4 Perubahan Perilaku Konsumen di Masa Pandemi. Yang Lagi Jalanin Bisnis Wajib Tahu, nih!

Perubahan perilaku konsumen Covid-19

Nggak ada yang menyangka kalau tahun ini masyarakat di seluruh dunia bakal kedatangan “tamu” yang lumayan bikin repot banyak orang. Apalagi kalau bukan Covid-19. Wabah yang sudah melanda sejak Januari ini belum juga kelihatan ujungnya. Vaksin yang dianggap jadi solusi paling mujarab juga masih dalah tahap perkembangan. Ilmuwan memprediksi butuh waktu setidaknya 1-2 tahun sebelum vaksin siap diproduksi secara massal.

Kondisi pandemi seperti sekarang ini bikin susah banyak orang, tak terkecuali para pengusaha. Ini karena terjadi perubahan perilaku konsumen secara masif. Yang paling kerasa dampaknya ya bisnis-bisnis yang bergerak di bidang transportasi, kuliner, dan pariwisata. Mereka kehilangan konsumen karena masyarakat ramai-ramai menerapkan physical distancing dan lebih banyak beraktivitas dari rumah. Nggak ada lagi liburan atau bepergian ke destinasi-destinasi wisata. Nah, buat kalian yang punya usaha dan lagi struggling, atau yang baru mau memulai usaha tapi bingung mau jualan apa, yuk, simak informasi soal prediksi perilaku konsumen selama Covid-19 ini~

1. Saat ini banyak orang beralih menjadi masyarakat virtual. Mereka memanfaatkan teknologi supaya bisa tetap beraktivitas dan terhubung dengan orang lain

Online meeting via www.lemonlight.com

Penggunaan teknologi dan durasi screen time di masa pandemi meningkat pesat. Sebuah perusahaan analisis data dan kecerdasan buatan mencatat penggunaan aplikasi produktivitas naik 150 persen pada pertengahan Maret. Artinya, banyak orang yang jadi memusatkan aktivitasnya di ranah online, seperti menggelar rapat, olahraga (pakai aplikasi kebugaran), seminar, bahkan konser. Perubahan perilaku ini jadi “lahan basah” pelaku bisnis atau mereka yang punya kemampuan di bidang IT. Mungkin kalau kalian bisa bikin aplikasi atau berbagai fitur online, bisa dicoba lo~

2. Terbatasnya mobilitas manusia, membuat industri travel jadi yang paling terdampak Covid-19. Di masa depan, prediksinya orang nggak lagi banyak bepergian secara kelompok, melainkan lebih ke individual

Individual traveling via blogpatagonia.australis.com

Mass traveling saat ini jadi aktivitas yang paling banyak dihindari. Selain karena moda transportasi dibatasi, orang juga pada takut bepergian ke pusat keramaian apalagi kalau perginya berkelompok. Mengingat virus masih berkeliaran dengan bebas di luar sana, sedangkan vaksin belum kunjung ditemukan. Nah, prediksinya di masa mendatang, atau setidaknya saat new normal beneran diberlakukan, traveling akan jadi aktivitas individual, bukan lagi aktivitas grup. Untuk keluarga, mungkin akan lebih banyak memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang pakai alat transportasi umum. Layanan penginapan yang lebih privat kayak AirBnB mungkin juga lebih diuntungkan daripada hotel dengan kapasitas tamu yang lebih besar.

Kalau kamu punya rumah atau bangunan yang bisa disulap jadi penginapan personal, mungkin bisa tuh dicoba~

3. Kebiasaan belanja masyarakat di masa pandemi ini juga ikut berubah. Kalau sebelumnya online shopping hanya terbatas pada produk elektronik, fashion, atau barang rumah tangga, sekarang jadi meluas ke kebutuhan pokok juga

Belanja sayur online via www.smartbrief.com

Jangan kaget kalau di masa pandemi gini mendadak banyak orang jualan sayur, buah, dan kebutuhan pokok lain secara online. Ini karena kebiasaan belanja masyarakat yang memang berubah. Sebelum pandemi, orang lebih sering belanja kebutuhan di pasar atau swalayan. Tapi sejak harus lebih banyak di rumah gini, mereka jadi terpaksa belanja via online. Ada yang pakai aplikasi ada juga yang nitip beli ke orang yang memang buka jasa delivery kebutuhan pokok.

4. Poin nomor 3 semakin diperkuat juga dengan adanya perubahan perilaku konsumen dari yang awalnya order makanan online buat kesenangan aja, sekarang jadi kebutuhan juga

Order makanan online via medium.com

Selama ini kebanyakan orang memesan makanan lewat aplikasi cuma sebatas untuk kesenangan (indulgence), seperti beli pizza, burger, snack, atau minuman kayak es kopi dan boba. Tapi di tengah pandemi, kebiasaan itu jadi agak bergeser, dari indulgence ke utility (makanan atau bahan makanan kebutuhan sehari-hari). Jadi kalau kalian lagi pengin jualan produk makanan, mungkin bisa coba makanan yang sifatnya mengenyangkan, misalnya lauk pauk, sayur jadi, atau produk turunannya.

Sebagian orang ada yang menganggap masa-masa pandemi ini sebagai suatu krisis. Tapi alangkah baiknya kalau kita bisa melihatnya dari sudut pandang lain dan memandangnya sebaga suatu peluang. Selain berpikir bagaimana cara untuk bertahan, sebaiknya kita juga punya pandangan visioner soal apa yang harus dilakukan ketika krisis sudah berakhir.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.