7 Alasan Kamu Selalu Merasa Gagal dan Bagaimana Kamu dapat Memperbaikinya

Waktu berlalu begitu cepat. Kamu tidak pernah sadari. Seolah bukan kamu yang mengejar waktu, tetapi kamu yang dikejar waktu. Saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak, kita selalu penasaran bagaimana menjadi anak SD. Seolah anak SD itu keren dengan seragam merah-putihnya. Perputaran waktu kala itu berputar begitu lambatnya. Hingga akhirnya kamu duduk juga di bangku Sekolah Dasar. Begitu sudah duduk kamu kembali penasaran bagaimana menjadi anak SMP. Dan begitu seterusnya hingga kamu kuliah lalu wisuda mendapatkan gelar sarjana.

Kamu merasa belum mencapai apa-apa. Kamu mulai merasa insecure ketika mendapati teman sebayamu meraih suatu prestasi yang membanggakan. Sementara kamu sendiri merasa stuck di tempat. Kamu merasa hanya menjadi beban orang-orang disekitarmu. Kamu merasa perkembangan dirimu begitu lambat. Tidak pernah bisa mencapai suatu prestasi apapun. Nihil karya. Sebuah kegagalan. Hingga merasa menjadi sampah masyarakat.

Setidaknya ada 7 alasan kamu merasa gagal dan bagaimana kamu bisa memperbaikinya.

Advertisement

1. Tujuan Hidup yang Tidak Jelas

Photo by RODNAE Productions from Pexels

Photo by RODNAE Productions from Pexels via https://www.pexels.com

Bisa jadi memang kamu sendiri yang tidak pernah menetapkan tujuan hidup dengan jelas. Kamu hanya mengikuti arus saja. Mengikuti trend yang sedang berkembang. Tentu saja itu bukan suatu hal yang buruk. Tapi akan menjadi buruk apabila kamu menjadi tidak punya pendirian. Terutama untuk kamu yang sudah masuk usia kepala dua. Sudah seharusnya mulai menetapkan tujuan hidup. Ingin menjadi apa, mau kemana. Tidak bisa sekadar, “Ah sudahlah mengalir saja seperti air”. Kamu sering kali mengatakan begitu, sampai lupa kalau air sendiri memiliki tujuan. Mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.

Mulai sekarang tetapkanlah tujuanmu. Mulai dari tujuan jangka panjang, menengah hingga jangka pendek. Jangan pernah takut dengan cibiran orang. Bermimpilah, selagi itu gratis.

Advertisement

2. Tujuan yang Tidak Realistis

Photo by RODNAE Productions from Pexels

Photo by RODNAE Productions from Pexels via https://www.pexels.com

Menetapkan tujuan itu bagus. Bermimpi besar itu bagus. Tapi menetapkan tujuan yang terlalu besar sehingga terdengar seperti mimpi kosong itu bukanlah perkara yang bijak. Jangan sampai kamu menetapkan tujuan besar seperti kuliah di Harvard karena ada seorang artis yang kuliah disana. Kamu lupa, kamu tidak memiliki akses yang cukup kesana. Jarak antara latar belakang keluargamu dengan si-artis ibaratkan langit dan bumi. Sangat jauh. Atau contoh lainnya kamu ingin membeli Lamborgini sedangkan kemampuan finansial-mu hanya mampu membeli motor matic 110cc. Tentu saja itu tujuan yang tidak realistis. Paling tidak kamu tidak bisa mewujudkannya dalam waktu dekat.

Ada orang berkata, “Bermimpilah meski itu gila. Maka untuk mewujudkannya kamu juga harus jadi gila”. Well, tidak selamanya begitu. Kamu tidak harus gila untuk mencapai tujuan. Karena jika kamu menjadi gila untuk mencapai tujuan, maka kamu akan memiliki kecenderungan menghalalkan segala cara. Akhirnya cara yang di tempuh bisa jadi cara yang tidak baik. Kamu bisa tetap waras dengan mengganti tujuanmu ke arah yang lebih realistis. Jika kamu seorang pengangguran dan tidak memiliki penghasilan sama sekali. Maka jangan bermimpi menjadi seorang Miliader. Bermimpilah untuk menjadi jutawan terlebih dahulu. Hasilkan satu juta sebulan terlebih dahulu. Lanjut meningkat di bulan berikutnya.

Atau kamu yang ingin menurunkan berat badanmu dari 200 kg menjadi 100 kg. Maka jangan langsung berniat menurunkan berat badan 10kg sehari. Itu gila dan tidak sehat. Mulai lah dari target realistis menurunkan berat badan satu kilogram setiap pekan. Selalu mulailah dari kecil. Tetapkan tujuan yang realistis. Berdamailah dengan realita. Maka kamu tidak akan stress dan tertekan untuk mengejar tujuanmu.

Advertisement

3. Sering Menunda

Sering Menunda

Sering Menunda via http://unsplash.com

Ini memang penyakit. Saya sendiri termasuk pernah terkena menyakit ini. Potensi untuk kambuhnya penyakit menunda ini bisa bergejala kembali di kemudian hari pun ada. Tidak ada obat yang mujur untuk penyakit ini.

Penyakit suka menunda ini disebabkan dari alasan sebelumnya, Yaitu tujuan yang tidak realisits. Terkadang kamu sibuk dan larut dengan mimpimu, justru kamu malah tidak disibukkan dengan aksi untuk mewujudkan mimpimu. Kamu terlalu asik dengan dunia khayalmu seandainya mimpi terwujudmu. Padahal masih ada kata ‘seandainya’. Sekarang lupakan mimpi besarmu. Cukup dengan tujuanmu yang realistis dan bisa tercapai.

Penyakit menunda ini bisa diatasi dengan berpikiran harus ada progress meski cuma 1% sehari. Sesungguhnya progress 1% setiap hari jauh lebih baik ketimbang kamu ber-progress 10% sehari dan kemudian kamu merasa cukup dan tidak mengerjakan apapun selama berminggu-minggu karena kamu merasa sudah mengerjakan banyak hal di hari itu.

Maka dengan berpikiran progress 1% sehari kita akan terpacu untuk menuntaskannya. Karena tidak ada beban yang berat. Progress 1% sehari terasa ringan. Kamu tidak terlalu lama menghabiskan waktu untuk menunda-nunda.

4. Reaktif terhadap Segala Sesuatu

Reaktif terhadap Segala Sesuatu

Reaktif terhadap Segala Sesuatu via http://pexels.com

Di era internet dan kemajuan teknologi, tanpa disadari kita dituntut menjadi lebih reaktif terhadap segala isu. Ada seseorang yang memposting sesuatu yang sebenarnya belum tentu itu benar. Kemudian kamu menimpali dan mengatakan ini dan itu. Atau ada seorang kawan menyampaikan suatu opini tentang bidang tertentu. Kamu pun ikut mengomentari, padahal belum tentu kamu ahli di bidang itu.

Menjadi reaktif juga berhubungan dengan adanya distraksi. Era sekarang, manusia cepat sekali mendapatkan informasi. Saking cepatnya justru malah too much. Kita menelan banyak sekali informasi. Contoh saja ketika kamu membaca tulisan ini, di saat yang sama kamu juga sedang mendengarkan musik. Tak jarang juga notifikasi dari aplikasi berbagi pesan muncul menghiasi layar ponselmu. Kamu akhirnya tidak bisa membedakan mana yang informasi mana yang distraksi. Bisa jadi kamu malah larut terhadap distraksi ketimbang informasi yang bermanfaat. Hal ini harus dihentikan.

Ketimbang menjadi reaktif. Kamu harus aktif. Jangan mengkontrol sesuatu yang tidak bisa kamu kontrol. Kamu tidak bisa membungkam opini kawanmu. Kamu tidak bisa meluruskan setiap postingan yang belum tentu benar. Kamu tidak bertanggungjawab untuk itu.

Ketika sedang bekerja maka bekerjalah. Taruh ponselmu agak jauh agar tidak menganggu. Gunakan metode mengatur waktu yang menurutmu nyaman. Salah satu yang saya rekomendasikan adalah menggunakan teknik pomodoro. Singkatnya Teknik Pomodoro ini menjelaskan tentang 1 pomodoro bernilai 30 menit. 25 menit untuk bekerja, 5 menit untuk beristirahat. Jika masih belum jelas atau ingin tahu lebih banyak tentang teknik pomodoro ini kamu bisa googling lebih lanjut.

5. Membandingkan Dirimu dengan Orang Lain

Membandingkan Dirimu dengan Orang Lain

Membandingkan Dirimu dengan Orang Lain via http://forbes.com

Penyakit iri dengki hasad dan lain sebagainya dimulai dari feed temanmu yang mem-posting foto sedang jalan-jalan ke tempat-tempat hits sementara kamu hanya stuck di kamar sempit nan gelap. Tentu saja itu hanya perumpamaan. Intinya prestasi orang lain tidak membuat kamu menjadi lebih buruk ketimbang temanmu yang berprestasi. Karya sahabatmu yang luar biasa tidak menjadikan dirimu menjadi lebih rendah dihadapannya. Masing-masing orang memiliki kekurangan dan kelebihan.

Jangan sampai nasibmu ditentukan dari postingan orang lain. Kamu sedang tidak berlomba dengan kawanmu, artis terkenal atau anak tetangga yang keterima CPNS. Sesungguhnya kamu sedang berlomba dengan dirimu sendiri. Kamu berlomba dengan dirimu yang kemarin, apakah hari ini dirimu menjadi lebih baik? Meski hanya 0,001% lebih baik. Maka kamu adalah orang yang beruntung. Kamu telah berubah ke arah yang baik. Jangan pikirkan orang lain. Lakukanlah pekerjaanmu sendiri. Tetap berprogress meski selambat kura-kura.

6. Overthinking

Photo by SHVETS production from Pexels

Photo by SHVETS production from Pexels via https://www.pexels.com

Berpikir sebelum bertindak adalah suatu perkara yang bijak. Namun jika terlalu banyak berpikir justru bisa membunuhmu. Kamu sudah punya ide brilian, kamu pun ingin membuka usaha namun kamu terus berpikir lalu bagaimana jika gagal? Merugi? Bangkrut dan lain sebagainya? Kamu terus memikirkan berbagai kemungkinan sampai akhirnya kamu tidak memulai apa-apa. Ada pepatah tua yang cukup terkenal, “Jika kamu tidak ingin gagal jangan pernah mencoba”. Ya kamu tidak akan pernah gagal, karena memang tidak pernah mencoba. Akhirnya kesempatan usaha nya diambil oleh orang lain. Kemudian orang tersebut sukses dengan ide yang kebetulan sama darimu. Akhirnya kamu pun menyesal karena tidak memulainya.

Untuk mengatasi overthinking bukan dengan tidak memikirkan sama sekali tentang Tindakan yang ingin kamu ambil. Kamu memang tetap harus berpikir berbagai kemungkinan. Tetapi kamu cukup lihat garis besarnya. Kamu harus banyak belajar dari banyak orang besar yang sudah berhasil dan juga mengambil pelajaran dari orang yang gagal.

Kamu bukanlah orang pertama yang pernah gagal dan juga bukan orang yang terakhir. Kegagalan adalah teman yang selalu mengiringi setiap insan. Tinggal bagaimana kamu menjauhinya. Pun begitu dengan keberhasilan. Bisa jadi ia berjarak cukup jauh dari kamu. Namun selalu ada jalan untuk mencapainya. Selama kamu tahu jalan mana yang harus dilalui. Jadi jangan takut bertanya ketika kamu mulai hilang arah. Tanyakanlah kepada orang yang lebih tahu.

7. Perfeksionis

Photo by Ron Lach from Pexels

Photo by Ron Lach from Pexels via https://www.pexels.com

Kamu bukanlah malaikat. Kamu tidak akan pernah menjadi sosok yang sempurna. Apabila kamu berusaha mengerjakan segala sesuatu sesempurna mungkin, maka bukan tidak mungkin kamu berakhir dengan depresi berkepanjangan apabila kamu menemui kegagalan. Karena kamu sudah menyalahi kodrat manusia yang bisa salah dan jatuh.

Jangan terlalu keras kepada dirimu, namun juga jangan terlalu lembek. Cukup kerjakan segala sesuatu dengan versi terbaik dari dirimu. Tidak perlu menuntut kesempurnaan dari semua yang kamu kerjakan. Akan selalu ada kesempatan kedua jika kamu tidak berhasil di kesempatan pertama. Bersabarlah. Perlahan perbaiki kesalahan yang pernah kamu perbuat di kesempatan sebelumnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I Write blog not tragedies.

CLOSE