Lucunya Orang Indonesia, Habis ‘Lockdown’ Kampung Malah Kumpul-Kumpul Sepanjang Hari. Hadeeeh!

Lockdown mandiri malah kumpul-kumpul

Dalam karut-marut yang diakibatkan oleh wabah corona ini, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah benar-benar menurun drastis. Hal tersebut tentunya diakibatkan oleh sikap pemerintah pusat yang dianggap nggak responsif dengan kondisi yang ada saat ini. Maka nggak heran jika banyak elemen masyarakat yang mengambil langkah sendiri.

Advertisement

Gimana nggak bikin kesel kalau negara-negara lain udah pada melakukan penutupan daerah secara massal buat memotong rantai persebaran corona, tapi pemerintah Indonesia masih terkesan santai-santai aja. Ya, jangan salahkan publik kalau mereka berinisiatif buat menerapkan langkahnya secara mandiri. Tapi tunggu dulu, kok kayaknya ada yang aneh, ya~

Sekarang banyak ditemukan lockdown mandiri yang diterapkan di berbagai daerah di penjuru Indonesia. Iya, masyarakat setempat melakukannya atas inisiatif sendiri

Lock down mandiri di salah satu kampung di daerah Sleman Yogyakarta via www.hipwee.com

Bukan warga Indonesia namanya kalau nggak ada inisiatifnya sendiri-sendiri. Salah satunya yang bisa kamu temukan saat ini adalah banyak daerah yang menerapkan langkah lockdown secara mandiri. Mulai dari level perkampungan hingga kecamatan dan daerah-daerah kecil lainnya, hampir semua menutup dan membatasi akses keluar masuk.

Sekalipun bisa, tetap melalui beberapa prosedur seperti pengecekan data diri, hingga penyemprotan disinfektan. Semua dilakukan atas dasar  inisiatif masyarakat. Tapi kalau dipikir-pikir ini miris juga lo, kita berharap sama pemerintah pusat, tapi belum ada kepastian hingga saat ini.

Advertisement

Sebenarnya sih bagus, udah dilengkapi dengan penyemprotan disinfektan. Siapa pun yang ingin melewati tempat tersebut diusahakan buat tetap steril

Salah satu kondisi daerah yang dilock down secara mandiri. via twitter.com

Langkah masyarakat untuk memberlakukan lockdown area ini bahkan telah mendapat dukungan dari pemerintah daerah. Makanya nggak heran jika pemerintah daerah juga ada yang menyumbang keperluan seperti misalnya alat penyemprot, cairan disinfektan, dan hal-hal penting yang lainnya.

Siapa pun yang melewati daerah lockdown tanpa terkecuali, akan disemprot terlebih dahulu. Bahkan, di beberapa tempat nampak banner-banner atau spanduk bikinan warga sekitar untuk menyemangati satu sama lain dalam memberantas virus kurang ajar yang satu ini.

Tapi bentar, tunggu dulu nih. Masalahnya ngapain dilakukan ramai-ramai juga? Kan, sama aja 🙁

Advertisement

Tetap ramai-ramai. via twitter.com

Memang dasarnya orang Indonesia, kalau nggak ngumpul mungkin rasanya ada yang kurang. Sebenarnya sih niatnya memang bagus, sekaligus menunjukkan bukti bahwa tanpa harus menunggu pemerintah pusat pun warga bisa berdaya. Tapi yang jadi masalah di sini adalah kenapa setelah mendirikan posko pengawasan dan melakukan lockdown secara mandiri, malah tetap pada ngumpul-ngumpul? 🙁

Ada yang sekadar ngobrol, gabut, bahkan mabar hingga berjam-jam. Udah gitu ada juga yang nggak pakai masker lagi. Kan, jadi percuma juga kalau dilakukan lockdown, tapi masih pada begitu. Bikin posko penanggulangan wabah kok malah jadi ajang kumpul-kumpul. Heran deh!

Harusnya kalau udah lockdown, ya pada membubarkan diri dong, kembali ke rumah masing-masing. Misal pun ada yang harus jaga, mending dibagi jadwalnya aja, jangan malah semuanya

Ilustrasi lockdown mandiri. via twitter.com

Sebenarnya acara ngumpul-ngumpul ini nggak sepenuhnya salah kok, toh siapa tahu ada pemudik atau orang dari luar daerah yang ngeyel kalau dikasih tahu oleh satu-dua orang. Tapi begini lo, apa nggak alangkah baiknya kalau dijatah dan dibatasi siapa yang dapat giliran buat jagain posko? Kayak gitu, kan, lebih baik.

Daripada cuma buat ajang kumpul-kumpul, kamu juga nggak tahu gimana kesehatan orang lain. Yuk, mulai sekarang adil dan bijaksana sejak dalam pikiran. Nggak susah kok, kalau udah begini mah nanti corona mau mampir juga mikir-mikir lagi~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

CLOSE