5 Hal yang Menjadi Penyebab Budaya Konsumtif Generasi Milenial

Budaya konsumtif di Indonesia memang sudah tidak perlu di ragukan lagi, dengan banyak nya pusat perbelanjaan di kota-kota besar, online shop, game online dan sebagainya adalah bentuk dari semakin berkembang nya budaya konsumtif masyarakat Indonesia khususnya di kota besar.

Lalu apakah budaya konsumtif mengkhawatirkan? Bukankah selama kita memiliki uang untuk membeli yang kita inginkan itu tidak masalah? Toh selama kita punya uang, maka berhak membeli apapun yang kita inginkan. 

Jika kita melihat lebih jauh dan mendasar lagi, budaya konsumtif justru lebih mendatangkan malapetaka kedepannya. Ada 5 hal yang menjadi  penyebab budaya konsumtif serta dampaknya.

Advertisement

1. Manfaat dan guna

Shopping mall Pexels

Shopping mall Pexels via https://www.pexels.com

Pernah gak sih kita pergi ke mall, atau pusat perbelanjaan, online shop, sebenarnya tujuan awal kita hanya untuk menghabiskan waktu saja atau menghilangkan bosan, tidak ada alasan spesifik untuk membeli barang tertentu. tapi bisa tiba-tiba kita ingin membeli barang itu, 

Eh ini kayanya bagus deh,

Eh ini kayanya lucu deh,

Eh ini kayanya cocok dech sama aku,

Ya ampun ini kan yang aku cari selama ini.

Advertisement

Alhasil kita jadi beli, padahal di awal kita tidak ada niatan sama sekali untuk berbelanja. Akhirnya barang atau sesuatu yang kita beli mubasir dan cuma tergelatak membisu di sudut kamar atau lemari pakaian kita. 

2. Media sosial

Online shopping Pexels

Online shopping Pexels via https://www.pexels.com

Tak bisa di pungkiri lagi, media sosial kita sudah menjadi bagian inheren manusia. Dan tentu saja dengan begitu media sosial seolah menjadi tolak ukur atau standar prespektif setiap individu yang bermain media sosial.

Advertisement

Misal ada artis atau idol kesukaan kita menggunakan fashion yang keren dan akhirnya menjadi trending topik atau viral, alhasil membuat kita juga ingin menggunakan nya. Atau bisa juga semisal ketika artis atau idol yang kita sukai hangout di caffee atau restoran yang keren dan unik di kota tempat kita tinggal, alhasil kita juga akan ingin mencoba nya.

Terlepas dari apapun yang kita lakukan, selalu ada motivasi yang menggerakkan manusia, terlepas apakah motivasi itu baik atau buruk. Nah masalahnya bagaimana jika standar fashion dan restoran artis atau idol yang kita gemari di media sosial itu terbilang mahal dan tak terjangkau dengan finansial kita? Apakah kita akan memaksakannya  dengan cara apapun, demi footage menarik di media sosial kita? Coba di pikirkan lagi, tidak perlu memaksakan diri, untuk sesuatu yang sifatnya semua dan bias seperti media sosial.

3. Lingkungan

Shopping mall Pexels

Shopping mall Pexels via https://www.pexels.com

Ada sebuah pepatah kuno, jika kita main dengan penjual parfum tentu kita wangi seperti nya. Tingkat kesejahteraan dan konsumsi setiap kota pasti berbeda-beda, tentu saja itu karena di pengaruhi lingkungan dan kebiasaan masyarakat di komunitas tersebut.

Jika kita tinggal di komunitas pedesaan yang mayoritas nya sebagai petani, tentu kita akan bergaul dan mempunyai prespektif, gaya hidup seperti seorang petani. Kalau kita tinggal di komunitas kota besar yang glamour, high class, dengan standar tinggi nya, tentu kita akan juga terbawa dengan perspektif, gaya hidup seperti seorang masyarakat kota besar. Begitu berpengaruh besar lingkungan yang kita tinggali bukan? Tapi tentu saja itu tidak menjadi aturan mutlak jika kalian tidak bisa menghindari budaya konsumtif jikapun kalian tinggal di kota besar dengan standar yang mereka buat berlebih-lebihan.

Yang kalian mesti rubah 3 hal ini, prespektif, gaya hidup, pergaulan. Selama kita punya prinsip, seperti apapun lingkungan tempat tinggal kita, itu bukan masalah.

4. Online shop

Online shopping pexels

Online shopping pexels via https://www.pexels.com

Di era digitalisasi seperti sekarang ini, tentu kalian pasti mulai beralih dari belanja di mall dan pusat perbelanjaan ke online shop, karena lebih efisien waktu, simple dan banyak promo menariknya. Inilah dampak positif dengan perkembangan teknologi yang mulai masif di seluruh dunia.

Tapi setiap perkembangan dan penemuan manusia, pasti selalu ada pro dan kontra. Setelah kemudahan teknologi sudah berada di genggaman tangan kita, justru kita menjadi lebih sulit untuk membatasi nya. Justru kita jadi lebih cenderung konsumtif, ketimbang saat kita masih rutin ke mall dan pusat perbelanjaan. Dengan alih-alih kemudahan berbelanja apapun di handphone kita, alhasil membuat kita semakin sulit mengendalikan manfaat dan guna barang yang kita beli. Sebetulnya kadang barang yang kita beli lebih cenderung karena promo yang menarik dan besar-besaran saja, yang akhirnya mempengaruhi kita untuk membeli nya.

Wah lagi ada promo besar-besaran nih, beli ah.

Ya Indonesia khususnya di kota-kota besar, memang selalu menjadi incaran developer dan perusahaan e-commerce dari seluruh dunia, karena terkenal dengan masyarakat nya yang konsumtif.

Jadi mau sampaikan kapan negara kita ini, lebih khusus nya kita secara personal, hanya menjadi market besar dari perusahaan kapitalis dunia? Harusnya kita jangan mau hanya menjadi market pasar dunia saja, kita juga harus mampu bersaing dan menciptakan terobosan-terobosan demi perkembangan teknologi dan digitalisasi yang makin masif ini.

5. Pendapatan atau Gaji

Shopping mall Pexels

Shopping mall Pexels via https://www.pexels.com

Tinggal dan menjadi bagian Masyarakat di kota-kota besar di Indonesia membuat kita mempunyai penghasilan yang lumayan tinggi di Bandingkan masyarakat yang tinggal di kota kecil. Tapi ini jugalah yang menjadi faktor penyebab masyarakat di kota besar menjadi begitu konsumtif.

Buat masyarakat di kota-kota besar yang mendapatkan gaji setiap bulan nya, pasti selalu punya agenda untuk menghabiskan seperempat gaji, setengah atau bahkan semuanya. Bukan tanpa tujuan mengapa kita menjadi begitu konsumtif, salah satu faktornya adalah, tekanan yang tinggi butuh refleksi yang besar.

Nah salah satu refleksi besar dari tekanan tinggi dan tuntunan tinggi masyarakat kota besar adalah gaya hidup ala kota besar, yang sebagian besar adalah budaya konsumtif. Sebetulnya jika memang kita mempunyai gaji yang cukup besar untuk hidup konsumtif tidak masalah. 

Nah bagaimana jika, gaji dan pendapatan kita tidak sebanding dengan budaya konsumtif kita? Lebih besar pasak dari pada tiang seperti kata pepatah. Maka tentu hal selanjutnya adalah, ketika kita sudah terbiasa dengan gaya hidup konsumtif kita akan melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya semu itu. Dari mencari kerjaan sampingan, sampai menggadaikan harga diri demi untuk memenuhi kebutuhan kita yang konsumtif. 

Ternyata budaya hidup  konsumtif bagai 2 sisi mata uang bagi kehidupan masyarakat di kota-kota besar. Tapi perlu kita renungkan lagi dan pikirkan lagi matang-matang, Apakah Lebih banyak manfaat positif atau Negatif nya untuk kita ? Semuanya kembali ke prespektif kita masing-masing dan bagaimana kita menyikapi nya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cuma ingin menulis, semoga bermanfaat dan terhibur.

CLOSE