Ingat, Resmi Dilamar Pacar Bukan Berarti Kegalauanmu Kelar!

Kira-kira kapan ya aku dilamar sama Masnya?

Pertanyaan itu kadang melintas di kepala melebihi keinginan makan dalam sehari. Kadang malah munculnya tak tahu diri sebab tak kenal waktu, situasi dan kondisi. Belum lagi kalau itu muncul dari mulut orang lain meski masih keluarga sendiri, rasa pedihnya seperti dicubit bertubi-tubi. Galaupun akhirnya tak bisa dihindari.

Pertanyaan itu juga makin menjadi saat teman-teman yang notabene adik tingkat sudah lebih dulu dilamar pacarnya, atau malah menikah di usia yang masih cukup muda. Sambil berusaha membesarkan hati, sesekali kamu menggerutu, “duh enaknya ya sudah dilamar, sudah tinggal selangkah menuju kata halal.” Iri? Bisa jadi. Cemas pun mungkin saja, sebab situasi ini bikin kita mempertanyakan kembali keseriusan pasangan.

Urusan kapan dilamar memang bisa jadi sangat pelik saat diri ini sudah merasa sangat siap dan ingin membangun bahtera rumah tangga. Tapi setelah lamaran dari pacar datang pun bukan berarti membuat diri sekoyong-konyong terlepas dari kegalauan atau bisa tenang. Justru tangga cobaan yang harus dilewati akan lebih curam. Sebagai salah satu orang yang sedang mengalami masa-masa krusial pascalamaran dan menjelang hari sakral itu. Kali ini saya ingin bercerita sedikit soal kegalauan yang masih tetap ada meski sudah dilamar.

1. Kenapa orang lain bisa terlihat mudah menyiapkan pernikahannya, tapi kamu malah terasa seperti dipersulit

Setiap pasangan punya cobaan yang berbeda via unsplash.com

“Sabar Dek, orang mau nikah itu pasti ada cobaannya. Mbak dulu begitu, teman Mbak pun sama.”

Sebab yang selama ini kamu lihat memang hanya kulitnya saja. Si A kelihatannya gampang sekali mendapatkan izin menikah meski masih ada tanggung jawab sekolah. Si B entah kenapa tampak tenang-tenang saja menyiapkan tetek bengek pernikahan yang hanya berjarak satu bulan. Sementara kamu diam-diam merasa kecewa saat prosesmu menuju ke sana ada saja kendalanya. Nyatanya Si A atau B pun pasti punya cobaan yang berbeda dan kamu tak pernah tahu.

2. Tiba-tiba terpikir, apakah keputusan kalian untuk menikah sudah benar?

Sudah benarkah keputusan kalian via unsplash.com

Kamu jelas sayang dengan pasanganmu. Serius dengan hubungan yang kalian punya pun tak perlu lagi dipertanyakan. Tapi cobaan demi cobaan yang kamu rasakan masa pra nikah ini entah kenapa membuat dirimu bertanya soal keputusan yang sudah diambil. Apa sudah benar menikah sekarang dan dengan dia? Sebab menikah bukan hanya tinggal bersama, tapi bagaimana kita bisa menjadi tua bersama.

3. Saat selisih paham jadi lebih sering terjadi, lelah kadang buatmu ingin menyerah dan mengakhiri proses yang sudah setengah jalan ini

Saat selisih paham via unsplash.com

Kecemasan ini yang akan terlintas saat kamu jadi lebih sering selisih paham dengan pasangan, “kalau sekarang aja bertengkar terus, bagaimana nanti kalau sudah menikah?” Rasanya perselisihan kali ini bukan lagi sekadar bumbu untuk bikin hubungan lebih berwarna. Tapi perselisihan seperti jurang yang menggiringmu untuk berputus asa. Padahal di ujung jurang masih ada jalan terjal yang bisa kamu tapaki perlahan-lahan untuk sampai ditujuan kalian.

4. Belum lagi soal menyatukan pandangan, bukan hanya kita berdua tapi juga dua keluarga, kadang ada saja yang tak sesuai keinginan dan harapan

Ingat keluargamu dan dia via www.bridestory.com

Menikah itu bukan cuma kamu dan dia yang akan bersatu, tapi juga dua keluarga besar.

Coba sudah berapa banyak nasehat itu masuk ke telingamu? Sering. Tapi ini memang kegalauan yang tak bisa kamu hindari. Saat kamu dan dia sudah sepakat dengan satu hal, eh ternyata salah satu keluarga kalian justru tak bersedia. Sementara soal menyatukan padangan ini tak hanya di hal-hal yang krusial saja. Kadang hal sepele pun bisa terjadi. Mungkin memang ini proses yang mengajarkanmu untuk lebih bersabar lagi.

5. Soal biaya nikah klise memang. Tapi tetap saja menikah aslinya bukan seberapa siap finansial. Justru kamu akan mempertanyakan lagi mental diri sendiri siapkah hadapi pernikahan nanti?

menikah itu harus siap mental via unsplash.com

Nikah butuh modal.

Benar, tapi modal nikah itu bukan hanya uang. Saat lelahmu dengan semua cobaan pra nikah sudah ada di puncaknya, kadang kamu berpikir untuk menyudahi saja. Tapi saat kamu bercerita hal ini dengan orang yang sudah berpengalaman, pasti dirimu diminta untuk mempertanyakan lagi seberapa besar mentalmu sekarang?

Kalau cuma persoalan beda pendapat desain undangan, masa iya kamu langsung depresi parah dan memutuskan untuk menyerah. Sekecil itukah mental yang kamu punya? Padahal saat sudah nikah nanti tangga cobaan yang harus dilalui pasti akan lebih curam. Jadi jangan lantas berpikir, sesudah dilamar pacar kegalauanmu soal hubungan akan kelar.

Tapi yang pasti momen pra nikah itu tempat kamu harus banyak merenung. Kalau kata Mbak saya yang menikah tanpa proses pacaran, merenung di sini fungsinya tak hanya untuk meyakinkanmu, tapi juga menyiapkan dirimu untuk tantangan yang lebih besar lagi nanti setelah kalian halal.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Tukang catat yang sering dilanda rindu dan ragu