Musim Diskon Memang Bikin Kita Happy, Tapi Kemunculannya Juga Bisa Bawa Kehancuran Buat Bumi

Musim diskon bawa kehancuran bagi bumi

Cukup akrab dengan Hari Belanja Online Nasional atau biasa disingkat Harbolnas?

Advertisement

Hari menggembirakan bagi pecinta belanja ini biasanya jatuh pada tanggal 12-12, mungkin biar mudah diingat. Biasanya waktu Harbolnas –atau musim diskonan lainnya– berapa pun besaran potongan harganya, hasrat berbelanja pasti bergelora. Bagi peritel, musim diskon adalah momentum untuk dapat keuntungan dari barang yang menumpuk di gudang, agar bisa segera mengganti pajangan dengan tren mode terkini.

Tapi belanja dengan harga diskon nggak hanya bawa kebahagiaan saat berhasil mendapatkan yang diinginkan loh. Kecenderungan kamu yang kalap pas lihat diskonan, nyatanya juga bisa bawa kerugian emosional pasca membelanjakan banyak uang. Kalau kata dosen senior bidang Pemasaran, University of Portsmouth, Kokho Jason Sit , di luar keuntungan ekonomis karena kamu berhasil beli barang dengan harga lebih murah, ada harga lain yang mesti kamu bayar, yakni kerugian emosional karena merasa sangat menyesal telah menghabiskan sejumlah uang untuk barang yang sebenarnya nggak begitu dibutuhkan. Selain itu ada kecenderungan kamu akan terjebak dalam utang karena merasa harus beli sesuatu barang hanya karena “mumpung lagi diskon, nih”.

Lebih parahnya lagi, musim diskonan ini ternyata juga bisa membawa ancaman kehancuran bagi bumi lo! Hah, kok bisa?

Advertisement

Ahli mengatakan prinsip dunia mode adalah semakin banyak membeli maka semakin banyak pula membuang

semakin banyak membeli maka semakin banyak pula membuang via eco-age.com

Meski belum bisa dibuktikan secara ilmiah, Kokho mengatakan prinsip ‘semakin banyak membeli, semakin banyak membuang’ jamak digunakan. Secara logis diskon artinya membeli barang baru dan membuang barang lama agar kamar enggak jadi gudang.

Kokho membuktikan prinsip tersebut dengan fenomena berkurangnya ukuran ruang tinggal. Di Inggris, ukuran kamar tidur mengecil dan ruang keluarga tiga kali lebih kecil dibanding tahun 1970-an. Dengan fenomena tersebut, nyatanya orang masih berbelanja lebih banyak. Pilihan satu-satunya agar rumah enggak jadi gudang akhirnya membuang barang lama untuk barang yang baru. Kegiatan ini lah yang membawa dampak buruk bagi lingkungan.

Tiga ratus ribu ton limbah tekstil dibuang setiap tahunnya. Inilah yang jadi ancaman nyata bagi bumi

Advertisement

Tiga ratus ribu ton limbah tekstil dibuang setiap tahunnya via hghome.ie

Fakta yang jarang kita ketahui tentang industri fesyen adalah industri ini ternyata jadi penyumbang polusi terbesar sedunia. Skala polusi dari produksi kaos, kemeja, celana, dan sepatumu itu nggak kalah dari polusi akibat industri batu bara, baja, migas, atau petrokimia. Ngeri, kan?

Jika mengacu pada penelitian Ellen Macarthur Foundation yang dilansir Vice , industri fesyen menghasilkan emisi gas lebih merusak dibandingkan gabungan industri pelayaran dan penerbangan. Sementara laporan Parlemen UK di awal tahun 2019, menyebutkan sekitar 300.000 ton limbah tekstil dibuang setiap tahunnya, atau setara tiap orang membuang limbah tekstil sebanyak 5 kg. Laporan tersebut juga menyebutkan limbah yang dibuang dibawa ke TPA atau dibakar menggunakan insinerator. Ironisnya, kurang dari 1% limbah garmen tersebut yang bisa didaur ulang. Tergambar jelas budaya membuang ini bikin sengsara bumi. Sediiih 🙁

Udah gitu, nggak semua barang diskonan laku, artinya dibutuhkan pengembalian barang ke gudang dengan cara yang cenderung nggak ramah lingkungan

pengembalian barang ke gudang dengan cara yang cenderung nggak ramah lingkungan via www.phpscriptsonline.com

Alasan lain mengapa musim diskon bawa kehancuran bagi bumi, adalah kemungkinan hubungan antara penjualan dengan tingkat pengembalian barang yang cukup tinggi. Pengembalian barang yang enggak laku ke gudang, atau barang yang nggak sesuai dengan pesanan saat belanja online, nyatanya melibatkan banyak aktivitas nggak ramah lingkungan.

Melansir dari Forbes , pengembalian barang, pengumpulan dan distribusi ulang barang yang dilakukan oleh kurir membutuhkan mobilisasi alat transportasi yang menyumbang lagi emisi karbon. Hal ini bekerja di luar sepengetahuan kamu sebagai pembeli, yang cenderung ingin kepuasan dari hasil berbelanja.

Nggak hanya itu, barang yang dikembalikan mesti dibersihkan, diperbaiki, dan dikemas ulang dengan membutuhkan banyak sumber daya alam. Vogue Bisnis melaporkan pengembalian barang di AS menghasilkan 2,27 juta ton limbah dan 15 juta ton emisi karbon per tahun. Angka tersebut setara dengan limbah 5 juta orang dalam satu tahun.

Sebagai konsumen, kita jarang peduli dengan ekosistem berdampak negatif yang terbentuk di balik barang-barang yang kita beli. Kegiatan produksi, transportasi, hingga pembuangan barang yang udah nggak dipakai tentunya membutuhkan banyak lahan, yang sangat mungkin meninggalkan jejak karbon untuk kehancuran bumi.

Berburu diskon itu nggak dilarang, tapi harus dilakukan dengan bijak. Memang bener kalau ada yang bilang berlebihan itu nggak baik

Bijak berburu diskon via www.thebudgetfashionista.com

Sejatinya berburu diskon dan berbahagia di atas potongan-potongan harga adalah kegiatan yang nggak dilarang. Hanya saja, aktivitas yang menggugah selera belanja ini harusnya bisa mencapai keseimbangan antara sisi konsumsi dan lingkungan. Toh, kalau kamu bisa merayakan aktivitas konsumsi ini dengan lebih bijak, rasa bersalah karena udah beli barang yang nggak penting akan hilang.

Lebih penting lagi, bijak saat berbelanja bisa menghindarkanmu dari perilaku konsumtif yang jelas merugikan diri dan bumi

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

An amateur writer.

CLOSE