6 Penjelasan (Mencoba) Ilmiah Menyoal Keberadaan Hantu, Supaya Sesekali Kamu Bisa Tampak Berani

Penjelasan keberadaan hantu

Belakangan kembali ramai cerita soal bus hantu yang dialami dan diceritakan oleh seorang penumpang bus dalam perjalanan ke Bandung bernama Hebbie Agus Kurnia melalui IG story-nya (@hebosto) pada Kamis 20 Juni 2019. Ia merasa jadwal tiba bus di kota-kota transit janggal, begitu juga raut wajah dan gestur para penumpang lain. “Gue ngeliat kok orang-orang pas lampu bus dinyalain, pada tegang dan pucet. Duduknya bener-bener tegap, tapi mukanya pucet,” tulis Hebbie.

Kisah keberadaan hantu selalu menarik perhatian dan berhasil bikin kita merinding, apalagi begitu banyak cerita horor lain tentang bus-bus antar kota. Ada yang memercayai dan bergidik ngeri, ada pula yang menyanggahnya lalu cuek. Kamu tim yang mana?

Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kepercayaanmu, berikut ini Hipwee akan bagikan sedikit logika ilmu pengetahuan dalam menjelaskan soal fenomena keberadaan hantu ini. Boleh percaya, boleh tetap menikmati rasa takutmu~

Gelombang elektromagnetik ternyata mempengaruhi otak manusia mempersepsikan sesuatu tanpa disadari

spektrum elektromanetik via id.wikipedia.org

Gelombang ini secara langsung berdampak kepada kerja otak. Ketika kita merasa ada hantu di dekat kita, sesungguhnya pada saat itu gelombang elektromagnetik sedang berlangsung memengaruhi aktivitas otak dan membentuk pola aneh. Hal ini bisa terjadi karena ketika otak diterpa gelombang elektromagnetik selama 15 atau 30 menit, tanpa disadari kita langsung memiliki persepsi bahwa ada kehadiran sesuatu yang nggak terlihat di sana.

Gelombang elektromagnetik berasal dari perubahan medan magnet dan medan listrik secara berurutan, di mana arah getar vektor medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus. Hipotesis ini sedikitnya membuktikan bahwasanya hantu itu sebenarnya hanyalah persepsi otak manusia yang sedikit kacau karena faktor dari luar. Atau, jangan-jangan yang namanya hantu itu adalah gelombang elektromagnetik? Karena persepsi tentang hantu kata penelitian munculnya karena ada gelombang itu? Hmm, bagaimana menurutmu?

Ketika mendengar kuntilanak mengikik tengah malam, bisa jadi itu hanya suara infrasonik yang “nggak sengaja” ditangkap telinga manusia

suara-suara ini kok ganggu~ via iyakan.net

Sebenarnya telinga manusia nggak akan mampu menangkap suara infrasonik lantaran memiliki frekuensi di bawah 20Hz. Sedang telinga manusia hanya mampu menangkap suara dengan frekuensi 20-20000Hz. Tapi bukan enggak mungkin telinga manusia “nggak sengaja” menangkap suara berfrekuensi rendah ini.

Secara ilmu sudah dibuktikan, bahwa suara infrasonik mampu membuat seseorang merasa nggak nyaman. Para psikolog pun telah mempelajari kaitan suara kebisingan lalu lintas di dekat tempat tinggal dengan disorientasi, perasaan panik, perubahan detak jantung dan tekanan darah hingga efek-efek psikis lainnya yang sering ditafsirkan sebagai gejala hadirnya makhluk nggak terlihat. Penelitian yang dilakukan di sebuah lokasi yang diduga “berhantu” juga membuktikan bahwa ternyata tempat tersebut memiliki sumber suara infrasonik yang berasal dari kipas angin.

Jika ingin mengaitkan dengan kejadian yang diceritakan Hebbie penumpang bus Cikampek-Bandung itu, bisa jadi bus yang ditumpanginya memiliki banyak aspek yang menghasilkan suara infrasonik dan mungkin hal inilah yang menyebabkan munculnya banyak perasaan aneh yang dialaminya. Who knows?

Kita merasa takut kepada hantu karena sudah memercayai atau sudah diberi sugesti tentang keberadaannya

aku takut ditakut-takuti via dicksteinrealestate.com

Ketika kamu diberitahu oleh seorang teman bahwa sebuah tempat itu berhantu, maka secara tidak langsung kamu akan memiliki persepsi tersendiri dan perasaan takut ketimbang seseorang yang nggak mengetahuinya. Karena sudah terlanjur takut, tumpukan baju yang ada di pojok kamar saja bisa terlihat seperti hantu karena kekuatan sugesti muncul berbarengan dengan rasa takut tersebut. Begitu kuatnya sugesti jika kita sudah diliputi rasa takut. Sampai-sampai spons cuci piring saja bisa terlihat seperti bolu, saking takut laparnya..

Kamu merinding bukan karena di sekitar kamu ada hantu, tapi karena respons tubuh terhadap perasaan takut

merinding bulu jaketku~ via www.merdeka.com

Merinding seringkali dikaitkan dengan hadirnya makhluk halus. Padahal, secara ilmu, setiap rasa takut umumnya akan bikin bulu kuduk berdiri. Hal ini dapat terjadi karena ada pelepasan hormon stress yang dipicu oleh keluarnya adrenalin saat sedang merasakan ketakutan. Hal ini ternyata juga bisa memicu kontraksi pada otot-otot kulit dan beberapa hal lainnya seperti produksi air mata, degup jantung yang semakin kencang, perut kembung dan tidak nyaman, tangan gemetaran, atau telapak tangan yang berkeringat. Nah, mulai sekarang kalau kamu merinding jangan mikir aneh-aneh, ya! Itu normal.

Kamu yang tinggal di kota-kota besar dengan tingkat polusi tinggi, berpotensi untuk merasakan kebaradaan “hantu”

ngeng.. ngeeengg~ via www.halodoc.com

Menghirup karbon monoksida yang terlalu banyak dapat membuat manusia untuk melihat, mendengar, dan merasakan hal yang tidak benar-benar ada. Gas beracun yang diakibatkan oleh polusi ini secara perlahan dapat meracuni kinerja otak hingga mampu membuat kita mengalami delusi. Selain itu karbon monoksida juga dapat menyebabkan halusinasi pendengaran, perasaan tertekan di dada, dan perasaan takut yang nggak dapat dijelaskan sehingga memunculkan sugesti bahwa ada hal yang nggak terlihat di sekitar kamu. Apalagi kalau kamu tinggal di kota seperti Jakarta, yang tingkat polusinya sangat tinggi. Potensi untuk kamu merasakan keberadaan “hantu” lebih tinggi. Akhirnya tinggal gimana kamu mempersepsikan delusi atau halusinasi yang dipengaruhi oleh karbon monoksida ini.

Kesurupan juga sering dikaitkan dengan hantu, apa iya?

itu manusia kenapa, ya? via sampit.prokal.co

Ternyata kesurupan telah dipatahkan oleh dunia medis. Ini bukan karena aktivitas supranatural, melainkan karena tekanan sosial dan mental yang masuk ke dalam alam bawah sadar manusia. Dalam dunia medis, kesurupan disebut sebagai Dissociative Trance Disorder (DTD). Sebenarnya penyebab fenomena ini cukup banyak, tapi yang dominan adalah karena tekanan sosial dan mental yang masuk ke dalam alam bawah sadar manusia. Dan itulah mengapa fenomena ini sering terjadi di belahan negara dunia ketiga seperti Indonesia dan India, yang tingkat tekanan sosialnya cukup tinggi.

Biasanya fenomena ini memunculkan gejala seperti bertindak di luar kontrol, hilang kesadaran, disorientasi, berubahnya nada suara, bahkan hingga hilang ingatan. Bukankah fenomena kesurupan biasa terjadi pada siswa yang akan menempuh UN di Indonesia? Hal ini bisa menjadi bukti dari hipotesis ini, karena beratnya beban dan tekanan sosial yang terbebankan pada mereka.

Setelah mengetahui penjelasan ilmiah soal keberadaan hantu, kita bisa berkesimpulan mengapa sering dari pengalaman bertemu “hantu” hanya dialami oleh satu orang. Jarang banget yang berbarengan, karena secara ilmiah, fenomena ini bergantung kepada bagaimana otak dan tubuh menerima dan mempersepsikannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

J'ai toujours fait une prière à Dieu, qui est fort courte. La voici: Mon Dieu, rendez nos ennemis bien ridicules! Dieu m'a exaucé.