5 Jenis Pertanyaan Kapan yang Harus Dihindari Daripada Putus Tali Silahturahmi

Bijaklah jika ingin bertanya

Benar, bijaklah saat bertanya—merupakan nasihat yang paling baik dalam kehidupan manusia dan bekal mengenyangkan agar tidak melukai orang lain. Hari ini, banyak sekali orang-orang berlandaskan rasa penasaran bertanya-tanya tentang kehidupan pribadi seseorang. Mungkin maksudnya baik, sekadar ingin mengetahui atau memastikan saja. Namun, makin ke sini makin menggemaskan. Tak jarang seseorang merasa jengah jika dijadikan objek bertanya dan memilih menghindar bahkan tidak mau datang ke suatu pertemuan demi menjauhi pertanyaan-pertanyaan absurd orang-orang.

Tanpa disadari, bahkan pertanyaan saja bisa membuat seseorang canggung, hati gundah, dan pikiran menumpuk. Hanya karena pertanyaan. Parahnya, boleh jadi pertanyaan-pertanyaan yang sengaja dilayangkan itu berubah menjadi boomerang pemutus rantai tali silahturahmi. Padahal ditanyakan sebagai pemicu topik pembicaraan. Namun, tidak semua orang suka dijadikan objek memulai perbincangan. Terlebih, jika itu mengacu pada urusan pribadi.

Jadi, ada baiknya kamu pilah-pilih bahan pertanyaan sebelum dihindari teman-teman. Dan inilah lima jenis pertanyaan ‘kapan’ yang benar-benar harus kamu cabut dari sistem pertanyaan otomatis yang sudah kamu tanam di otak, lidah dan mulutmu.

Advertisement

1. Kapan lulus kuliah?

Photo by Moaid Mefleh from Pexels

Photo by Moaid Mefleh from Pexels via https://www.pexels.com

Jangan pikir semua orang yang kuliah itu kerjanya senang-senang saja. Main sana-sini, nongkrong minum kopi, atau ngebolang tanpa tujuan. Ada banyak mahasiswa yang benar-benar serius, mengerjakan laporan, menuntaskan penelitian dan menyusun tugas akhir. Dan jangan anggap semua itu pekerjaan mudah—karena kata ‘mudah’ lain orang lain pemaknaannya. Ada yang mudah mengerjakannya tapi susah bertemu dosennya, ada juga stuck di tengah-tengah dan dosen tidak mau terima kalau tugas akhir belum rapih semua.

Rasanya mengerjakan tugas akhir itu seperti sedang menentukan akhir dunia. Kadang kepala di kaki, kaki di kepala saking njlimetnya. Lantas kamu tanpa berdosa bertanya kapan lulus kuliah? Kapan wisuda? Waaah, tahu enggak rasanya?! Sakit hati, marah, gondok campur jadi satu. Dan si penjawab cuma bisa membalasmu dengan senyum kecutnya.

Advertisement

2. Kapan dan kerja di mana?

Photo by fauxels from Pexels

Photo by fauxels from Pexels via https://www.pexels.com

Alasan seseorang malas mengikuti reuni atau acara alumni adalah banyaknya kepoers yang merajalela. Enggak heran kalau reuni atau acara alumni bukan lagi ajang silahturahmi melainkan ajang cari sensasi. Banyak orang yang memamerkan profesi, jabatan, pencapaian dan sebagainya. Males, kan? Sedangkan tidak semua alumnus bertakdir mulus.

Boleh jadi dulunya dia seorang idola di sekolah tapi kurang beruntung di pekerjaannya. Atau, boleh jadi dia kuliah hingga S2 tapi berakhir di dapur juga. Toh, semua orang punya jalan masing-masing, kan? Dan celakanya, pertanyaan yang paling sering dilontarkan saat pertemuan adalah kamu sekarang kerja di mana?

Mungkin maksudmu baik, ingin tahu temanmu kerja dimana dan ingin mengapresiasinya, dan kamu tidak tahu pertanyaan semacam itu akan menyakitinya. Syukur-syukur yang ditanya menjawab jujur, kalau dia langsung pergi gimana?

Advertisement

3. Kapan menikah?

Photo by Fidel Hajj from Pexels

Photo by Fidel Hajj from Pexels via https://www.pexels.com

Pertanyaan paling sensitif di antara banyak pertanyaan adalah kapan menikah? Kapan sebar undangan?

Hei, tidak ada orang yang berniat jomblo sampai tutup usia, semua pasti ingin menikah. Hanya saja, untuk saat ini pasti ada alasan mengapa mereka memilih jomblo sementara.

Pernikahan itu hal yang sakral loh. Enggak bisa asal menikah, asal pilih pasangan. Jadi, daripada mulutmu bertanya kapan menikah ke tiap orang yang kamu tahu masih jomblo, lebih baik kamu banyak-banyak koreksi diri dulu deh. Karena tidak semua orang bisa menanggapi santai pertanyaan semacam itu. Bagaimana kalau kamu bertanya kapan menikah lantas dia memintamu bertanggungjawab membayar cateringnya?

Ssttt, lebih baik jaga lisan disbanding menyakiti hati orang. Ya, kan?
Ingat, pernikahan itu bukanlah suatu pencapaian melainkan langkah awal kehidupan yang baru. Enggak bisa loh sembarangan melangkah, kecuali sudah cukup bekal untuk menjalaninya.

4. Kapan punya anak?

Photo by Kristina Paukshtite from Pexels

Photo by Kristina Paukshtite from Pexels via https://www.pexels.com

Pertanyaan lanjutan dari kapan menikah adalah kapan punya anak? Kapan nambah anak? Pertanyaan yang biasanya sering dilontarkan para ibu-ibu dan ini pertanyaan yang tidak kalah sensitif dibandingkan kapan menikah.
Setiap pasangan menikah pasti tujuannya memiliki momongan, jikapun belum mungkin ada alasan satu dan lain hal. Dan sebagai orang-orang terdekat harusnya paham, bukan malah bertanya kapan. Kan, sudah berpengalaman.

Barangkali belum diamanahkan saja atau belum tepat situasinya karena pengaruh pikiran juga hormon. Jadi, cobalah jadi orang yang bijak, baik perkataan maupun sikap. Jangan sampai orang yang ditanya merasa sedih. Meskipun tujuan utama kita bertanya adalah untuk memastikan, tapi barangkali di telinga orang lain beda pengertian.

5. Kapan punya rumah sendiri?

Photo by Scott Webb from Pexels

Photo by Scott Webb from Pexels via https://www.pexels.com

Semua berproses begitu pula dengan membeli properti, tidak ada yang instan. Setiap orang yang bercita-cita mempunyai rumah sendiri dan mampu mewujudkannya pasti paham seberapa besar usaha dan pengorbanan demi merealisasikan cita-citanya tersebut. Mulai dari mengumpulkan receh hingga lembaran uang. Jadi, ketika orang lain yang tinggalnya masih mengontrak, please, jangan tanya kapan punya rumah? Karena rasanya itu sulit untuk bisa dideskripsikan tapi terbawa pikiran sampai mengawang-awang.

Maka dari itu, bijak-bijaklah saat memilih topik pembicaraan terutama pertanyaan. Kamu bisa kok menghindari 5 pertanyaan berawalan ‘kapan’ itu dan memulai dengan pertanyaan lain seperti kamu sudah makan? Makan bareng yuk!
 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis

CLOSE