5 Alasan Lelaki Sedang Tidak Ingin Menjalin Romansa

Hidup sendirian bukanlah pilihan yang baik bagi manusia karena keras dan kejamnya hidup ini memerlukan sandaran yang tepat sebagai payung untuk bisa menaungi diri dari tetesan gelapnya dunia. Dalam memilih pasangan yang tepat, kita memerlukan banyak waktu untuk memahami karakter pasangan kita, memahami pola pemikirannya, atau yang sederhana adalah apa saja kesukaannya. Meskipun manusia memerlukan sandaran akan ada masa di mana manusia merasa jenuh dan tidak ingin repot-repot untuk memikirkan romansa-romansa tadi.

Dalam kasusya, pria akan menghadapi situasi yang mengharuskan dia untuk mandiri, tidak memerlukan bantuan dari pasangan, agar pikiran dan batinnya ditempa dengan baik oleh dunia. Kaum hawa terkadang merasa bingung mengapa pria memilih untuk sendiri sementara waktu. Kaum adam akan merasa wajar dengan pemikiran kaum hawa tadi karena wanita cenderung berpikir dan merasa menggunakan hati dibandingkan dengan logikanya. Berikut ini merupakan alasan mengapa seorang pria sedang tidak ingin menjalin romansa :

Advertisement

1. Mengejar Impian

InstaWalli

InstaWalli via https://www.pexels.com

Alasan pertama terdengar cukup klasik karena pada dasarnya kalimat tersebut sering diucapkan oleh kaum pria maupun wanita. Mengejar impian terkadang memberikan beban pikiran kepada pria bahwa dia memiliki prioritas yang ingin dicapai dan memiliki pasangan bukannya membantu, malah dirasa akan menghambat proses pencapaiannya.

Seseorang akan lebih mudah untuk mengejar impiannya jika sendiri karena dengan sendiri, dia akan berjuang lebih dan sadar bahwasanya tidak ada yang dibutuhkan selain dirinya sendiri untuk mendorongnya menggapai impian. Terkadang dengan kesendirian, seseorang akan memiliki ruang gerak yang lebih bebas sehingga tidak merasa terikat dengan apapun yang mungkin bisa menghambat impiannya.

Advertisement

Contohnya, seorang pria ingin pergi belajar sampai ke luar negeri, tapi wanitanya tidak menghendaki karena tidak ingin berpisah jauh dengan si pria. Contoh lain, meraih jabatan atau posisi baru selama bekerja membuat pria lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja dibandingkan bersantai bersama wanitanya. Alhasil si wanita merasa si pria sudah tidak perhatian seperti dahulu dan berujung pada membuat-buat masalah yang semakin membebani si pria jika bekerja dengan posisi baru namun masih bersama wanita seperti itu.

2. Pacaran adalah Hal yang Merepotkan

Media sosial saat ini sering menampilkan drama-drama pacaran yang kadang di dalam kepala pria sulit untuk memahami pola dan perilaku dari wanita.  Terikat dengan orang lain berarti siap untuk menanggung suka dan duka dari orang lain tersebut, serta siap untuk mengorbankan waktu yang lebih kepada pasangannya.

Advertisement

Pengorbanan tersebut tidak akan sia-sia apabila berujung pada ending yang baik. Namun, bila ending-nya tidak baik mengapa harus dilakukan? Waktu, pikiran, dan tenaga akan terbuang sia-sia bila tidak berujung pada pelaminan. Percuma memiliki sandaran hati jika hanya sementara saja. 

Pria pada dasarnya membutuhkan ketenangan batin, terlebih pria akan mengharapkan ketenangan bila berada di dekat pasangannya. Namun, kenyataannya tidak semua ekspektasinya dapat tercapai. Terkadang kita dapat menemukan toxic relationship yang malah membunuh ketenangan tadi dengan masalah yang kadang dibuat-buat. Hal yang merepotkan ini berkaitan erat dengan sifat pasangan yang tidak sesuai dengan ekspektasi di awal sehingga malah menimbulkan perbedaan pandangan dan pendapat sehingga malah berujung pada putusnya hubungan.

3. Keluarga

Lisa Fotions

Lisa Fotions via https://www.pexels.com

Jika pernah merasa dekat dengan seseorang, tapi tiba-tiba dia menjauh dari anda, bisa jadi ada faktor penyebab yang membuat dia menjauh dari anda. Bukan karena anda melakukan kesalahan atau apa, tapi terkadang terdapat alasan seperti strict parents yang melarang anaknya untuk membudayakan pacaran.  Terdapat berbagai alasan mengapa orangtua tidak mengharapkan anaknya untuk membudayakan pacaran, mulai dari soal agama, filosofi, ekonomi, status, kecocokan, dsb. 

Ketika masalahnya ada pada keluarga, si pria akan memiliki dua pilihan, yaitu memilih berpacaran di belakang alias backstreet atau menghindari si wanita sebagai bentuk baktinya kepada orang tua. Kedua pilihan tadi memiliki resiko masing-masing. Jika memilih backstreet dalam jangka panjang hubungan dengan si wanita akan sulit dipertahankan karena budaya di sini, mengajarkan bahwa bukan hanya dua orang saja yang disatukan, namun adalah dua keluarga. Namun, jika memilih orangtua, maka pria harus siap menerima konsekuensi bahwa dia mungkin akan dijauhi, dikucilkan, dan putus hubungan baik dengan si wanita beserta kawannya karena masalah keputusan keluarga tadi. Tidak semua orang mampu untuk menerima alasan dari masing-masing pribadi.

4. Ekonomi

Alexander Mils

Alexander Mils via https://www.pexels.com

Manusia dilahirkan dengan keluarga yang kondisi berbeda-beda. Tidak semua orang merasakan yang namanya makan enak setiap hari, pulang-pergi tanpa memikirkan biaya akomodasi, atau memilih bahan makanan yang murah supaya irit, atau membagi makanan sebelum dimakan agar cukup untuk seluruh keluarga. Menjalin hubungan cinta pasti membutuhkan modal. Cinta saja tidak akan cukup untuk memberikan kepuasaan terhadap nafsu manusia. Terlebih tidak semua orang peduli dengan keadaan orang lain 

Pria yang dilahirkan dengan keadaan kurang akan lebih memprioritaskan untuk menghemat pengeluarannya dan meraih impiannya. Tidak lain impiannya adalah memberikan yang terbaik untuk bisa mengubah nasib ekonomi yang sedang menimpanya. Tidak heran jika tipikal orang ini akan menolak cinta sejak awal karena dia sadar bahwa ada hal yang butuh diperjuangkan daripada hanya cinta yang tidak tahu kepastiannya. 

5. Sadar Diri

Olga Lioncat

Olga Lioncat via https://www.pexels.com

Alasan terakhir ini merupakan alasan filosofis dari seorang pria karena merasa dirinya masih belum cukup untuk siapapun. Dasar dari pemikiran ini adalah pada kegagalan yang sering dialami oleh si pria, baik itu gagal pada pekerjaan, gagal mengatur keuangan, gagal pada spiritualitas, maupun gagal pada percintaan. Akumulasi kegagalan tadi memberikan pemikiran terhadap pria untuk menghentikan dirinya untuk berekspektasi lebih terhadap segala hal. Dengan tidak berekspektasi / melemahkan ekspektasi, maka rasa sakit akibat kegagalan akan lebih rendah. 

Ketika sudah merasa tidak cukup untuk orang lain, pria akan melihat contoh berhasil dari orang lain dan memodifikasi cara orang lain yang berhasil tadi ke dirinya sendiri dengan harapan agar dia bisa berhasil seperti orang lain. Tidak hanya dari faktor kegagalan, tapi kecukupan ini juga bisa didasarkan pada prinsip pribadi. Pepatah islam mengatakan, Jodohmu adalah cerminan dari dirimu. Jika si pria merasa tidak baik, bisa jadi jodohnya adalah orang yang tidak baik juga sehingga daripada mendapatkan jodoh yang tidak baik lebih baik memperbaiki diri sendiri agar cerminan jodohnya sesuai dengan dirinya sendiri. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Melampiaskan hal yang tidak diungkapkan secara langsung kepada orang dan lingkungan sekitar

CLOSE