa bertahan lama

Pembatasan turis via kupang.tribunnews.com

Selain menutup sementara destinasi wisata, cara lain bisa dengan membatasi jumlah turis yang masuk. Kementerian Pariwisata selaku pihak yang paling memegang kekuasaan tertinggi untuk masalah ini, mungkin bisa belajar dari Malaysia. Jumlah wisatawan yang datang ke Pulau Sipadan, Malaysia , dibatasi sebanyak 100 orang per bulannya. Kebanyakan pengunjung pulau ini adalah penyelam-penyelam dunia. Dulu Sipadan juga dikelilingi resor-resor mewah. Tapi sekarang semua sudah dibongkar sehingga Sipadan jadi pulau khusus menyelam.

Mungkin bisa juga dengan meningkatkan pajak berkunjung, harga tiket masuk, dan memperketat hukum atau peraturan yang berlaku di daerah-daerah tersebut.

Overtourism nggak hanya jadi PR pemerintah aja lho. Kita sebagai penduduk yang sewaktu-waktu juga butuh liburan, alangkah baiknya kalau lebih mikir-mikir lagi tiap mau berkunjung ke suatu tempat. Bukannya melarang buat berlibur ke destinasi wisata populer, tapi coba deh pikirin, apa kamu mau bumi kita nggak seindah dulu?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE