5 Cara Mengatasi Perasaan Mengganjal Karena Telat Menikah

Fenomena telat menikah di Indonesia masih dianggap tabu. Alasan ini itu membuat banyak orangtua yang mendorong anaknya untuk cepat menikah sebelum menginjak usia tertentu. Padahal, fakta di lapangan menunjukkan bahwa kehidupan pernikahan tidak segampang itu.

Banyak dari masyarakat di usia matang untuk menikah lebih memilih menunda rencana bahagianya. Ada sejumlah hal yang masuk dalam daftar prioritas mereka sebelum memutuskan melepas masa lajang. Mulai dari membahagiakan orangtua, memapankan karir, menstabilkan ekonomi, dan sebagainya.

Namun, banyak pula masyarakat, terutama wanita, di usia matang untuk menikah dilanda dilema. Di usia yang tidak lagi muda alias kepala tiga, mereka tetap pada status lajang. Di tengah teman-teman yang sudah memiliki anak dua, ia masih sendirian. Di saat traveling bisa berbagi milliage berdua, ia tetap berusaha membahagiakan diri sendiri. 

Selalu ingat, menikah bukan perkara sembarang. Menikah adalah hal yang sangat sakral. Semua orang menginginkan pernikahan sekali seumur hidup. Itu merupakan cita-cita paling mulia di abad ini. Daripada kamu salah pilih, salah mengambil langkah, keliru memutuskan, lebih baik menunggu dengan sabar, bukan? Jangan terburu-buru, jangan gegabah, pasti ada waktunya untukmu berbahagia.

Stop! Yuk, atasi bawa perasaanmu karena telat menikah dengan lima cara berikut.

Advertisement

1. Motivasi diri dengan mencoba hal-hal baru

Foto oleh Pavel Danilyuk

Foto oleh Pavel Danilyuk via https://www.pexels.com

Tahukah kamu? Di luaran sana, masih banyak hal-hal baru yang patut kamu coba terlepas dari bertambahnya usiamu. Berbagai kesempatan baru bisa kamu pilih untuk dilakukan. Bahkan dengan banyak melakukan hal-hal baru, kamu bisa memeroleh banyak pengalaman seru.

Percaya, semakin banyak kamu mencoba hal-hal positif yang sebelumnya tidak pernah kamu lakukan, kamu akan semakin bahagia. Kamu akan paham, bahwa sejatinya hidup itu sangat banyak warna. Tidak melulu hitam, ada merah jambu, kuning, biru juga ungu.

Advertisement

Sembari menunggu jodoh menjemputmu, bagaimana jika kamu mulai menuliskan dan merealiasasikan rencanamu tentang hal-hal baru.

2. Lepaskan hal-hal yang tidak dapat kamu kontrol

Foto oleh Andrea Piacquadio

Foto oleh Andrea Piacquadio via https://www.pexels.com

Sejujurnya, menetapkan di usia ke berapa kita akan menikah termasuk hal yang tidak dapat kita kendalikan. Pernah dengar kalimat, manusia yang merencanakan tapi Tuhan yang menentukan? Kurang lebih demikian.

Advertisement

Kita sebagai manusia hanya bisa menulis daftar panjang tentang cita-cita, mimpi, dan rencana kehidupan. Tapi, jika kata Tuhan belum saatnya lantas kita bisa apa? Bukan berarti kamu tidak boleh memiliki cita-cita, segudang memimpi dan sederet rencana. Tentu, kamu sangat harus mempunyai ketiganya. Namun, kamu tidak bisa terlalu ambisius terhadap semuanya

Maka, lepaskan perlahan apa yang kamu tidak bisa kendalikan. Jika tidak mampu melepaskan, cobalah perlahan-lahan mengikhlaskan. Biar Tuhan, sebaik-baiknya pembuat rencana, yang menentukan jalanmu akan ke mana.

3. Mencintai dan merawat diri sebaik mungkin

Foto oleh Nataliya Vaitkevich

Foto oleh Nataliya Vaitkevich via https://www.pexels.com

Menangis, kesal, kecewa adalah sifat manusia. Kamu boleh melakukannya. Namun, daripada terlalu berlarut-larut, overthinking kenapa masih belum juga mampu mengubah status single-mu, lebih baik melakukan hal positif lain, bukan? Seperti belajar mencintai diri dan merawatnya dengan baik.

Mencintai dan merawat diri sendiri termasuk juga memperbaiki diri lho. Jadi, sebelum bertemu jodohmu, manfaat waktu saat ini dengan terus memperbaiki diri. Mudah-mudahan, ketika kamu bertemu dengan calon pasanganmu kelak, kamu berada di masa-masa terbaikmu.

4. Fokus pada hal-hal positif. Tanggalkan yang negatif!

Foto oleh Christina Morillo

Foto oleh Christina Morillo via https://www.pexels.com

Apa yang sering kita dengarkan jika di usia matang belum juga menikah? Ya! Pertanyaan kapan menikah dan cibiran orang lain—seakan mereka makhluk paling sempurna yang tahu alasan mengapa saat ini kita belum juga menikah.

Makin kamu dengarkan ucapan-ucapan negatif orang lain terhadap kita, makin overthinking saja diri ini, makin bawa perasaan saja, dan berakhir malas ngapa-ngapain. Kita lho yang rugi.

Daripada menyibukkan diri mendengarkan mereka, nggak ada salahnya kita lebih fokus pada hal-hal positif, fokus pada kebahagiaan diri sendiri.

Apa saja hal-hal positif yang bisa kembangkan? Misal, fokus melakukan hobi. Atau, mengikuti kelas-kelas tertentu yang dapat menambah investasi pada diri sendiri. Atau bahkan menjadi relawan—mengulurkan tangan, menolong orang-orang yang kurang beruntung.

5. Ikutlah berbahagia atas kesenangan orang lain

Foto oleh Cleyder Duque

Foto oleh Cleyder Duque via https://www.pexels.com

Kamu tahu cermin, kan? Cermin selalu memantulkan apa yang ada di hadapannya. Merefleksikan diri kita yang tersenyum saat kita tersenyum, menampilkan diri kita yang sangat bahagia ketika kita bahagia. Begitu pula dengan orang lain.

Terkadang, ketika kita ikut berbahagia atas kesenangan orang lain, hal itu akan terpantul ke diri kita sendiri. Secara tidak langsung, kita telah mendo’akan diri sendiri agar kelak sama seperti orang yang kita lihat berbahagia jika waktunya telah datang. Maka, tidak ada salahnya bila kita ikut berbahagia di atas kebahagiaan orang lain.

Sudah, jangan galau-galau lagi, karena kegundahanmu, semua pertanyaanmu, seluruh rasa sedihmu, tidak akan membawamu pada sebuah kemajuan. Telat menikah bukanlah sebuah duka. Ada kalanya, nanti, suatu hari nanti, kamu akan bersyukur tentang statusmu itu. Jangan bersedih, Tuhan tahu apa yang terbaik untukmu. Jalanmu tidak akan tertukar. Meski jalanmu berliku, jodoh tetap akan menghampirimu. Percayalah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis

CLOSE