Aku Memilih Berjuang Tanpa Banyak Kata. Bukankah Cinta yang Tak Lantang Justru Tidak Reda-reda?

Kamu jelas biasa-biasa saja. Rambutmu lebih sering berantakan di bagian poni, kantung matamu tampak jelas di akhir hari, dengan santai kau usap wajah dengan lengan kemeja yang bagiku jelas tak steril sekali. Tidak ada sisi dari dirimu yang membuatku ingin mengungkapkan kata-kata pujian istimewa.

Kita nyaman dan saling cinta — sudah itu saja.

Jika sebelumnya kata-kata manis mudah keluar sebagai bukti kuatnya rasa, baru denganmu aku memilih banyak menyimpannya. Cinta kita tidak butuh kata-kata. Terlalu banyak aksara di antara kita justru akan menghancurkannya.

Baru denganmu aku belajar mengolah rasa. Tidak semua deru hati perlu diketahui dunia. Beberapa malah lebih indah kalau tetap jadi rahasia

Beberapa deru hati malah lebih indah kalau jadi rahasia

Beberapa deru hati malah lebih indah kalau jadi rahasia via tumblr.com

Kamu menghadirkan nuansa berbeda dalam urusan percintaanku.

Berbeda dengan ikatan-ikatan sebelumnya, kekitaan kita tak semudah itu diendus dunia. Orang luar tak lagi bisa sekilas mata tahu apa yang sedang terjadi di hatiku. Jika sebelumnya kicauan dan tulisan di social media serta merta langsung mendayu, kini lebih bisa kita kendalikan kuatnya rasa itu.

Jelas ada rasa bahagia setiap kali melihatmu datang. Sebab itu tandanya kita akan bisa berbincang. Tubuhku juga terus meremang, bahkan hingga sekarang, waktu aroma manis dari tengkukmu menguar ke udara. Membuatku ingin kamu berada di sisi lebih lama.

Tapi kamu memang anomali di antara semua agenda biasa. Di sampingmu tak lagi kubutuhkan banyak legitimasi dari dunia. Menatap matamu lama, berbincang ringan denganmu di akhir hari sampai malam tiba, berbagi ide-ide random yang kata orang setengah gila — sudah cukup membuatku bahagia.

Bersama, pelan-pelan kita belajar mengerti arti batasan. Kekitaan kita seperti cairan yang idealnya berusaha dipenuhi dalam berbagai kesempatan

Baru di sampingmu aku mengerti. Rasa sekuat apapun juga harus dibatasi

Baru di sampingmu aku mengerti. Rasa sekuat apapun juga harus dibatasi via tumblr.com

Baru di sampingmu aku mengerti — rasa sekuat apapun juga perlu dibatasi. Menggiurkan memang menggeber semua dentum rasa di awal hubungan. Mengabarkan pada dunia, kita menjalani ikatan yang layak membuat mereka membelalakkan mata. Jadi dua lakon manis yang berbagi kata-kata pujian sepanjang waktu bersama.

Tapi bukankah hubungan tak jauh beda dari maraton panjang yang melibatkan beberapa etape melelahkan? Dalam prosesnya kita harus cerdik menjaga kondisi. Mulai dari jauh-jauh hari mempersiapkan diri, agar garis finish bisa dengan sukses dilewati.

Terlalu bersemangat mengayuhkan kaki bisa jadi bumerang yang menyakiti diri. Minum terlalu banyak di awal hari malah membuat kita tak sanggup melanjutkan berlari. Perlahan, kau dan aku belajar untuk makin tahu diri.

Kita memang saling jatuh hati, tak pelak lagi.

Namun tak ada hal yang membuat kita harus berlebihan mengabarkan semua yang sedang dijalani. Rasa yang tenang justru menguatkan ikatan ini.

Dalam diam hubungan ini sungguh-sungguh kupersiapkan. Buatku kamu adalah sahur yang tertata, akan siap kusambut dirimu saat berbuka

Kamu adalah sahur yang tertata. Akan siap kusambut dirimu saat berbuka

Kamu adalah sahur yang tertata. Akan siap kusambut dirimu saat berbuka via tumblr.com

Sesekali kamu merengek manja minta lebih diperhatikan. Bukan cuma sekali kamu mengeluh agar aku lebih ringan menunjukkan kata sayang. Lebih sering kutanggapi protesmu dengan acakan rambut ringan, sebab kuharap kau tahu bukan itu yang kumaksudkan.

Ada orang yang rela berupaya sekuat itu untukmu. Tak perlu khawatir, ada seseorang yang bersedia mengabdikan sebagian besar waktu hidupnya untuk mewujudkan mimpi-mimpimu.

Sebelumnya aku harus minta maaf atas kekecewaan, jika bukan kata-kata manis yang kamu dengar. Alih-alih panggilan sayang kamu akan lebih sering melihatku memelototi layar datar demi merampungkan berbagai tanggungan pekerjaan. Sesekali kurelakan waktu bersama, karena tenggat waktu tak lagi bisa diajak berdamai layaknya kawan.

Namun di situ perjuanganku tak lagi perlu diragukan. Kamu punya seseorang yang rela pasang badan demi memenuhi segala kebutuhan.

Bagiku kamu adalah sahur yang kupersiapkan dengan sebaik-baiknya. Buatmu aku tak keberatan harus makan kurma, mengolah masakan berbahan dasar gandum demi tersedianya tenaga, sampai berusaha membatasi perilaku agar ibadah tetap terjaga.

Jika proses mempersiapkan diri untukmu saja kuatur apik begini, bukankah berbuka denganmu nanti adalah hal yang harusnya sangat disyukuri? Kamu tak perlu takut merasa kurang dicintai.

Kupilih mencintaimu dalam diam bukan karena aku pecundang. Bukankah cinta yang lebih bertahan adalah cinta yang tenang?

Bukankah cinta yang bertahan adalah cinta yang tenang?

Bukankah cinta yang bertahan adalah cinta yang tenang? via tumblr.com

Tak perlu meragukan kuatnya rasaku. Kita boleh jadi tidak sesering itu bisa bertemu, kamu pun merasa aneh sebab hanya sesekali dimanjakan oleh kata-kata manisku. Aku hanya ingin kamu tahu, bukan di sisi itu permainan yang sedang kubangun bersamamu.

Lebih ingin kubangun hubungan yang melibatkan kerjasama antara dua orang dewasa, partnership penuh kompromi saat berbagai masalah tiba. Ikatan yang membuat kita sama-sama berkembang dalam bidang yang telah digeluti sekian lama. Semua itu membutuhkan tindakan nyata, bukan sekadar membungkus kata-kata biasa dengan manisnya gula-gula.

Kalau kamu mengharap dimanjakan dengan kata-kata yang membuatmu terbang, aku bukan orangnya Sayang. Sudah tidak lagi mudah kuumbar perasaan lewat berbagai ungkapan. Sebab kini kusadari cinta adalah kata kerja, yang hakikatnya harus dibuktikan dengan perbuatan.

Cintaku tidak lantang, Sayang. Tapi bukankah cinta yang tidak lantang justru tidak reda-reda?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat puisi dan penggemar bakwan kawi yang rasanya cuma kanji.