Ragam Pertanyaan ‘Calon Mantu’ dari Orangtua untuk Anaknya yang Sudah Waktunya Nikah tapi Masih Ogah

Bapak ibu mau mantu!

Waktu masih remaja dulu, kamu selalu menggebu dalam menuliskan mimpi-mimpimu. Salah satunya adalah target menikah di umur 25. Seiring berjalannya waktu, beberapa mimpimu ada yang menjadi nyata. Namun ada juga yang kini tinggal angan belaka. Salah satunya mimpi menikah di umur 25. Alasannya beragam, tapi yang saat ini terjadi padamu adalah belum kepikiran menikah dalam waktu dekat.

Advertisement

Bukannya tak mau menikah, tapi kamu hanya agak ngeri kalau melaksanakan hal sakral tanpa persiapan apa-apa. Sementara kalau melihat diri sendiri, rasanya masih jauh untuk mencapai kesiapan itu. Pekerjaan masih di level awal, penghasilan hanya cukup untuk sehari-hari dan yang paling penting belum menemukan dia yang benar klik di hati. Alhasil tiap ditanya soal ‘calon menantu’ oleh orangtuamu jawabannya selalu nanti dulu pak, bu.

Orangtuamu pun tak habis akal. Mereka selalu punya ragam pertanyaan untuk menyentilmu yang udah waktunya menikah tapi ogah-ogahan ini. Barangkali salah satunya ada di bawah ini.

1. “Itu suara siapa? Pacar kamu ya?”

Itu suara OB nawarin makan bu. Bukan pacar T.T via www.unsplash.com

Hidup di perantauan dan jauh dari orangtua memang banyak tantangannya. Salah satunya adalah ketika orangtuamu tengah menelepon lalu terdengar suara lawan jenis oleh mereka. Udah deh, pertanyaan soal bagaimana pekerjaan dan kabarmu langsung buyar. Digantikan dengan teman “itu suara siapa?” atau “itu suara pacar kamu ya?”. Padahal saat itu kamu masih terdampar di kantor untuk menyelesaikan pekerjaan. Suara yang terdengar oleh mereka mungkin adalah rekan satu ruangan yang sama-sama belum pulang atau malah suara office boy yang nawarin makan malam.

Advertisement

2. “Dari sekian banyak teman kantor, nggak ada yang nyantol?”

Duh, belum ada yang nyantol bu~ via www.unsplash.com

Bagimu kantor adalah salah satu tempat untuk mengumpulkan pundi-pundi dan relasi. Namun tidak bagi kedua orangtuamu. Bagi mereka makna kantor harusnya lebih dari itu, contohnya tempat untuk menarik lawan jenis. Siapa tahu bisa nyantol di hati. Mungkin beberapa orang memang menemukan jodohnya di kantor mereka. Namun apalah daya kamu yang udah bertahun-tahun bekerja tapi umpanmu tak termakan juga. Pertanyaan soal nggak ada yang nyantol ini pasti akan kamu dengar, meski dari tahun ke tahun jawabanmu masih memilukan, “mikirin kerjaan aja nggak kelar bu”. Apalagi mikir cari jodoh di sana.

3. Selain hati-hati, kadang orangtua menyisipkan kalimat, “Jangan lupa nyari jodoh sekalian” pas kamu mau dinas luar

Siyaaaap! via www.unsplash.com

Buatmu yang sering ditugaskan keluar kota dan masih sendiri, mungkin pernah mendengar soal ini. Ketika kamu pamit akan berangkat dinas luar, orangtuamu tak hanya mengucapkan hati-hati di jalan atau semoga selamat sampai tujuan. Namun mereka juga tak lupa menyisipkan kalimat Jangan lupa nyari jodoh sekalian. Siapa tahu ketemu di perjalanan. Awal-awal diberi pesan tersebut kamu masih bisa menahan tawa. Tapi lama-lama miris juga. Sebab kekhawatiran orangtuamu sudah di luar batasnya.

4. “Apa harus bapak ibu jodohin kamu dulu, biar bisa dapet mantu?”

Hehe…hehe…hehe…boleh bu~ via www.unsplash.com

Umurmu memang udah matang. Banyak temanmu yang udah nikah duluan, bahkan sekarang ada yang telah menggendong momongan. Menikah memang salah satu impianmu, tapi tak semenarik dulu. Bagimu masih ada mimpi-mimpi lain yang perlu dikejar dulu selain menikah. Hal inilah yang membuat orangtuamu bak kebakaran jenggot. Sebab mereka mengira kamu tak bisa mencari calon pasangan sendiri. Sampai mereka menawarkan diri untuk menjadi biro jodoh dadakan, dengan relasi di semua grup Whatsapp.

Advertisement

5. “Kamu nggak mau nerusin tradisi keluarga buat menikah sebelum umur 25?”

Ya gimana ya Bu… via www.unsplash.com

Beda keluarga beda tradisi. Ada yang punya tradisi menamai anak dengan huruf depan tertentu. Ada yang punya tradisi kalau punya momongan lebih dari satu. Namun tradisi di keluargamu berbeda: menikah sebelum umur 25. Kamu pun menjadi orang pertama yang sepertinya akan melanggar tradisi tersebut. Sebab di umur yang hampir seperempat abad ini kamu masih belum tertarik untuk menikah. Sampai akhirnya kedua orangtua mencecarmu tentang kenapa kamu sampai belum punya pasangan di umur sematang ini.

6. “Heran deh, kok bisa di antara anak-anak ibu cuman kamu yang belum laku?”

Disamain sembako :’) via www.pixabay.com

Kakakmu udah menikah dan memiliki anak. Sementara adikmu baru saja menikah. Kini kamu merupakan satu-satunya orang yang belum memiliki pasangan di keluarga inti. Karena kamu belum berencana menikah, kamu akhirnya menjadi bulan-bulanan ibu dan kakak adikmu di rumah. Memang sih hanya bercanda tapi kalau terus menerus didengarkan, kamu akhirnya kzl juga.

Belum menikah bukan berarti nggak laku, Pak, Bu. Jodoh saya cuman belum ketemu!

7 “Dari sekian banyak teman cowokmu, nggak ada gitu yang nyangkut di hati?”

Ya gimana, udah tahu busuk-busuknya mereka, bu~ via www.unsplash.com

Kadang kala berteman dengan cowok itu lebih nyaman daripada sama cewek. Selain minim drama, minim juga gosip-gosip di belakang yang berpotensi merusak pertemanan. Makanya kamu memilih untuk cenderung berteman dengan cowok. Sampai kebanyakan kontak di ponselmu dipenuhi nama-nama cowok semua. Saat diantar pulang pun, ibumu sampai heran. Dari sekian banyak teman cowok yang pernah mengantarkanmu ke rumah, masa sih nggak ada satu pun yang memantik hatimu untuk menikah?

8. “Teman-temanmu yang lain udah pada nikah. Kok bisa sih kamu masih belum kepikiran kayak mereka~”

Pengin sih Bu, tapi…ya gitu via kristenvota.com

Namanya juga orangtua. Kadang ada kompetisi tak terlihat yang mengandalkan anak-anaknya. Salah satunya adalah kompetisi menikahkan anak. Ini lah yang saat ini menganggu pikiranmu. Di antara teman-teman orangtuamu, hanya mereka yang belum pernah ngunduh mantu. Padahal umur anak-anak teman mereka hampir sebaya denganmu. Mereka jadi merasa ketinggalan. Apalagi di lingkungan pertemananmu sendiri, kamu juga agak ketinggalan. Kamu masih jadi pihak yang diundang kondangan dan belum juga nyebar undangan.

Sebenarnya kamu bukan tak mau menikah. Kamu mau menikah, tapi kalau lahir batinmu sudah sepenuhnya siap. Pun dengan calon pasangan yang akan menemanimu nanti, inginmu dia bisa meyakinkan bahwa menikah itu tak semenyeramkan di pikiranmu. Terkhusus untuk Bapak dan Ibu…

Pak, Bu, saya tak akan lari. Hanya soal menikah, pasti ada waktunya sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE