Walikota Bandung Kena Semprot Organisasi PETA Karena Bagikan Anak Ayam ke Pelajar. Ini lo Alasannya

Walikota Bandung kena semprot PETA

Sekitar Oktober lalu, Walikota Bandung, Oded Danial mencetuskan kebijakan yang lumayan unik demi mengatasi kecanduan gawai yang marak dialami bocah-bocah di wilayahnya. Oded berencana membagikan anak ayam ke pelajar untuk dipelihara, agar perhatian mereka ke gadget bisa teralihkan. Sebulan setelahnya, Oded membuktikan kalau rencananya itu bukan cuma isapan jempol belaka. Sekitar 2.000 ekor anak ayam lengkap dengan kandangnya, telah dibagikan ke murid-murid SD dan SMP di Bandung.

Advertisement

Program unik Oded yang diberi nama ‘Chickenisasi’ itu banyak mendapat tanggapan positif, apalagi Oded bilang kalau Chickenisasi bukan cuma sekadar mengalihkan anak dari gadget tapi juga sebagai respons positif revolusi mental. Tapi lain halnya dengan organisasi penyayang binatang PETA (People for the Ethical Treatment of Animals). Mereka mengkritik keras kebijakan unyu Oded karena menurutnya justru bisa berpotensi jadi penyiksaan hewan. Ternyata alasannya nggak cuma itu lo! Simak, yuk!

Program Chickenisasi sudah melalui tahap uji coba lewat pembagian 2.000 ekor anak ayam ke pelajar SD dan SMP di Bandung. Kalau setelah dievaluasi hasilnya bagus, kemungkinan tahun depan akan dilanjutkan

2.000 anak ayam sudah dibagikan via bandung.kompas.com

Akhir November lalu, Oded resmi membagikan 2.000 ekor anak ayam ke bocah-bocah tingkat dasar dan menengah pertama. Pembagian anak ayam itu bersamaan dengan kegiatan Bandung Menanam Pohon dan penebaran ribuan ikan di kolam retensi Gede Bage. Dengan adanya program Chickenisasi itu, diharapkan anak jadi terhindar dari kecanduan gawai yang saat ini banyak terjadi. Oded juga percaya kalau memelihara ayam bisa menumbuhkan empati anak sehingga selaras dengan revolusi mental yang ingin dicapainya.

Program bagi-bagi ayam itu katanya masih dalam tahap uji coba dan akan dievaluasi. Kalau hasilnya baik, rencananya program akan diresmikan tahun depan. Program juga akan masuk materi pelajaran dan dinilai langsung oleh guru. Misalnya guru IPA akan menilai kemampuan siswa memelihara anak ayam dengan memantau pertumbuhan si ayam tersebut.

Advertisement

Sayangnya, apa yang disebut ‘uji coba’ itu malah seolah-olah seperti mengorbankan nasib si anak ayam. Gimana kalau si bocah lalai sehingga anak ayam yang malang itu justru tersiksa?

Ada risiko si anak gagal memelihara ayamnya via news.detik.com

Dalam setiap uji coba, pasti tersimpan kemungkinan kegagalan. Begitu juga dengan uji coba program Chickenisasi ini, yang mana ada kemungkinan siswa gagal memelihara anak ayam hingga membuat peliharaannya itu justru mati sia-sia. Melatih empati siswa atau mengatasi kecanduan gawai itu nggak harus dengan mengorbankan nyawa makhluk hidup lain kok. Ada banyak sekali cara yang seharusnya bisa dipikirkan Pak Oded. Kalau memang si Bapak lagi nggak ada waktu mikirin solusi lain, harusnya sih bisa minta saran ke lembaga pemerhati anak atau stafnya dari ranah psikologi.

Oleh sebab itulah, PETA mengkritik keras program yang dicetuskan Oded ini. Menurut organisasi penyayang hewan skala internasional itu, program Chickenisasi justru bisa berujung ke penyiksaan hewan

Diprotes PETA via tirto.id

Bukan hal yang tidak mungkin, anak-anak ayam lucu nan menggemaskan itu justru bisa jadi korban penyiksaan hewan. Meskipun sudah diwanti-wanti buat memeliharanya dengan sepenuh hati, tapi kita nggak pernah tahu apa yang bakal terjadi di lapangan. Bisa jadi si bocah lalai atau gimana. PETA sampai melayangkan nota protes terkait program Chickenisasi ini lo. Jason Baker, Wakil Presiden PETA Cabang Asia , meminta Oded menghentikan programnya karena menyerahkan anak ayam tanpa menjamin keselamatannya adalah penyiksaan.

Lagian tanpa pelatihan khusus, memelihara ayam juga bisa berbahaya dari sisi medis, seperti menularkan bakteri E. coli dan salmonella

Advertisement

Bisa terinfeksi bakteri juga via www.bbc.com

Baker menambahkan alasan lain pihaknya mengecam Chickenisasi. Ini karena memelihara ayam tanpa kemampuan memadai justru bisa menularkan bakteri E. coli dan salmonella pada ayam ke manusia. Kalau terinfeksi, anak bisa terkena diare, radang usus, hingga tifus. ‘Kan malah miris kalau bocah-bocah di Bandung diare massal gara-gara memelihara anak ayam sembarangan.

Cita-cita Pemkot Bandung untuk meminimalisir anak kecanduan gawai memang patut diapresiasi. Tapi mbok ya caranya jangan dengan mengorbankan nyawa tak berdosa gitu. Ribuan anak ayam itu juga punya hak buat hidup bahagia dengan cara mereka sendiri, bukan dengan dipelihara murid-murid yang mungkin sebelumnya pegang ayam aja nggak pernah…

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

Editor

An amateur writer.

CLOSE