Kocaknya Momen Karnaval Agustusan Zaman SD. Nyenengin sih, tapi Kadang Ngeselin juga

Banyak orang bilang bahwa masa-masa SMA adalah masa paling indah, di mana kita mengenal berbagai macam hal, mulai dari jatuh cinta, belajar bakal dan bandel, hingga urusan patah hati. Tapi, kalau persoalan kenangan paling kocak sih memang nggak ada yang bisa ngalah-ngalahin memori semasa SD dulu. Sebagian orang percaya bahwa jatuh cinta adalah masa paling indah, tapi bagi sebagian orang lagi, hidup dengan santai tanpa mengenal cinta layaknya anak SD adalah saat-saat yang lebih menggembirakan.

Advertisement

Salah satu kenangan kocak di masa tersebut yang pasti juga dialami oleh banyak orang di Indonesia adalah momen karnaval Agustusan yang diadakan dalam setahun sekali. Pada momen itulah kita merayakan hari kemerdekaan Indonesia dengan berbagai macam aktivitas, dan salah satunya adalh karnaval secara beramai ramai. Mulai dari kelas satu sampai kelas enam. Namun, selain sebagai kenangan kocak dan nyenengin, momen karnaval ini sekaligus juga ngeselin lo.

Biasanya agenda karnaval ini dilakukan dengan berjalan kaki ataupun bersepeda hias ramai-ramai keliling daerah sekitar

Momen karnaval / Credit: Youtube Raka Channel via youtu.be

Namanya juga perayaan hari kemerdekaan, udah pasti acaranya pun dibuat semeriah mungkin. Nah, pada momen karnaval tersebut, biasanya dilakukan dengan cara berjalan kaki lengkap dengan berbagai macam kostum yang temanya udah ditentukan sebelumnya, atau sering juga menggunakan sepeda hias beramai-ramai. Anak-anak di zaman itu tentunya sih antusias banget, karena belum kenal istilah mager sih. Pokoknya semua all out dan totalitas banget. Penginnya semua kelihatan keren dan paling gaul, meski terkadang yang jadi repot sih orang tua kita, hehe.

Ada yang inget nggak? Saat itu, selain menghiasi sepeda seunik mungkin, yang biasanya sering dilakukan adalah berdandan ala artis atau tokoh tertentu

Kostum ala pahlawan / Credit: Orami via www.orami.co.id

Masa-masa kocak ketika SD memang terkadang kalau diingat bikin kita senyum-senyum dan malu sendiri. Kok ya bisa-bisanya dan mau-maunya ya, kita dulu disuruh dandan kayak gitu? Padahal, kalau dipikir-pikir juga aneh dan menyusahkan diri sendiri. Iya sih, totalitas mah totalitas, tapi kadang karena totalitas itulah yang dulu bikin emak jadi jengkel. Kalau cuma sekedar minta dibantu buat menghias sepeda mah nggak gimana-gimana, tapi kalau udah minta sama emak buat dandanin kita kayak tokoh idola itu yang bikin pusing. Hayo, siapa yang dulu tiap ada karnavalan selalu minta didandanin kayak pak Karno? Siapa juga yang tiap karnaval selalu minta dibikin mirip sama Deddy Corbuzier dengan gaya lamanya yang khas!?

Advertisement

Paling ngeselin kalau udah niat banget dandan semaksimal mungkin, tapi ketika ada penilaian yang menang anak lain. Bukan karena lebih bagus, cuma karena lebih heboh aja kostum dan hiasannya. Hmmmm~

Karnaval agustusan / Credit: Atnews via atnews.id

Tipikal-tipikal anak SD zaman dulu kalau lagi ikut acara karnaval sekolah juga memang bermacam-macam. Ada yang niat banget buat dandan dan menghias sepeda dengan semaksimal mungkin, tapi ada pula sebagian bocah yang cuma asal heboh aja. Nggak ada konsep sama sekali, pokoknya sepedanya cuma sekedar ditempelin daun-daunan dan ranting pohon sampai penuh, mukanya dicoret-coret pakai arang sama lipstik milik emaknya, dan kalau ditanya konsepnya apa pasti dijawab ‘tentara lagi perang’. Hadeeeeh!

Masalahnya, lawan anak-anak begituan tuh yang terkadang bikin jengkel. Kita udah berjam-jam nyiapin kostum, make up, sampai perlengkapan lainnya biar kelihatan paling wokey, giliran pas ada penilaian kalah sama bocah-bocah yang asal tempel daun kering sama ranting sampai penuh. Jangankan pulang ke rumah bawa piala dan penghargaan dari guru-guru di sekolah, bawa doorprize juga nggak, yang ada malah cuma dapat capeknya doang. Seabsurd apa pun cerita di masa itu, tetap aja bikin kangen sih.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

Editor

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

CLOSE