Kawin-Kawinan, Permainan Absurd yang Kita Lakukan Saat Kecil Dulu. Cerai Karena Disuruh Makan~

Imajinasi seseorang ketika dirinya masih berusia anak-anak memang seringkali di luar nalar dan kerap bikin heran, begitu pula juga dengan kita zaman dulu. Makanya nggak heran jika saat masih bocah, terkadang kita seperti kelihatan punya dunianya sendiri-sendiri. Ibaratnya, mau sekacau apapun atau seheboh apapun keadaan di sekitar kita, masa bodoh dengan hal tersebut. Lha wong kita udah punya ruangan yang diciptakan dengan sendirinya kok. Salah satunya adalah permainan masa kecil.

Nggak cukup hanya sekedar bermain benda, game, dan berbagai macam khas permainan lainnya, di zaman tersebut kita kerap banget punya permainan absurd yang diciptakan oleh imajinasi kita. Masih ingat saat dulu kita bermain peran ‘kawin-kawinan’ kan? Alah, itu lo yang seolah-olah kita lagi ada di acara nikahan beneran dan jadi orang yang lagi nikah, padahal kita masih bocah banget. Mau diinget bikin malu, tapi memang gimana lagi kalau dulu pernah kayak gitu. Nostalgia bareng tentang masa itu yuk!

Biasanya sih yang main anak perempuan semua, terus perempuan juga yang jadi mempelai prianya. Aneh 🙁

Ilustrasi permainan kawin-kawinan / Credit: cektkp

Nggak dimungkiri lagi sih kalau permainan jadul yang satu ini memang sering dimainkan oleh kaum perempuan. Entah kenapa kalau hal-hal yang berbau peran kayak gini dulu seringnya sama anak perempuan, yang cowok kalau nggak main bola, mobil, robot, ya main yang lainnya. Nah, rupanya memang malah di sinilah letak lucunya. Karena yang bermain biasanya didominasi oleh anak perempuan, sosok mempelai prianya pun juga diperankan oleh anak perempuan itu sendiri. Lengkap dengam kedua orangtuanya yang duduk berada di kanan dan kirinya. Kocak banget nggak sih kita dulu, baru juga umur segitu udah kepikiran buat nikah juga 🙁

Paling enak kalau dapat peran tamu undangannya, nggak ada beban malu. Nggak kerasa begonya

Ceritanya jadi tamu undangan nih / Credit: sepasangbingkaikacamata

Dari semua peran yang ada, pokoknya yang paling santuy adalah mereka yang dapat peran jadi tamu undangan. Pertama, nggak harus dituntut buat luwes ngikutin gaya orang nikah beneran, kedua nggak harus menanggung rasa malu karena ternyata kalau lama-lama dilihat juga kelihatan begonya, hehe. Nah, kalau yang dapat peran sebagai tamu undangan inilah dulu yang biasanya diperagakan oleh cowok-cowok atau bocah yang datang ke tongkrongannya telat. Dulu sih mungkin masih berasa enaknya kali ya, sekarang giliran udah gede dan nontonon temen satu demi satu udah pada nikah semakin pusing.

Baru juga nikah 15 menit kemudian udah punya anak, biasanya pakai bantal dibungkus kain

Guling dan kain selendang, starterpack buat dijadikan anak / Credit: Carousell

Hal paling absurd dalam permainan ini salah satunya adalah bagimana kita dulu memerankan hari-hari setelah pernikahan. Nggak tahu gimana ceritanya, tapi 15 menit habis acara nikahan pasti udah punya anak, terus anaknya adalah bantal yang dibungkus sama kain dan digendong-gendong gitu. Bisa-bisanya lo ya, zaman bocil nggak tahu apa-apa, tapi kepikiran habis nikah langsung punya anak. Memang imajinasi anak-anak itu kreatifnya nggak pernah ada lawannya kok. Meski terkadang begitu kocak, tapi memang begitulah dunia anak-anak yang sesungguhnya. Kita melakukan apa yang pernah kita lihat sehari-hari.

Uang sumbangannya pakai daun-daunan. Halu bener dah pokoknya!

Nggak perlu pakai begini, pakai daun pun dulu udah cukup / Credit: Shopee

Kejadian ajaib yang nggak kalah konyol adalah saat kita kepikiran gimana caranya menciptakan uang buat sumbangan. Coba, dulu gimana tahunya pokoknya tiba-tiba kita paham kalau yang namanya datang ke pernikahan itu ada budaya ngasih uang buat sumbangan. Ya tentu saja uang sumbangannya pun bukan uang betulan. Boro-boro pakai uang palsu kayak zaman sekarang yang banyak dijual di toko mainan. Dulu, kita seringnya pakai aneka macam daun-daunan tuh buat dijadikan uang. Nah, yang paling sering dipakai adalah daun jambu. Mungkin karena gampang nyarinya kali, ya?

Setengah jam kemudian langsung cerai karena disuruh emak buat makan dulu. Hah!???!11

Pernah ngerasain? / Credit: Instagram via www.facebook.com

Dari semua rangkaian cerita sepanjang permainan ‘kawin-kawinan’ tersebut, satu-satunya yang paling mengocok perut adalah saat kita terpaksa bercerai dengan pasangan kita. Biasanya sih setengah jam setelah acara pernikahan bohongan itu dimulai. Alasannya nggak begitu kompleks dan rumit, pokoknya paling sering adalah karena disuruh emak buat makan siang atau tidur siang. Bayangin, cuma disuruh tidur dan makan siang aja kita harus terpaksa buat cerai sama pasangan lo. Nyesek banget nggak sih :”)

Sayang sih, zaman sekarang permainan peran yang satu ini udah jarang dilakukan oleh anak-anak. Maklum lah, semuanya sekarang udah kenal sama yang namanya gadget. Padahal kalau diarahkan dan didampingi oleh orang tua, bermain peran kayak gini bagus buat imajinasi anak-anak dan perkembangan pola pikir mereka lo. Itung-itung daripada emosi mainan game online kan~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

Editor

Kadang menulis, kadang bercocok tanam