Terlanjur Dicap ‘The Next Habibie’, Ternyata Tukang Bohong Belaka

Peribahasa “Nila setitik, rusak susu sebelanga” tampaknya sangat cocok diterapkan dalam skandal kebohongan seorang mahasiswa doktor di Belanda, yang saat ini sedang gencar diubek-ubek berbagai pihak. Apalagi kalau bukan kasus Dwi Hartanto. Dwi Hartanto sendiri adalah mahasiswa asal Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan S3 di universitas ternama TU Delft, Belanda. Dulu gelar S2-nya juga diraih di universitas yang sama.

Advertisement

Kebohongan yang setahunan ini dilakukannya, seolah mampu merusak nama baik ilmuwan Indonesia, baik di negara kita sendiri maupun di seluruh dunia. Miris sih. Padahal ilmuwan, yang notabene adalah sosok yang dipercaya masyarakat untuk membuat inovasi-inovasi teknologi terkait kehidupan manusia, harusnya mampu menjaga kejujuran dan objektifitas dalam setiap penelitiannya. Tapi apa yang telah dilakukan Dwi ini, nampaknya sudah kelewat batas. Simak deh selengkapnya bareng Hipwee News & Feature berikut ini!

Dwi digadang-gadang jadi ‘The Next Habibie’ karena kompetensinya dalam bidang kedirgantaraan. Tapi sayang, itu semua cuma bohong belaka

Dwi juga sempat mengaku pernah secara khusus diminta Habibie untuk membicarakan tentang aerospace engineering. Padahal bohong! via cozer.id

Nama Dwi Hartanto bukan nama asing di kalangan para ilmuwan Indonesia, khususnya di bidang kedirgantaraan (aerospace). Banyak media yang pernah memberitakan prestasinya, termasuk Mata Najwa, program TV yang dikenal ‘pedas’ dan akurat itu. Dwi mengatakan kalau dirinya adalah seorang postdoctoral dan asisten profesor di bidang teknologi roket, padahal dia hanya mahasiswa S3 biasa. Ia juga mengaku lulus S1 dari Tokyo Institute of Technology, Jepang. Padahal Dwi lulus dari Institut Sains Teknologi AKPRIND, Yogyakarta.

Belum lagi soal prestasi-prestasi khayalannya. Dwi mengaku pernah memenangkan kompetensi riset teknologi antar lembaga antariksa dunia di Jerman, mengalahkan NASA, ESA, JAXA, dan lembaga-lembaga tersohor di bidang itu. Kenyataannya? Dwi kalah dalam lomba itu. Ia juga pernah mengatakan kalau ia adalah satu-satunya orang non-Eropa yang masuk dalam ring 1 teknologi ESA. Padahal itu sama sekali tak benar. Masih banyak kebohongan tentangnya yang sukses bikin kita terbelalak, seperti yang dilansir di Kumparan dalam tajuk “4 Kebohongan Ilmuwan Indonesia Dwi Hartanto”.

Advertisement

Awal kebohongannya ini diungkap sendiri oleh teman-teman dekatnya di TU Delft. Bahkan Kedubes RI di Den Haag sampai harus mencabut penghargaan yang pernah diberikan padanya

Foto ini katanya sengaja diedit dengan membubuhkan namanya dan nominal hadiahnya. Duh kebangetan via www.gatra.com

Terbongkarnya skandal ini berawal dari keresahan teman-temannya di TU Delft. Sempat kehabisan cara dengan hanya menegur biasa, mereka mengumpulkan berbagai bukti dari data digital sampai interaksi Dwi di internet. Mulai dari latar belakang pendidikan sampai wawancara dengan media internasional. Intinya, dokumen setebal 33 halaman itu berfungsi mengungkap kebohongan publik yang selama ini dilakukan Dwi.

Setelah ketahuan, Kedubes RI di Den Haag bahkan sampai terpaksa mencabut penghargaan yang pernah diberikan pada Dwi atas prestasinya di bidang teknologi penerbangan antariksa pada September 2017 lalu. Bukannya membanggakan, malah memalukan sih ini!

Baru-baru ini Dwi mengungkapkan penyesalannya dalam bentuk 5 halaman pernyataan yang berisi klarifikasi dan permohonan maaf

Dwi di TU Delft via lancercell.com

Dwi mengakui kesalahannya dengan membuat pernyataan sepanjang 5 halaman yang diunggah di website resmi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Delft. Dalam pernyataan tersebut ia mengklarifikasi panjang lebar soal informasi yang beredar di media massa soal riset, prestasi, dan kompetensinya di bidang teknologi kedirgantaraan seperti roket, pesawat tempur, dan satelit, yang mana sebagian besar adalah palsu. Ia mengakui bahwa telah terjadi kekhilafan pada dirinya. Yah, ini sih khilaf yang kelewat batas ya?

Advertisement

Ilmuwan memang orang biasa yang bisa saja salah, tapi keputusannya untuk berbohong ini tetap tak bisa dibenarkan

Apa yang sudah dilakukan Dwi membuat banyak orang kecewa, salah satunya adalah profesor dan koordinator bidang Urban Studies and Planning di Savannah State University, AS, Deden Rukmana, yang sempat ‘curhat’ di Facebooknya. Sebagai putra Indonesia, ia mengaku sempat mengagumi Dwi atas pencapaiannya di usia yang terbilang belia. Tapi kekaguman dan kebanggan itu luntur seketika setelah dirinya mendengar kabar ini. Menurutnya kebohongan Dwi dapat merusak nama baik ilmuwan. Kalau saja skandal ini nggak terbongkar, Dwi dapat membahayakan banyak orang dengan bergelut di bidang yang sebenarnya bukan keahliannya.

Lantas apakah karena bidang yang ia geluti ini kurang familiar di kalangan masyarakat, jadi kebohongannya banyak yang ‘lolos’, termasuk sama pemerintah?

Bidang antariksa via www.liveeco.co.za

Sebenarnya kenapa ya kok kebohongan Dwi ini begitu mudahnya dipercaya banyak orang, sampai-sampai dia diberi penghargaan oleh Kedubes RI atas prestasinya? Memang sih bidang yang dicatut Dwi untuk berbohong pada khalayak ini bukanlah bidang ilmu yang familiar di telinga orang-orang Indonesia. Spacecraft, rocket, airbus defence and space.. Pusing? Iya sama. Bidang keantariksaan ini kurang diminati di Indonesia ya karena memang negara kita nggak punya infrastruktur kuat buat dikembangkan. Tapi masa sih gara-gara itu masyarakat termasuk pemerintah jadi ‘iya-iya’ aja sama segala pernyataan bohong Dwi?

Ya selain masyarakat dan pemerintah, media massa sih seharusnya juga melakukan pengecekan mendalam soal segala informasi yang akan diberitakan. Kalau antara ketiga unsur itu bisa bersinergi, rasanya kebohongan-kebohongan publik bisa cepat diungkap. Saat ini kabarnya TU Delft tengah melakukan sidang kode etik sejak 25 September 2017. Semoga saja nggak ada lagi Dwi-Dwi yang lain deh ya!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE