Terima Kasih Partner Bertengkar Paling Nyaman. Kini Aku Yakin, Kamulah Jawaban Doaku Tiap Malam

Masa depan hubungan

Beberapa saat lagi, kita mulai membuka petualangan baru. Aku, kamu, dan berlembar-lembar hari yang nantinya akan kita isi. Kalau ditengok ke belakang, rasanya hampir mustahil kita berdua bisa sampai di titik ini. Mengingat dulu kita ibarat dua kutub yang berbeda. Aku dan kamu hampir selalu bertengkar, seperti tak ada hal menyenangkan yang bisa dilakukan. Apa kamu ingat, di awal perjalanan kita dulu, orang-orang sempat skeptis dengan berapa hubungan ini bisa berjalan.

Advertisement

Ah, paling nggak sampai dua bulan.

Namun, semesta seperti mematahkan segala kutukan. Kita berdua diberikan kesempatan untuk saling mengenal, dan tentu saja saling bertengkar. Dengan tulisan ini, izinkan aku mengucap syukur untuk Yang Maha Cinta atas segala hal baik yang pernah ada. Juga untukmu, partner bertengkar paling nyaman yang akhirnya jadi jawaban dari doaku setiap malam.

1. Hampir sama seperti kebanyakan pasangan. Ingatkah kita pertama kali bertengkar karena pesan yang tak sempat dibalas?

Alasan pertengkaran via www.logancoleblog.com

Layaknya pasangan kebanyakan, aku dan kamu mengawali hubungan dengan yang manis-manis. Dikit-dikit bertanya sedang apa atau lagi di mana. Namun pertengkarang pertama kita dimulai saat pesanku tak kamu balas. Padahal sebelum-sebelumnya kamu selalu membalas dan tak pernah membuatku menunggu lama. Betapa naifnya aku dulu, yang langsung kesal dan marah. Kamu yang tak kuasa menjelaskan alasan pun akhirnya tersulut emosi.

Advertisement

2. Lalu ritme kesibukan yang tak sama buat kita jarang bertemu. Hingga yang ada hanya marah-marah sembari menahan rindu

Marah-marah tapi rindu via www.logancoleblog.com

Lepas bertengkar karena hal sepele, kita masih diberi kesempatan untuk lanjut lagi. Namun lagi-lagi kita bertengkar. Penyebabnya semakin berkembang. Ritme kesibukan kita mulai tak seimbang. Di saat aku ingin bersamamu, kamu justru sibuk dengan pekerjaan. Ketika kamu ingin sekadar melepas penat denganku, aku justru baru sibuk-sibuknya dengan jadwal. Ketimpangan waktu akhirnya berakhir dengan pertengkaran. Lucu kan kita dulu? Padahal kalau dulu aku atau kamu sedikit mengalah, tak akan berakhir masalah.

3. Kita pun pernah selisih paham karena cemburu. Kamu cemburu pada mantan-mantanku. Sementara aku cemburu hebat pada teman-temanmu

Cemburu kala itu via www.logancoleblog.com

Pacaran tanpa cemburu itu ibarat sayur tanpa bumbu, hambar. Namun jika keseringan cemburu, justru bisa mengganggu hubungan. Dosis cemburu yang kita rasai dulu memang sedikit berlebihan. Bertengkar pun jadi kegiatan wajib yang masuk dalam to-do-list harian. Dulu kita berdua malah sempat hampir bubar karena cemburu.

Kamu ingat, betapa marahnya kamu ketika deretan para mantan masih berusaha menghubungiku? Lalu mungkin kamu masih ingat betapa marahnya aku saat kamu lebih banyak bersama teman-temanmu. Sedikit berlebihan memang, tapi dari cemburu yang hampir memisahkan kita itu aku jadi sadar, bahwa takut kehilanganmu ternyata lebih besar dari gengsi dan egoku.

Advertisement

4. Bahan bertengkar seakan tak pernah habis dari kita berdua. Masih ingat betapa dulu kita diam-diaman hanya karena salah paham?

Salah paham zaman dulu via www.logancoleblog.com

Kalau pasangan lain mendamba rasa cinta dan sayang, mungkin aku sedikit berbeda. Aku merasa pertengkaran termasuk bahan bakar terbaik untuk jalani hubungan yang ada. Sebab sejauh perjalanan yang telah kita lalui, dari pertengkaran ini pula aku mulai paham jalan pikiranmu.

Dulu aku mengira kamu terlalu mengekangkuu. Tak boleh melakukan ini, tak boleh jalani kegiatan itu. Aku pun sempat salah memahami maksud baikmu itu. Meski kita sempat bertengkar hebat karena salah paham, kamu dengan tenangnya pelan-pelan buatku percaya. Bahwa apa yang kamu lakukan itu bukanlah sebuah kekangan. Tapi murni sebuah kepedulian.

5. Sifatku yang panikan dan gampang nangis pernah buatmu hampir menyerah. Tapi semesta masih berpihak, kita pun belum diizinkan untuk bepisah

Maaf dulu aku sering panik dan gampang nangis via www.logancoleblog.com

Iya, iya, aku akui kalau diri ini memang cengeng sekali. Disentuh dengan cerita menye sedikit, tahu-tahu sudah ada air mata di pipi. Sudah gampang nangis, aku punya sifat panikan lagi. Saat terlupa sesuatu hal yang penting, tidak jarang aku ribet dan akhirnya menangis sendiri. Aku ingat betul, dulu kamu sempat ingin menyerah dengan sifatku ini. Namun karena semesta berbaik hati atau kamu yang cinta mati sama aku, hubungan ini bisa berlanjut lagi.

6. Namun ada juga sifatmu yang selalu buatku naik emosi. Iya, kamu selalu kurang peka, padahal aku sudah memberikan tanda-tanda

Tapi kamu juga pernah buatku kesal karena tak peka via www.logancoleblog.com

Jangan senang dulu, kamu juga punya sifat yang tak kusukai. Kamu orangnya terlampau cuek dan kurang peka dalam segala situasi. Pernah suatu kali aku terlampau emosi, karena meski udah dikode, kamu tetap saja tak paham dan cuek sekali. Iya, aku akui lagi. Dulu aku sempat ingin menyudahi ikatan ini karena sifat kurang pekamu ini. Namun, takdir seakan menunjukkan sifatmu yang lain. Sifat yang akhirnya buatku jatuh hati hingga saat ini.

7. Meski jarang terlihat akur, kini aku yakin fase-fase bertengkar yang lalu merupakan jalan kita untuk jadi satu

Partner bertengkar~ via www.logancoleblog.com

Mungkin tak terhitung lagi berapa sering kita bertengkar selama pacaran. Aku mungkin juga tak bisa lagi menyebutkan secara runtut tentang kapan saja kita bertengkar. Atau mungkin kamu sudah lupa menyebab kita diam-diaman. Sekarang aku tak peduli lagi omongan orang yang menyangsikan hubungan ini. Sebab dari sederet pertengkaran yang sudah kita lalui, aku tersadar bahwa kamulah sosok yang selama ini aku cari. Meski saat bertengkar kamu menyebalkan, tapi kurasa kamu adalah jawaban dari doaku setiap malam.

Dear mas-mas yang menjadi partner bertengkarku paling nyaman, terima kasih ya untuk segala cinta dan kesabaran yang ada. Semoga aku dan kamu yang sebentar lagi bersatu ini diberi kekuatan. Kekuatan untuk berpetualang dan merasakan momen bertengkar di masa depan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE