“Kak, kok kamu nggak balas chat Mama?” tanya seorang ibu kepada anak pertamanya di sore yang petang. Si anak diam seribu bahasa sambil menatap nanar ke arah wajah ibu. Ibu itu memasang senyumnya sedikit penasaran. Ternyata si anak yang baru kelas 2 SMA itu punya alasan kuat kenapa dia nggak membalas WA sang ibu. Alasannya, mereka satu rumah dan saat ibunya mengirim pesan lewat WA, yang sebenarnya terjadi adalah keduanya sedang bersama-sama di ruang tengah, menonton televisi. Jadi menurut si anak, WA dari ibunya sungguh jauh dari urgensi untuk dibalas. Lumrah, kan?
Kecanggihan teknologi dan kemajuannya yang lumayan pesat di sektor komunikasi akhir-akhir ini membawa orang tua untuk terlibat dalam sulam kelindan keriuhan di dalamnya. Mereka yang gagap, dipaksa hanyut dan terhuyung-huyung. Seperti ibu kita yang tampaknya terlalu renta untuk mengoperasikan WA (WhatsApp), tapi nggak masalah, karena kita sudah terlanjur mengamini selorohan “tidak ada kata terlambat untuk belajar”.
Nah, dengan mengucap syukur, silakan nikmati keseruan ber-WhatsApp ria dengan ibu tersayang. Perlu digarisbawahi, bahwa jika ada salah-salah kata atau sulit dibaca teksnya itu bukan berarti kamu disleksia, melainkan karena ibumu mungkin “gemar” saltik (typo) atau menyerahkan diri sepenuhnya pada “autocorrect“ bawaan ponsel pintar mereka.
ADVERTISEMENTS
1. Semua orang di dalam grup WA keluargamu sudah memaafkan jauh sejak dalam pikiran ketika ibumu selalu saja salah kirim chat pribadi ke grup keluarga
ADVERTISEMENTS
2. Kita selalu menyayangi ibu walaupun beliau sering salah mengartikan sebuah emoticon di WA
ADVERTISEMENTS
3. Memang kadang kita juga merasa cemas kalau ibu terpengaruh berita hoaks. Mirisnya lagi kalau nggak diingatkan, ibu jadi gampang percaya
ADVERTISEMENTS
4. Kita harus berpikir positif, mungkin ibu percaya bahwa typo adalah gaya mereka dalam berkomunikasi. Jangan-jangan memang benar mereka sengaja untuk typo
ADVERTISEMENTS
5. Parasnya memang ayu, dia sungguh bangga dengan itu dan selalu saja selfie, lalu beliau kirimkan ke anak-anaknya tercinta. Nice info, Sis!
ADVERTISEMENTS
6. Saat-saat beliau baru saja “ngeh” kalau WA bisa buat video call. Kita harus giat mengangkat telepon darinya karena mungkin itu satu-satunya cara ibu menuntaskan rindu
7. Video call mungkin sudah menjenuhkannya, akhirnya beliau mencoba fitur voice note yang kadang isinya cuma suara setengah detik karena kepencet doang
8. Beliau mungkin juga ingin terlihat funny dengan mengirimkan video lucu yang sebenarnya kita sudah tahu dari Instagram. Tapi tetep lucu kok, lucu, asli lucu banget
9. Saat beliau mulai memintamu mengirimkan foto untuknya. Ibu sedang kangen lho … kamu harus bersedia
10. Dikirimin foto masakan dari rumah oleh ibu. Yang seperti ini kadang bikin pengen mudik cepet-cepet
11. Mungkin ibu butuh teman curhat, tiba-tiba ngirim pesan yang isinya cuma lagi marahan sama bapak
Ibu: Bapakmu di mana?
Kalau ngeronda malem nggak pulang-pulang
Pasti nanti ngeluh meriang/masuk anginKamu: Biar, Mak biar… ketemu temennya
Ibu: Bau rokoknya itu pas tidur, hih!
Coba kamu telpon sana, Ndi
Mungkin akan lebih berarti lagi jika kamu yang lebih dulu chat ibumu. Walaupun ibumu masih saja gaptek tapi beliau berusaha untuk mendampingimu lewat WA. Nggak ada yang salah dengan hal ini, kamu syukuri saja karena bisa bikin kangen kalau ibu tumben-tumbenan nggak mengirim pesan kepadamu.
Kemajuan teknologi jangan sampai memotong silaturahmi karena sejauh ini malah kadang media sosial menjauhkan yang sebenarnya dekat. Atau kita tak pernah sebegitu dekat ketimbang di medsos. Eaaaa!