Warganet Kecam Oknum yang Berjoget Nggak Senonoh di Acara Amal. Padahal Itu Tari Tradisional Lho!

Berjoget adalah perilaku ekspresif yang menjadi ajang hiburan bagi kebanyakan orang. Terutama di Indonesia, mayoritas masyarakat boleh dibilang gemar berjoget. Mulai dari konser dangdut sampai pesta perkawinan kerabat, hampir semuanya menyediakan sesi ‘hura-hura’, yaitu berjoget bersama.

Advertisement

Dengan adanya dangdut sebagai salah satu produk kebudayaan Indonesia, kegemaran berjoget seperti mendapatkan ‘panggung’ rutin. Namun, bagaimana jika kebiasaan berjoget ini dilakukan di waktu dan tempat yang salah? Misalnya seperti acara amal yang satu ini. Para pemuda ini berjoget ‘senonoh’ di antara para penari tradisional.

Sejumlah pemuda nggak mengindahkan etika saat berjoget nggak senonoh di muka umum

Pada sebuah video unggahan akun Facebook Arta Wan , (19/11), sekelompok pemuda bergiliran berjoget di tengah pertunjukan tari. Alih-alih menirukan tarian, sejumlah pemuda yang diduga merupakan anggota dari suatu komunitas pengendara motor (berdasarkan atribut yang dikenakan) ini memeragakan joget yang nggak senonoh, bahkan nggak beretika.

Meskipun pertunjukan tari tersebut dilakukan di acara umum, namun mereka nampak cuek, dan nggak mengindahkan etika, berjoget ria menirukan gerakan-gerakan berhadapan layaknya seperti hubungan suami istri. Sementara pasangan lainnya bergaya seperti hubungan suami istri dari belakang.

Advertisement

Agaknya nggak salah deh kalau orang-orang, khususnya warganet, geram dengan tindakan oknum yang terlibat dalam video tersebut

Melecehkan penari. via www.facebook.com

Hasil dari pantauan Hipwee, kejadian ini berlangsung di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Buleleng, dalam acara penggalian dana untuk para pengungsi Gunung Agung. Awalnya, acara ini berjalan dengan lancar dan tertib. Tapi ketika hari mulai senja, orang-orang mulai bertindak sesuka hati mereka—yang menjurus ke arah amoral. Seketika itu, ada juga yang merekam, mengunggahnya ke media sosial, dan lantas menuai komentar pedas dari warganet.

Ayah Nawal Ji Khotimah : Ksiann skli kesenian budaya bngsa kita buat guyonan… Bukny keSenian budaya di tinggkat kn mlh buat mainan… Smg ketwany mreka tidk di dngr ngri tetengga biar gk jdi bhn trtawaan kesenian ny..

Eka Laella Slavina: Ya mana banyak anak kecil lagi, astofiruloh halajim enggak punya etika banget.

Thio Cahya: Panitianya gimana itu, kasihan penarinya.

Tutu Chandra: Ini gila sih, bener-bener keterlaluan banget, sedih banget lihatnya, kenapa harus kayak gitu. Gue yakin itu penarinya pasrah juga karena dia gak ada pilihan lain, bukan karena dianya yang mau. Itu penari emang pake baju nari pula loh ya, sedih banget.

Afit D-fit aduh kasian sekali sama anak2 yg masih kecil nonton kelakuan kayak gitu,saya lebih bajingan dari mereka tapi kalau di tempat umum di liiat anak kecil saya rasa gak deh,apa lgi itu tarian daerah yg harus kita hormati

Jelas perilaku semacam ini akan menuai kecaman dari siapapun. Pasalnya, tindakan tersebut mereka lakukan seperti nggak ada sedikitpun rasa malu, apalagi bersalah. Belum lagi, banyak anak kecil di hadapannya, mereka tampak nggak peduli dan terus bersenang-senang memanfaatkan sang penari sebagai objek ‘hiburan’. Padahal, jika menilik tulisan yang terlihat pada latar belakang panggung kecil acara tersebut, saat itu sedang diadakan acara amal terkait terjadinya bencana alam di kawasan Gunung Agung.

Advertisement

Pro-kontra Joged Bumbung sebagai produk kebudayaan masyarakat Bali. Dari Bumbung menjadi ‘Jaruh’!

Joged Bumbung dari Bali. via www.merdeka.com

“Itu budaya yg diselewengkan, joged bumbung aslinya tidak bgtu, tp bnyak oknum yg mnyelewengkan tarian ini shingga mnjadi porno bgni,” – warganet

Setelah ditelusuri, jenis pertunjukan yang dimainkan penari dalam video adalah tarian khas Bali, yaitu ‘Joged Bumbung’. Mengutip di laman Kementerian Pendidikan dan kebudayaan , tari ini diakui memang fenomenal  di Bali. Joget yang lahir dari Desa Kalopaksa Buleleng ini bermula dari tangan sekelompok petani desa yang hendak mengisi hiburan seusai bekerja di sawah. Konon, joget ini diperkirakan lahir pada tahun 1940-an, dan hanya berupa tarian sederhana yang menggunakan seperangkat gamelan dari bambu atau yang disebut Ting Klik.

Seiring waktu, tarian ini pun populer dan berkembang hingga ke kabupaten lain di Bali. Ketika itulah lahirlah persaingan, mereka pun berinovasi menciptakan kreasi baru demi tetap eksis dan bisa dinikmati. Saat itulah diduga kuat muncul praktik penyelewengan dengan memanfaatkan unsur erotis dalam tariannya. Joged Bumbung yang awalnya sederhana akhirnya menjadi populer dengan aksi erotis penarinya (Joged Jaruh).

Budaya berjoget boleh jadi memang sudah menjadi kegemaran sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun apa yang telah mereka lakukan dalam video itu jelas melecehkan. Nggak cuma melecehkan si penari, tindakan mereka juga ‘mencederai’ tari tradisional sebagai salah satu produk kebudayaan Indonesia. Miris, ya? 🙁

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Fiksionis senin-kamis. Pembaca di kamar mandi.

CLOSE