Potret Kehidupan Biksu di Thailand. Dari Wajib Meditasi Hingga Harus Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki

Kehidupan biksu di Thailand

Masih ingat peristiwa tim pesebak bola muda Wild Boars Thailand yang terjebak di dalam gua beberapa waktu lalu? Setelah keluar dari rumah sakit, kini 11 dari 12 anggotanya akan menjadi biksu sampai 3 Agustus 2018 mendatang. Selain untuk mendekatkan diri dengan agama Budha sebagai bentuk syukur, kegiatan ini juga merupakan bentuk penghormatan kepada salah satu anggota penyelam mantan tim NAVY SEAL Thailand yang meninggal saat lakukan misi penyelamatan. Belum lagi keselamatan mereka memang tak terlepas dari peran sang pelatih yang mengajarkan meditasi berdasarkan pengalamannya menjadi biksu selama beberapa tahun.

Setelah menjalani upacara, 11 remaja ini secara resmi memulai pelatihan menjadi biksu via www.scmp.com

Advertisement

Tapi ternyata itu bukan berarti mereka akan menjadi biksu selamanya. Di Thailand, di mana 95% dari warganya menganut Budha Theravada, hampir semua anak laki-laki di bawah umur 20 tahun memang biasanya akan menjalani pelatihan untuk jadi biksu selama beberapa waktu. Baru ketika usianya  di atas 20 tahun, mereka bisa memilih untuk menjadi ‘bhikkhu’ atau biksu selamanya. Meski kamu bakal melihat banyak biksu berjubah oranye atau merah marun kalau berkunjung ke Thailand, namun sebenarnya jumlah bhikkhu di Negeri Gajah Putih itu terus menurun tajam. Mungkin kebanyakan dari biksu yang terlihat itu ya masih dalam pelatihan seperti tim sepak bola muda di atas, bukan bhikkhu. Biar nggak penasaran, yuk kulik seperti apa sih kehidupan biksu masa kini di Thailand bareng-bareng Hipwee News & Feature.

Meditasi adalah ajaran Budha yang bertujuan lebih tenang dalam menjalani hidup. Membuat manusia jadi lebih sabar dan pandai  dalam mengontrol emosi

Meditasi ala biksu via www.pexels.com

Meditasi yang diajarkan pelatih tim pesebak bola muda Wild Boars Thailand kepada anak asuhnya dipercaya menjadi faktor penting mereka tetap hidup selama terjebak di dalam gua. Kebiasaan meditasi ini menjadi ciri khas dari kehidupan para biksu di Thailand. Biksu-biksu ini biasanya memulai meditasi pada pagi hari – tak lama setelah bangun tidur yaitu sekitar puku 04.00 selama sekitar satu jam. Hal ini bertujuan agar para biksu terbiasa memulai hari dengan hati dan pikiran yang positif.

Di sisi lain, meditasi juga dianggap dapat membuat seseorang memiliki hati yang murni dan penuh ketenangan. Caranya mudah yaitu duduk bersila dengan posisi tubuh tegak, dan mata terpejam. Dengan begitu, segala perihal masalah hati dan pikiran yang sedang dirasakan dapat berkurang, bahkan hilang setelah lakukan meditasi.

Advertisement

Selain meditasi, kesederhanaan yang ada dalam diri biksu akan menunjukkan pada dunia kalau hidup sederhana pun bisa diandalkan karena penuh kebahagiaan

Pakaian, alas kaki, dan semua aspek hidupnya harus sederhana via www.asianews.it

Biksu memang menjadi salah satu role model banyak orang di dunia. Salah satu kebiasaan biksu yang suka ikut orang rang lain adalah hidup sederhanaan. Yang dimaksud ini bukan sekadar soal penampilan, tapi juga ada tentang saat lagi makan. Para biksu di Thailand terbiasa untuk makan dan minum secukupnya saja untuk melatih tubuh. FYI, di Thailand ini batas terakhir makan tuh jam 12.00, lho. Jadi, setelah pagi-pagi mendapat makanan dari warga yang berikan, mereka akan makan lagi pada saat siang. Setelahnya, mereka nggak bakal makan dan baru makan lagi saat keesokan hari saat pagi-pagi itu.

Makan dan minum pun secukupnya dari pemberian warga via unsplash.com

Pola makan seperti ini membuat para biksu dapat bertahan hidup dalam kesederhanaan. Mereka nggak cuma sekadar sabar dalam menahan lapar, tapi juga secara emosi dalam menyikapi berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupan. FYI, meditasi mereka tetap lakukan saat malam hari tiba sekitar 2 jam.

Ada lagi istilah biksu hutan yaitu biksu yang kerap bermeditasi di dalam hutan demi melakukan praktik Dharmma yang paling mendalam

biksu hutan yang mengesampingkan modernitas via www.pexels.com

Disebutkan dalam laman Huffington Post kalau kesehatan mental para biksu ini ditunjang dari seperti yang kerap kali dilakukan biksu-biksu hutan. Dengan bermeditasi di dalam hutan, mereka akan fokus mencari ketenangan jiwa di tengah-tengah hutan. Praktik ibadah ini merupakan praktik Dharmma yang paling dalam. Karena para biksu hutan akan serahkan segala fasilitas modern.

Advertisement

Meski begitu, kehidupan biksu dianggap perlu mengikuti perkembangan zaman. Nggak melulu meditasi di di hutan, tapi bisa jadi anak gaul yang tahu batasan

Biksu modern via unsplash.com

Seperti dilansir dari laman The New York Times  kalau perkembangan dunia digital saat ini sedang gencar dilakukan di manapun dan kapanpun. Untuk itu, para biksu Thailand dipercaya perlu punya metode khusus karena generasi penerus biksu sudah menurun. Makanya, dengan kemajuan para biksu yang melek teknologi, dianggap bisa menggaet para anak-anak untuk mempelajari ilmu agama Budha lebih mendalam. Bahkan, ada perasaan galau perlu harus ke kuil, namun Dharmma bisa dipelajari di mall atau internet doang.

Sayangnya, hal tersebut malah mengganggu kegiatan biksu. Karena nikmatnya main teknologi bikin siaapun bisa lupa diri, termasuk para biksu ini

Biksu anak-anak rentan terkena dampak teknologi via unsplash.com

Jujur saja, para biksu yang mengikuti perkembangan zaman masih berusia anak-anak sekitar 11-16 tahun. Namun, mereka ini malah sulit mengontrol kehidupannya sebagai biksu. Bahayanya adalah mereka jadi sering lupa diri dan lupa waktu. Seperti dilansir dari Vic e, para biksu kecil yang terlalu asyik main games misalnya, mereka jadi lupa sama penerapan ajaran agama Budha.

Biksu anak-anak via unsplash.com

Saking pentingnya, kedudukan biksu di Thailand sering dimanfaatkan mereka seperti memanfaatkan ajaran Budha sebagai jembatan untuk memperoleh kehidupan penuh harta

Jumlahnya makin menurun via www.pexels.com

Thailand memandang kalau peran biksu di sana sangat penting. Hal itu berbarengan dengan agama Budha di Thailand memiliki peranan begitu besar dalam menentukan masa depan seseorang. Karena itu, nggak jarang orantua menyekolahkan anaknya untuk menjadi seorang biksu dari kecil. Biasanya, biksu kecil ini akan menjadi biksu selama beberapa tahun saja, setelahnya memilih menjadi warga sipil biasa. Hal tersebut dilakukan semata-mata karena dengan pernah menjadi biksu, maka perjalanan menempuh pendidikan tinggi dipermudah. Seakan-akan ada keistimewaan yang didapatkan.

Di sisi lain, banyak juga kasus buruk yang mencoreng biksu. Mulai dari pemerasan sumbangan kuil, hingga pelecehan

Banyak kasus buruk menimpa para biksu di Thiland via www.pexels.com

Citra suci biksu tercoreng akibat penyalahgunaan status biksu dalam masyarakat. Berbagai kasus memperburuk citra biksu, seperti pemerasan sumbangan kuil, pelecehan seksual, dan pribadi biksu yang begitu mewah. Hal tersebut tentu jauh dari ajaran agama Budha yang mengedepankan kesucian dan kesederhaan.

Dulu, para biksu berperan penting dalam lingkungan sekitarnya. Hanya saja sekarang tugas biksu makin sedikit. Kalau dulu seringkali terjun sekali di interaksi sosial karena keberadaan biksu sangat dihormati. Sekarang mereka tetap berinteraksi, cuma tugas lainnya sudah digantikan. Semisal kalau umat Budha bisa curhat ke biksu, sekarang mereka memilih chating sama teman via WhatsApp.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE