6 Cara Bahagiakan Diri Sendiri dengan Mengelola Ekspektasi

Mengelola ekspektasi juga merupakan sebuah skill kehidupan yang perlu dimiliki setiap orang

Tidak bisa pungkiri bahwa dalam hidup, kita tidak bisa mengontrol siapapun. Kita tidak punya kendali pada orang lain atas dasar apakah orang lain suka atau tidak suka kepada kita. Layaknya sebuah nahkoda dalam kapal, setir dan kendali berada pada tanganmu wahai manusia. Jalan hidup yang engkau gariskan sekarang kamulah yang menjalankan sendiri wahai diri. Kamu boleh mendengarkan masukan, kamu boleh lirik kiri dan kanan untuk melihat situasi. Tapi ingat tatapan kamu harus kedepan. Hiraukan segala distraksi yang membuat diri ini jadi tidak serasi.

Tantangan dan halangan berusaha untuk kamu libas dan awas jangan sampai terlepas. Kita hanya bisa untuk mengontrol diri kita sendiri. Terkait bagaimana cara mengontrol diri sendiri ini erat hubungannya dengan bagaimana seseorang bisa berekspektasi. Ekspektasi yang diharapkan oleh manusia pun bentuknya beragam. Bisa dari ekspektasi yang muncul dari diri sendiri, orang lain ataupun lingkungan di sekitarnya.

Tapi, kalian juga perlu ingat bahwa kunci penting untuk mengelola ekspektasi adalah bersikap realistis dan objektif. Terkadang rencana cuma hanya sekadar rencana. Ketika kita mengusahakan sesuatu hal dalam hidup pun hasil yang kita dapatkan juga tidak selalu sesuai dengan rencana. Kita sudah menyusun semua alternatif dan rencana utama tetapi kita tidak lupa untuk berpasrah diri dan ikhlas atas ketetapan Ridho-Nya.

Kita harus ingat bahwa Tuhan sebaik-baiknya perencana dalam kehidupan. Segala hal yang telah kita rencanakan terkadang tidak sesuai dengan dugaan kita. Everything can happen, apapun bisa saja terjadi dalam hidup ini. Kita sebagai pemeran utama untuk bertahan hidup di dunia perlu memandangnya dari dua sisi.

Kita tidak boleh meneropong hanya dari satu sisi saja. Berusaha menerima dan bersabar bahwa mungkin ada maksud lain yang mengatakan bahwa mungkin bukan ini saat yang tepat. Mungkin nanti, mungkin besok atau lain waktu. Dengan kita bisa mengontrol ekspektasi yang datang dalam diri, kita dijauhkan dari kekecewaan, kesedihan, depresi, penyangkalan, amarah dalam diri.

Dengan kita mengelola ekspektasi kita jauh lebih sadar bahwa semua itu bisa dilihat dari perspektif yang positif. Dengan kita mengatur ekspektasi juga merupakan salah satu cara untuk membahagiakan diri sendiri.

Mengelola ekspektasi juga merupakan sebuah skill kehidupan yang perlu dimiliki setiap orang. Ketika manusia sudah sadar kalau situasi yang dihadapkan terkadang tidak sejalan dengan ekspektasi kita. Mengelola ekspektasi perlu untuk dibiasakan pelan-pelan. Hal ini dilakukan demi mental yang sehat dan bisa menghindari rasa stres, penuh tekanan hingga mental breakdown.

Kenyataannya sulit memang tapi namanya hidup kudu dilakoni alias tetap dijalani. So always bring it on. Jika kamu adalah orang yang ingin memulai untuk mengelola ekspektasi dirimu, siapa tahu cara-cara berikut bisa kamu lakukan untuk lebih sadar dan beradaptasi dengan ekspektasi. Inilah cara yang bisa kamu lakukan dalam mengelola ekspektasi yang bisa kalian hadapi kedepannya.

Advertisement

1. Jangan Terlalu Cepat Berpikir Untuk Mengambil Keputusan

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Setiap manusia pasti menginginkan sesuatu yang lebih dan selalu berharap untuk expect more atas hidup yang seharusnya kamu jalani. Sayangnya manusia selalu berada dalam lingkaran cepat puas sehingga lupa kalau tidak semua keinginan bisa kita penuhi untuk saat ini. Ketika kita sudah berekspektasi atas beberapa pilihan dalam hidup kita, sesekali cobalah untuk melibatkan logika dan perasaan. 

Jangan terlalu cepat untuk berpikir ketika ingin memutuskan sesuatu hal. Pertimbangkan dengan matang aspek-aspek yang ingin kamu butuhkan. Semisal kamu ingin mencari kos atau tempat tinggal, sediakan paling tidak aspek-aspek yang dirimu butuhkan. Misalnya dekat dengan kampus, harga makanan yang murah dan terjangkau, punya kamar mandi dalam dan sebagainya.

Advertisement

Jika kamu hanya berekspektasi saja tanpa ada niatan untuk melihat secara langsung ke lokasi, bakal kesusahan guys. Kamu tidak bisa melihat jelas sebenarnya aku ingin kos yang seperti apa sih, lokasinya jaraknya berapa kilo sih. Usahakan untuk melihat situasi dan kondisi secara nyata dan utuh. 

Dengan begitu setidaknya kamu bisa memperkirakan bagaimana jangkauan lokasinya, menyesuaikan anggaran atau budget yang ingin kamu habiskan untuk membayar kos dan biaya hidup, jarak tempuh, strategis tidaknya lokasi kos dengan tempat makan atau rumah ibadah dan lain-lain.

2. Pertimbangkan Kemungkinan Terburuk Jika Kamu Memutuskan Sesuatu

Advertisement
Photo by SHVETS production from Pexels

Photo by SHVETS production from Pexels via https://www.pexels.com

Balik ke kasus kos-kosan tadi, seandainya kamu ingin kos di lokasi A pertimbangkan kira-kira kemungkinan apa yang terjadi. Istilahnya kita mulai nih untuk memikirkan apa saja risiko-risikonya. Misalnya ketika kamu kos di lokasi A, perhatikan minusnya juga. 

Jangan hanya mengandalkan sisi baiknya atau keuntungannya saja. Contoh jika kos di lokasi A minusnya jauh dari warnet atau tempat print, gang jalan yang sempit, jauh dari toko swalayan, airnya macet, sepi dan rawan daerah kejahatan karena tidak adanya penjagaan dari satpam kompleks dan lain-lain. Coba pikirkan lagi, lagi dan lagi.

Dengan melakukan hal ini, kamu bisa menyusun plan-plan atau alternatif lainnya. Kamu juga bisa menentukan sejauh mana ekspektasimu terhadap lokasi yang sebenarnya ingin kamu tuju. Hal ini membuat kamu lebih bijak dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Kamu juga terhindar dari ekspektasi yang terlalu berlebihan sehingga kamu sudah melihat sesuatunya dari berbagai perspektif yang real dan benar-benar terjadi didepan mata.

3. Beradaptasi dan Berdamai dengan Ekspektasi

Photo by SHVETS production from Pexels

Photo by SHVETS production from Pexels via https://www.pexels.com

Setiap manusia tentunya pernah berada dalam situasi yang baru dan lingkungan yang baru. Dibutuhkan sebuah adaptasi atau penyesuaian untuk bisa masuk dalam bayang-bayang ekspektasi.

Terkadang diri ini juga perlu untuk berdamai dengan ekspektasi yang sedang kita bayangkan sekarang ini. Kamu perlu untuk bersikap adaptif karena kamu juga harus ingat bahwa roda kehidupan terus berputar. Hidup di muka bumi ini terus berjalan tiada henti, sisa umur, banyak hal-hal yang perlu diselesaikan.

Dengan kamu terus beradaptasi dengan ekspektasi, kamu sebagai pemeran utama dalam menjalani hidup ini tidak merasa terbebani. Dengan kamu berusaha untuk berdamai dengan ekspektasi, keinginan dapat dengan mudah kamu raih, bisa menghasilkan pencapaian dalam hidup, selalu positive thinking, belajar atas manisnya sebuah proses tanpa ada rasa ketakutan yang menghadang dirimu.

Ketika kamu adaptif dan punya kedamaian yang sudah kamu tanamkan dalam diri sudah pasti stress dan tekanan mental bisa kamu atasi dan diminimalisir kedatangannya.

4. Jangan Melihat Orang Lain Sebagai Tolok Ukur

Photo by Alex Green from Pexels

Photo by Alex Green from Pexels via https://www.pexels.com

Satu hal yang perlu kalian tahu bahwa munculnya ekspektasi yang berlebihan datang dari orang lain. Memang sih tidak ada salahnya kita perlu melihat orang lain untuk memacu kita dan memicu diri kita untuk berkembang dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik.

Tetapi sayangnya tidak banyak orang yang tahu jika kehadiran orang lain membuat kita terkadang merasa demotivasi atau kehilangan motivasi. 

Ada beberapa alasan yang terjadi dibalik dari kita yang ingin membandingkan pada orang lain. Bisa dari social media comparison, besar kecilnya pencapaian yang didapatkan orang tersebut, terkadang kita juga menempatkan harapan kita kepada orang lain, standar kebahagiaan yang orang lain miliki, tidak merasa unggul dalam bidang tertentu.

Menurutku itu salah, justru kamu jangan sampai berharap lebih terhadap orang lain. Jangan pernah ada pikiran untuk selalu bergantung pada orang lain. Hal ini yang menjadi pemicu bahwa ekspektasi kamu cenderung berlebihan. Kamu tidak bisa sesuai dengan dirimu.

Memiliki nilai lebih itu boleh-boleh saja tapi usahakan jangan sampai memperbandingkan karena setiap orang punya cara dan punya garisnya masing-masing. Motivasi datangnya dari dirimu sendiri. Melihat orang lain justru malah menambah rasa iri dalam diri

5. Selalu Ingat Bahwa Perjalanan Hidup Tidak Selalu Mulus

Photo by Julian Jagtenberg from Pexels

Photo by Julian Jagtenberg from Pexels via https://www.pexels.com

Jalan hidup tidak selamanya datar dan mulus-mulus saja. Mengutip sebuah lirik lagu bahwa hidup itu penuh dengan liku-liku. Ada suka, ada duka, canda, tawa, gundah, resah, gelisah dan rasa-rasa yang lainnya. Saya yakin setiap insan pasti pernah merasakannya.

Jalan hidup penuh rupa-rupa, bahagia dan kecewa. Baik dan buruknya sudah pasti ada hikmahnya. Tidak ada yang menapikkan jika jalan hidup kita bisa dibilang tidak selalu mulus. Jika kamu sendiri merasa berekspektasi kalau misalnya hidup kita berjalan mulus benar-benar tidak masuk diakal. 

Kita perlu juga melihat kemungkinan terburuk dari kacamata yang positif. Kemungkinan terburuk datang bukan memperburuk suasana, tapi bisa jadi kita lebih berpikir ulang untuk mencari berbagai alternatif lain. Setiap keputusan yang idealnya kita putuskan sejatinya selalu ada kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Maka dari itu kita perlu antisipasi dengan tidak melupakan hal kecil dan tidak cepat untuk memutuskan sesuatu.

Hal tersebut juga bisa membuat kamu lebih aware dalam berekspektasi. Ketika kamu ditampar dan terbunuh oleh ekspektasimu sendiri, kamu sadar bahwa oh ternyata aku salah, aku terlalu cepat untuk memutuskan sesuatu. Lagipula tidak ada orang yang tahu bagaimana kita kedepannya, kita belum tahu what’s next? Mulai sekarang kita perlu untuk berdamai dan tidak terlalu berpikir secara positif terhadap ekspektasi.

6. Belajar Bersabar dan Memaafkan Diri Sendiri

Photo by Fabrizio Verrecchia from Pexels

Photo by Fabrizio Verrecchia from Pexels via https://www.pexels.com

Ketika kita menerima ekspektasi yang kenyataannya tidak sesuai dengan realita maka kita dapat mengambil hikmah untuk belajar bersabar. Konteks bersabar disini adalah kita bisa bersabar untuk menerima keputusan yang datang baik dari diri sendiri atau dari orang lain. Ketika kita terbunuh oleh ekspektasi, cobalah untuk lebih dekat pada dirimu sendiri. Sering-sering berdialog dengan dirimu sendiri. Coba deh untuk belajar memaafkan diri sendiri. 

Pada hakikatnya setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Manusia juga terkadang lupa bahwa orang lain bukanlah menjadi prioritas utama untuk dibahagiakan. Justru diri sendirilah yang perlu dan layak untuk kamu bahagiakan.

Dengan kamu belajar bersabar, menerima dan memaafkan diri sendiri maka kamu dengan mudah untuk bersikap kedepannya lebih realistis. Tanpa adanya bayang-bayang ekspektasi yang berkecamuk dalam diri ini, kamu bisa lebih siap untuk berlayar menghadapi lautan kehidupan.

Ekspektasi bisa menjadi energi untuk kita bertumbuh, tapi tidak dengan terlalu berekspektasi – GantengSumpah

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Seblak dan Baso Aci

CLOSE