Jika Hubunganmu dengan Dia Sudah Begini, Memang Sudah Saatnya Kamu Pergi

Tanda hubungan berakhir

Menjaga sebuah hubungan ibaratnya kamu sedang menanam pohon. Pohon yang kecil, kamu pupuk dan siram terus-terusan agar menjadi besar. Batangnya menjadi kuat dan daunnya menjadi rimbun untuk berteduh. Akar yang kuat tentu menjadi penentu apakah pohon yang kamu tanam akan kuat juga atau tidak.

Advertisement

Ada kalanya kita sudah terlalu terbiasa bersama seseorang. Waktu yang panjang serta rasa enggan untuk melalui hidup sendiriaan, membuatmu menginginkan kehadirannya terus-terusan. Jika dia tak ada, rasa kurang itu akan menyiksa. Tak peduli lagi apakah keberadaannya membuatmu bahagia atau justru terluka, kamu hanya tahu bahwa kamu harus mempertahankan apa yang sudah ada, meski sebenarnya itu justru membuatmu terluka.

Mempertahankan hubungan dalam jangka waktu yang panjang, hingga akhirnya berlanjut ke jenjang yang lebih serius adalah cita-cita banyak orang. Tapi ada kalanya kita harus realistis memandang kenyataan. Adaa hal-hal yang layak kita perjuangkan dan ada yang lebih baik kita relakan saja. Jika pasanganmu melakukan hal-hal di bawah ini, dan hubunganmu dengannya sudah seperti yang akan hipwee bahas di bawah ini, sudah saatnya kamu berhenti. Mempertahankan apa yang tak layak hanya akan membuatmu sakit hati.

1. Dia melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. Pertama kamu memaafkan, kedua dan ketiga kamu harus mulai mempertanyakan

Berkali-kali harus memaafkan dan berupaya melupakan kesalahan | Photo by Morteza Yousefi via unsplash.com

Memang betul bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Karena itu bukan sesuatu yang mustahil jika pasanganmu, dan juga kamu, pernah melakukan kesalahan yang melukai satu sama lain. Karena itulah, kita harus berbesar hati untuk memaafkan kesalahan seseorang. Sekali bersalah, wajar jika kita harus memaafkan. Tapi jika terjadi kali kedua dan ketiga, sudah saatnya kamu mulai mempertanyakan.

Advertisement

Jika dia benar-benar mencintaimu dan ingin bersamamu, dia akan belajar dari kesalahan. Melakukan hal yang sama, yang dia tahu itu melukaimu, adalah tidak mungkin. Tapi jika dia terus-terusan melakukan kesalahan yang sama, apa lagi yang kamu pertahankan?

2. Kamu sampai bertanya pada diri sendiri, “Pantaskah dia kamu percayai lagi?”

Pertanyaan ini makin sering muncul di dalam kepalamu | Photo by Toa Heftiba via unsplash.com

Kamu tahu percaya adalah salah satu unsur penting dalam sebuah hubungan. Tanpa kepercayaan sebuah hubungan akan penuh dengan rasa saling curiga yang tidak akan membawa ke mana-mana. Pertengkaran-pertengkaran akan lebih mendominasi daripada kasih sayang. Meski kata orang cemburu adalah tanda sayang, tapi tanpa kepercayaan semuanya tak mungkin berkembang.

Selama ini kepercayaan yang telah kamu berikan begitu sering dilanggar. Awalnya kamu memaafkan, karena seperti tadi, manusia memang tempatnya salah dan lupa. Tapi setelah itu terjadi bekali-kali, dan dia dengan mudahnya datang membawa permintaan maaf tanpa diikuti perubahan sikap, barangkali selama ini kamu justru disepelekan. Jangan sampai pasanganmu berpikir bahwa karena kamu selalu memaafkan saat kepercayaanmu dia langgar, lantas dia bisa melakukan itu berulang-ulang dan kamu pasti akan memaafkan.

Advertisement

3. Kadang kamu sampai bersitegang dengan keluarga. Gara-gara sikap pasanganmu yang kelewat keterlaluan, tapi harus tetap kamu bela

Hubungan dengannya membuatmu semakin kesepian dan terkucil | Photo by Carlos via unsplash.com

“Kok dia nggak datang di hari ulang tahunmu?”

“Dia lagi keluar kota, Bu.”

“Masa kamu sakit udah seminggu, dia nggak menjenguk sih?”

“Dia sibuk kerja, Bu. Kantornya sedang masa sibuk-sibuknya. Maklum, buat masa depan aku juga kan?”

“Bapak kurang suka sama sikap pacarmu. Etikanya sama orang tua kurang.”

“Tapi Yah, orang kan beda-beda. Meski agak kasar begitu, dia sebenarnya baik kok.”

Sekarang coba kamu pikir ulang. Pembelaan-pembelaan yang kamu sampaikan ke orang tuamu itu, apakah memang kenyataannya seperti itu, ataukah sebenarnya kamu sedang menghibur dirimu sendiri saja?

4. Prinsipmu selama ini adalah memantaskan diri, tapi dia masih begitu-begitu saja. Apa selama ini kamu berjuang seorang diri?

Photo by Andrik Langfield via unsplash.com

Saat kamu menjalin hubungan dengannya, proyeksimu jauh ke depan. Kamu tidak mau kalian hanya menjadi hubungan yang sifatnya have fun. Sebuah kehidupan bersama di masa depan menjadi target impian. Awalnya dia juga sama. Lantas kalian sepakat untuk belajar bersama untuk menjadi lebih baik dan saling memantaskan diri. Sehingga pada saatnya nanti, kalian akan benar-benar siap mengarungi bahtera rumah tangga yang dewasa.

Sementara kamu selalu berusaha memantaskan diri, dia masih begitu-begitu saja. Tidak ada perubahan yang berarti. Dan saat kamu menanyakan mana janjinya untuk memperbaiki diri, dia malah memintamu untuk mencintainya apa adanya. Dan setelah kamau pikir-pikir lagi, selama ini dia tidak terlalu berbuat banyak untuk hubungan kalian. Perihal pertemuan, seringnya kamu yang mati-matian berusaha untuk bisa melihatnya. Jika sudah begini, coba pikirkan lagi. Barangkali selama ini kamu yang berjuang sendiri?

5. Masing-masing orang memiliki kepercayaan dan prinsip yang tidak bisa dilanggar. Jika prinsip kalian bertentangan, coba pikir ulang soal hubungan

Tidak ada titik temu atau keinginan berkompromi | Photo by Laurent Gence via unsplash.com

Setiap orang memiliki nilai-nilai hidup sendiri. Ada hal-hal prinsipil yang selalu kamu jaga dan tidak bisa dilanggar. Saat kamu menjalin hubungan dengannya, mungkin kamu sudah tahu bahwa prinsipmu dan prinsipnya berbeda. Sejak awal kamu menginginkan hubungan serius yang mengarah ke masa depan, sementara dia tidak pernah berniat menikah. Hidup bagimu yang serba serius dan harus ditata sebaik mungkin, baginya adalah sebuah permainan yang asal dijalani saja dan bisa membuat senang. Pernikahan bukan salah satu hal yang masuk dalam to-do listnya.

Karena cinta, awalnya kamu memutuskan untuk mengabaikan. Lagipula kamu yakin seiring waktu, kamu bisa mengubah pandangan hidupnya yang berbeda. Tapi setelah sekian lama, prinsipnya masih sama. Seharusnya kamu sudah mempertimbangkan di awal, bahwa prinsip-prinsip dasar yang saling bertentangan harus dipikirkana ulang sebelum kamu memutuskan untuk menjalin hubungan dengannya. Tak ada salahnya memang berharap. Tapi sakitnya luka juga bisa kamu rasakan kapan saja.

6. Sejak bersamanya, kamu tak mengenali dirimu sendiri. Kamu telah berubah menjadi orang yang berbeda

Sulit mengenali diri sendiri | Photo by Alina Scheck via unsplash.com

Saat kamu berdiri di depan cermin dan menatap pantulan dirimu, apakah kamu masih melihat dirimu sendiri? Atau kamu justru melihat sosok asing, yang mungkin, dulu termasuk sosok-sosok yang kamu benci? Apakah kamu mulai mengingat bahwa ada hal-hal yang dulu kamu suka, tapi tidak lagi kamu lakukan? Dan kamu justru melakukan hal-hal yang dulu kamu benci?

Saat kita mencintai seseorang, terkadang diminta atau tidak diminta, kita sering berusaha untuk menjadi seperti orang yang pasanganmu inginkan. Pasanganmu tidak suka cewek tomboy, lalu kamu mati-matian berubah menjadi cewek feminine. Pasanganmu tidak suka kamu ikut panjat tebing, lalu kamu memutuskan untuk berpisah dengan olahraga favoritmu dan berganti ikut kursus memasak karena pasanganmu menyukai cewek yang pintar memasak. Tidak masalah jika perubahan itu membuatmu menjadi lebih baik. Tapi jika perubahan-perubahan itu membuatmu tak lagi mengenali dirimu, itu artinya kamu telah menghilang. Barangkali yang pasanganmu cintai bukan kamu, tapi sosok yang dia inginkan untuk ada di kamu.

7. Ada kalanya kamu berpikir untuk melepaskan. Tapi kamu selalu ingat kebahagiaan yang dulu kalian rasa, meski saat ini semuanya tak lagi sama

Kebahagiaan bersama itu momen yang sudah ada di belakang | Photo by IB Wira Dyatmika via unsplash.com

Ada kalanya ketidak-cocokan itu begitu kentara. Sebuah hubungan yang harusnya dipenuhi kasih sayang dan cinta, justru lebih didominasi dengan rasa jengkel, amarah, sakit hati, dan air mata. Kadang kamu juga berpikir untuk merelakan saja, meski hubungan kalian sudah lama. Tapi kamu selalu ingat bahwa dulu kalian pernah bahagia. Bahwa dulu, kamu dan dia pernah begitu saling menyanyangi sehingga seluruh perbedaan ini tak lagi berarti.

Kamu selalu melihat ke belakang sana, dan kamu melupakan kenyataan bahwa saat ini semuanya sudah berbeda. Kebahagiaan kalian hanya tertinggal di kenangan. Yang hadir saat ini justru luka yang tak ada habis-habisnya.

8. Terkadang alasan paling kuat untuk mempertahankannya adalah kamu merasa takut sendirian ke mana-mana. Kamu sudah terbiasa bersamanya sekian lama

Meski di jalan yang sama, kalian sebenarnya justru saling membatasi kebahagiaan satu sama lain | Photo by Doğukan Şahin via unsplash.com

Kebersamaanmu dengannya memang sudah lama. Sudah terlalu jauh langkah yang kalian jalani berdua. Mencoba dengan orang baru adalah hal yang tak bisa kamu bayangkan. Berpisah dengannya, berarti sebuah perubahan besar dalam hidupmu. Dan kamu tak pernah siap untuk itu. Alasan terbesarmu mempertahankan hubungan hanyalah karena kamu takut ke mana-mana sendirian.

Ketakutanmu pada kesendirian dan ke mana-mana sendiri ini yang membuatmu rela merasakan luka yang tak hanya sekali dua kali datangnya. Barangkali kamu tak sadar, karena selama ini kamu mengubah ketakutanmu pada kesendirian menjadi rasa sayang dan takut kehilangan. Karena itulah, kamu selalu berusaha menjadi apa yang dia mau dan membuatnya bahagia, meski itu dengan mengorbankan kebahagiaanmu sendiri. Bagimu, dia adalah nomor satu.

9. Tapi kamu lupa satu hal, mencintai seseorang tidak berarti kamu harus selamanya mengorbankan kebahagiaanmu untuk kebahagiaannya

Kalian bisa mengejar kebahagiaan masing-masing | Photo by Henri Pham via unsplash.com

Mencintai seseorang memang identik dengan menginginkan kebahagiaan untuk orang tersebut. Melihatnya tertawa bahagia jelas membuat kita bahagia juga. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanmu juga. Tapi kamu lupa, bahwa mencintai seseorang tidak berarti kamu harus selamanya mengalah. Harus selamanya berkorban untuk kebahagiaannya tanpa pernah mendapatkan hal yang sama.

10. Mencintai dirimu sendiri adalah hal utama untuk bahagia. Kamu harus menyisakan sepetak ruang di hati, agar ketika dia pergi kamu masih mampu berdiri

Kamu pun harus bisa bahagia dengan dirimu sendiri | Photo by Sherise VD via unsplash.com

Sebelum mencintai orang lain, ada baiknya kamu mencoba untuk mencintai dirimu sendiri lebih dahulu. Menyanyangi diri sendiri adalah kunci kebahagiaan. Kesenangan orang yang kita cintai memang penting, tapi apakah kamu akan terus-terusan melukai dirimu sendiri untuk kesenangannya?

Jika kamu sudah sampai di sini, cobalah duduk tenang, dan memikirkan semuanya. Di dunia ini memang ada hal-hal yang berharga dan tidak berharga. Saat ini, kamu harus berusaha mengerti jika hal-hal yang tak berharga tak sebaiknya diperjuangkan. Sudah saatnya kamu merelakan, dan belajar untuk lebih menyayangi dirimu sendiri.

Tanyakan kepada dirimu sendiri, apakah bersama dirinya selama ini membuatmu bahagia? Jika tidak, lalu apa yang kamu perjuangkan sampai saat ini?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE