Mengintip 5 Prinsip Unik Hubungan Poliamori. Ketika Cinta ‘Sah’ untuk Dibagi-bagi

Prinsip hubungan poliamori

Ada banyak cara untuk mengekspresikan cinta. Salah satunya dengan mengikatnya ke dalam sebuah hubungan. Namun ada banyak cara pula dalam menjalin hubungan. Ada yang memutuskan untuk berhubungan dan mencintai satu orang saja sehidup semati, ada pula yang memilih untuk mencintai dan menjalin hubungan khusus dengan lebih dari satu orang secara bersamaan. Untuk yang terakhir ini kita akan menyebutnya dengan poliamori.

Advertisement

Poliamori dalam praktiknya berbeda dengan poligami yang sudah lebih umum dikenal. Hubungan poliamori nyaris mirip dengan bentuk open relationship atau open marriage, namun memiliki sedikit perbedaan yang prinsipil. Dalam prinsip poliamori, nggak ada pasangan yang dominan atau diutamakan. Setiap pihak mencintai partner sekaligus dalam takaran yang sama. Makanya, dalam poliamori nggak ada yang namanya pasangan sentral. Penasaran nggak, prinsip seperti apa yang mereka terapkan dalam menjalani hubungan ini?

1. Mungkin sedikit aneh, tapi dalam hubungan poliamori wajib hukumnya untuk akrab dengan partner lain pasangannya

akrab dengan masing-masing pasangan via www.redbookmag.com

Hubungan ini mengenal dan menerapkan konsep “kitchen table polyamory”. Yaitu, mereka yang melakukan poliamori harus bisa ngumpul bareng bagaikan keluarga besar dan akrab satu sama lainnya. Lewat konsep inilah bakal kelihatan bahwa, nggak ada pasangan yang diutamakan di atas pasangan lainnya, melainkan semua mendapatkan afeksi yang sama. Karena hal ini, dalam menjalani hubungan poliamori, komunikasi menjadi penting untuk setiap negosiasi komitmen agar dalam hubungan masing-masing nggak ada yang merasa keberatan dan memberatkan.

2. “Bahagia ketika melihat si dia bahagia,” adalah sungguh-sungguh terjadi dalam relasi poliamori ini. Alias no baper-baper gitu kali ya

bahagia melihat pasangan dengan partner lain via www.inverse.com

Dalam hubungan poliamori dikenal yang namanya “compersion”, yaitu rasa bahagia yang hadir ketika melihat partner dalam hubungan ini bahagia dengan orang lain. Misalnya, ketika A dikunjungi B, maka C akan bahagia. Dan ketika C bersama B, maka A berbahagia. Lewat cara yang mungkin bagi sebagian besar orang terdengar aneh itulah, mereka yang menjalani poliamori mendapatkan kebahagiaan mutlak. Bahkan menurut mereka yang menjalani poliamori, mengutip dari Vice , compersion ini begitu luar biasa, sehingga rasanya seperti mendapat float roat-beer gratisan. Hmmm…

Advertisement

3. Bagi mereka mencintai lebih dari satu orang merupakan hal yang paling alami di dunia. Dan dengan ini akan mendapatkan lebih banyak lagi cinta

memberi lebih banyak cinta, mendapatkan lebih banyak cinta via www.bbc.com

Mereka nggak bersepakat dengan prinsip hidup dengan satu orang dan menjadikannya belahan jiwa akan menjamin bahagia. Sedang jika nggak bersama dengan belahan jiwa itu, sebagai manusia akan merasa nggak utuh dan sia-sia. Dalam poliamori masing-masing pasangan bisa mengendalikan diri sepenuhnya, dan nggak seorang pun bisa menguasai satu di antaranya.

Nggak kayak di hubungan monogami yang menjunjung kalimat “kamu milikku, aku milikmu”, dalam poliamori semuanya bebas, bahkan nggak mensyaratkan pernikahan sebagai ikatan hubungan. Cinta dalam hubungan poliamori boleh dikatakan bersifat platonik, sebab lebih berfokus kepada afeksi bukan kepada eksklusivitas seksual semata.

4. Karena menurut mereka hakikat cinta pada dasarnya adalah membebaskan, bukan mengikat

cinta itu membebaskan, bukan mengikat via www.independent.co.uk

Dalam praktiknya, poliamori bersifar sangat cair. Hubungan bisa berubah kapan saja bergantung pada kebutuhan, gairah, dan norma yang disepakati oleh masing-masing pasangan yang terlibat. Poliamori bagi pelakunya adalah upaya untuk mengurangi sifat egois yang kerap hadir di dalam diri pasangan monogami. Dan bagi mereka, untuk hubungan cinta yang mendalam nggak melulu dibutuhkan komitmen tunggal, dan juga keharusan menjalin hubungan jangka panjang yang penuh kasih. Seperti yang kamu harapkan dengan si dia itu.

Advertisement

5. Meski terdengar ribet dan berpotensi sering memicu keributan, mereka penganut poliamori ternyata lebih minim konflik

Sebab untuk bisa menjalani hubungan seperti poliamori dibutuhkan individu yang open-minded, maka kedewasaan dalam tiap tindakan dan penyelesaian masalah mereka akan berbeda dengan kebanyakan pasangan monogini yang masih mengedepankan ego ketika di dalam masalah. Selain itu, seperti di kutip dari BBC, orang-orang poliamori cenderung bisa mempertahankan pertemanan mereka dengan para partner, dan jarang memutus kontak setelah putus hubungan. Maka daripada itu, kedewasaan yang melebihi umur dalam poliamori memungkinkan konflik jarang sekali terjadi.

Alasan paling umum para penganut poliamori adalah, ingin punya hubungan romantis dengan banyak orang, memunculkan kesempatan untuk mengenal lebih banyak pengalaman bahkan sekadar membunuh kebosanan. Tapi untuk diingat, manusia memiliki perasaan cemburu sebagai sifat alami yang muncul karena alasan logis. Dan sifat alami ini, jika nggak bisa dikontrol akan menggumpal dan siap meledak menjadi konflik besar di kemudian hari. Jadi, siap untuk bersetia dengan si dia saja, atau eksplorasi hubungan dengan si dia, dia, dia dan si dia?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE