Kamu yang Cumlaude Jangan Melamar ke Perusahaan Ini, Mereka Justru Mencari Sarjana yang Lulus Lama

Hampir setiap perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan akan menyisipkan persyaratan bagi lulusan mahasiswa dengan IPK diatas 3,oo. Terlebih pelamar yang memiliki IPK cumlaude, tentu akan semakin disenangi. Tuntutan tersebut membuat banyak mahasiswa saling berlomba-lomba untuk bisa memperoleh IPK di atas 3,00 dengan belajar mati-matian, rela mengulang mata kuliah, dan lain-lain. Padahal sebenarnya tidak ada jaminan 100 persen juga bahwa lulusan cumlaude sudah tentu akan mendapat pekerjaan layak dengan gaji selangit. Bahkan banyak juga kasus di mana mahasiswa dengan IPK tinggi justru menjadi pengangguran setelah lulus kuliah. Tak bisa dielakkan bahwa persyaratan tersebut bukan satu-satunya yang menjadi pertimbangan perusahaan merekrut para pekerja. Mereka juga akan melihat kompetensi pelamar melalui pengalaman maupun skill non-akademik.

Advertisement

Di Yogyakarta, sebuah perusahaan start up justru tidak tertarik dengan mahasiswa dengan IPK cumlaude, malah mereka mencari pelamar yang sebelumnya menjadi mahasiswa abadi alias kuliah di atas 7 tahun! Kira-kira kenapa ya? Simak deh ulasan Hipwee berikut ini!

Run System, sebuah perusahaan start up yang melarang lulusan cumlaude untuk mendaftar jadi karyawannya

Persyaratan unik via www.brilio.net

Ada yang menarik dalam pagelaran Jogja Geek Fair 2017 yang diadakan di Yogyakarta hari Sabtu, 6 Mei 2017 kemarin. Salah satu booth sebuah perusahaan start up, Run System, menampilkan X-Banner yang berisi tentang lowongan pekerjaan di perusahaan tersebut. Sekilas hal itu memang tampak biasa saja. Apa yang tidak biasa adalah persyaratan yang diajukan Run System kepada calon pelamarnya. Perusahaan IT asal Jogja ini justru memilih kualifikasi yang belum pernah dilakukan perusahaan lain, yaitu menolak pelamar dengan predikat cumlaude! Sebaliknya, mereka justru lebih menomorsatukan mantan mahasiswa abadi atau yang pernah mengenyam bangku perkuliahan hingga di atas 7 tahun. Padahal biasanya lulusan dengan nilai memuaskan akan banyak dicari perusahaan-perusahaan yang sedang mencari karyawan. Namun tidak bagi Run System. Start up yang berfokus pada pembuatan aplikasi Enterprise Resource Planning (ERP) atau perencanaan dan manajemen perusahaan ini memiliki alasan tersendiri mengapa lebih memilih persyaratan nyeleneh. Tak heran jika X-Banner tersebut seketika viral di kalangan warganet setelah diunggah pengguna Facebook bernama Rian Adi Wibowo.

Salah satu alasan Run System melakukan hal ini memang untuk menarik para pelamar mengajukan lamaran pekerjaan di sana

Job fair via tamiangnews.com

Agfian Muntaha selaku System Integrator Manager, mengaku bahwa alasan pihaknya membuat persyaratan unik itu tak lain adalah untuk menarik pelamar lebih banyak lagi. Ia ingin perusahaan Run System dapat mencuri perhatian pengunjung pameran start up digital tersebut. Ternyata cara itu dapat dikatakan berhasil lantaran kuantitas pelamar jadi meningkat 200 persen dibanding job fair sebelumnya. Selain itu, nama perusahaan secara otomatis juga semakin dikenal khalayak. Tentu saja hal ini sangat berarti bagi perusahaan start up seperti Run System. Terangkatnya pamor perusahaan akan banyak menarik minat pelamar untuk bekerja di sana. Padahal sebelumnya, eksistensi perusahaan itu belum pernah didengar publik.

Advertisement

Apa yang dilakukan perusahaan ini patut mendapat apresiasi, pasalnya stigma negatif tentang mahasiswa abadi jadi perlahan berkurang

Mahasiswa abadi via www.isigood.com

Bukan hal yang baru kalau predikat mahasiswa abadi lekat dengan stigma negatif di masyarakat. Normalnya mahasiswa S1 akan lulus di tahun ketiga atau keempat masa perkuliahannya. Tapi tidak sedikit mahasiswa yang justru terlena dengan kehidupan kampus, membuat mereka harus mengenyam bangku kuliah hingga 7 tahun, bahkan lebih. Sebenarnya banyak alasan yang diutarakan setiap mahasiswa abadi jika ditanya mengapa tidak segera lulus dan nyatanya tidak semuanya irasional. Mayoritas orang akan memandang mereka sebelah mata padahal beberapa dari mereka mengaku terpaksa harus bekerja lantaran membantu perekonomian keluarga. Kesulitannya membagi waktu antara kuliah dan bekerja membuat mereka harus meninggalkan kehidupan perkuliahan sementara dan lebih fokus pada pekerjaan. Banyak juga alasan lain yang sekiranya masih bisa diterima seperti dosen pembimbing berulah dan alasan keluarga seperti hamil atau mengurus anak. Apa yang dilakukan Run System tersebut secara tidak langsung juga bisa dikatakan sebagai bentuk penghargaan kepada mahasiswa abadi yang terpaksa harus berlama-lama di kampus karena alasan-alasan tertentu. Stigma mahasiswa abadi perlahan jadi bergeser dan mereka menjadi tak perlu lagi minder ketika harus bersaing dengan mahasiswa lain yang lulus tepat waktu.

Nyatanya, tak jarang lulusan dengan IPK tinggi juga sulit mencari pekerjaan lho, Guys!

Tidak selamanya nilai yang dikantongi ketika kuliah menjadi satu-satunya pertimbangan perusahaan menerima calon karyawannya. Banyak aspek lain yang bisa menjadi nilai plus ketika melamar pekerjaan, seperti pengalaman organisasi, pengalaman magang atau bekerja, skill non-akademik, hingga cara menghadapi pewawancara. Tidak jarang ditemui orang-orang dengan IPK lebih rendah justru lebih cepat mendapat pekerjaan karena saat ini IPK sifatnya sangat normatif. Sama halnya dengan jumlah NEM saat lulus SMA. Kenyataannya, ketika kuliah tidak ada dosen yang akan membahas seberapa tinggi NEM kita ‘kan? Pun dengan IPK. Performa seorang karyawan akan dinilai dari hasil pekerjaannya, bukan dari IPK semasa kuliah.

Bagaimanapun, setiap orang memiliki tujuan hidup masing-masing. Kita sebagai orang lain tidak seharusnya begitu saja menghakimi keputusan seseorang. Sama seperti kasus mahasiswa abadi. Tidak selamanya mereka harus dicap negatif karena bisa jadi apa yang telah mereka lakukan selama menunda masa kuliahnya justru akan membawa keberuntungan di masa depan. Siapa yang tahu?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE