Tagar #IndonesiaTerserah dan Kenapa Slogan ini Jadi Peringatan Keras Bagi Kita Semua

Tagar Indonesia Terserah

Tagar #IndonesiaTerserah baru aja menggema di Twitter. Saking ramainya dibahas, bahkan slogan itu sampai masuk ke Google Trend Indonesia. Indonesia Terserah berawal dari kekecewaan masyarakat –termasuk tenaga medis, terhadap penanganan kasus Covid-19 di Indonesia. Kekecewaan yang terus dipendam dan mungkin selama ini cuma bisa disalurkan lewat cuitan di Twitter, story Instagram, atau perbincangan daring, meledak begitu publik tahu bandara Soekarno-Hatta kebanjiran pengunjung beberapa waktu lalu.

Foto-foto bandara penuh itu justru kontradiktif sama imbauan physical distancing dan larangan mudik, yang jelas aja bikin emosi banyak orang. Ya, gimana nggak panas dingin, selama ini mereka sudah berusaha patuh dan nggak keluar-keluar selama dua bulan lebih. Tapi ternyata di luar sana, masih banyak orang nggak peduli imbauan pemerintah dengan tetap ngotot mudik dan bepergian. Pemerintah pun terkesan nggak memiliki sikap tegas. Tagar #IndonesiaTerserah ini semacam jadi tamparan keras bagi kita semua. Semoga saja pemerintah merasa juga. Karena kalau dipikir-pikir, di balik slogan ini, tersimpan bahaya yang begitu besar.

Indonesia Terserah merupakan luapan kekecewaan yang begitu mendalam, terutama dari petugas medis. Mereka yang selama ini sudah bekerja keras di garda terdepan, merasa terkhianati. Susah sekali membuat orang mengerti

Tenaga medis dan Indonesia Terserah via www.wartaekonomi.co.id

Bentuk protes Indonesia Terserah ini selain diluapkan lewat cuitan-cuitan Twitter juga disuarakan lewat video-video yang beredar di linimasa. Salah satunya video yang menampilkan tenaga medis lengkap dengan APD yang bertuliskan #IndonesiaTerserah di bagian belakangnya. Dari video-video yang beredar itu kelihatan banget kalau para tenaga medis sudah secapek itu menangani kasus Covid-19 di Indonesia.

Di saat mereka sudah berjuang keras memberikan yang terbaik, mengedukasi masyarakat, sampai rela nggak pulang ke rumah selama 2 bulan lebih karena nggak ingin membawa virus buat keluarganya, masih banyak orang yang meremehkan wabah ini dengan tetap bepergian. Bahkan yang terbaru ini, ada video yang menunjukkan kalau publik pada menyerbu pusat perbelanjaan untuk beli baju lebaran! Kenapa justru baju lebaran lebih penting daripada berlindung dari virus??

Saat tenaga medis sudah merasa lelah karena semua usahanya nggak dihargai, mestinya kita segera introspeksi. Gawat lo kalau mereka suatu saat mogok praktik se-Indonesia karena masyarakat susah diatur dan pemerintah tetap ngelantur

Gawat banget kalau mereka udah mundur teratur via www.suara.com

Bayangin aja ketika banyak petugas medis yang mogok praktik karena sudah sangat lelah menghadapi kenyataan ini. Di Amerika aja sempat ada perawat yang resign karena memang sudah nggak kuat lagi menangani kasus Covid-19 di negaranya. Selain karena memang pasien terus berdatangan tanpa henti, pemerintah di sana juga terkesan menyepelekan. Lihat aja pernyataan-pernyataan Donald Trump soal Covid-19, bener-bener nggak mencerminkan pemimpin negara. Bakal repot banget kalau hal serupa terjadi secara massal di Indonesia. Tenaga medis bilang terserah, lalu mereka pun menyerah. Bakal kayak gimana tuh nasib Indonesia? Lha wong sekarang aja jumlah tenaga medis kita udah minim banget kalau dibandingkan negara-negara lain.

Kemungkinan lain yang bisa timbul dari tagar ini, bisa saja masyarakat yang selama ini sudah patuh menerapkan protokol kesehatan jadi bodo amat karena merasa usahanya selama ini sia-sia

Bandara Soekarno-Hatta yang ramai pengunjung via ekonomi.bisnis.com

Nggak cuma tenaga medis aja yang bisa capek, mereka yang selama ini nahan-nahan keluar rumah, rela nggak mudik dan cuma bisa video call orangtua, mungkin juga merasakan lelah luar biasa. Ya siapa gitu yang betah di rumah aja selama dua bulan lebih, bener-bener cuma mengandalkan hiburan dari TV atau gadget? Udah nahan-nahan, eh, masih ada aja yang melanggar protokol. Pemerintah juga semacam nggak memberi contoh yang baik buat rakyatnya, di tengah pandemi malah menggelar konser bertajuk konser amal yang mempertemukan banyak orang di satu lokasi, meskipun embel-embelnya virtual, tapi tetep ajaaa.

Konser amal yang diselenggarakan BPIP via www.kompasiana.com

Melihat kondisi di atas, bukan nggak mungkin masyarakat yang awalnya patuh, jadi kecewa, capek, dan merasa dikhianati. Lalu mereka bodo amat dan jadi balik ke “normal” yang lama. Akibatnya apa? Ya udah, makin naik aja terus kasus Covid-19 di Indonesia. Terus kapan berakhirnya dong?

Meskipun kalian termasuk dari mereka yang kecewa, tapi please, tetep tahan dulu buat nggak keluar-keluar atau kumpul-kumpul ya. Jangan sampai kalian termakan ego dan jadi “balas dendam” dengan melanggar protokol kesehatan. Walau mungkin kelihatan sia-sia, tapi sejujurnya semua usaha kalian tetap berguna memutus rantai persebaran Covid-19 kok. Coba bayangin kalau kalian dari awal bandel nggak ngikutin imbauan jaga jarak, sudah berapa orang yang terinfeksi virus corona? Tentunya lebih banyak dari sekarang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.