Sederet Alasan Kenapa Belum Menikah di Usia 30-an Itu Nggak Apa-apa. Toh, Kamu Tetap Bisa Bahagia

alasan belum menikah usia 30-an

Hayo yang umurnya udah mau 30 tahun dan masih jomblo mana nih suaranya? Nggak berasa ya udah mau 3 dekade hidup di dunia ini, dan mungkin kamu lagi berpikir, “Ya ampun, udah hampir 30 tahun aja, aku udah ngapain aja? Kok rasanya gini-gini aja”. Kamu khawatir lalu kamu nonton drakor dan kebetulan pemerannya juga berusia hampir 30 tahun dan belum menikah juga. Awalnya kamu merasa kuat, tetapi drakor yang hanya berdurasi 16 episode itu memiliki ending ketika pemeran tsb menikah dengan belahan jiwanya. Selama nonton drakor itu, kamu terjebak dalam kehaluan sesaat, berharap cerita yang sama juga terjadi padamu tetapi realitanya tidak.

Yhaa Sedih.

Belum lagi di WAG temen-temen sekolahmu, sosial media, isinya undangan pernikahan, foto keluarga, foto bayi-bayi lucu teman-temanmu, dsb. Dalam kesendirianmu, kamupun menginginkannya, dan kamu selalu bertanya-tanya, “Kapan ya aku bisa berkeluarga?”, “Kenapa ya nggak ada yang tertarik sama aku?”, “Kenapa ya teman-teman lain bisa punya pacar dan menikah, sedangkan aku masih sendiri?”. Hmmm semua pertanyaan ini sulit sekali dijawab dan memang seharusnya tidak perlu dijawab. 

Menjelang usia 30 adalah realita yang tidak mudah untuk dihadapi oleh sebagian orang yang statusnya masih melajang, apalagi jika orang-orang terdekat tidak mendukung kondisi kita dan cenderung mendesak. Betapa banyaknya orang yang menikah hanya karena desakan usia, desakan keluarga, desakan status dan pada akhirnya banyak menitikkan air mata dalam kehidupan rumah tangganya, lebih sengsara daripada saat dia masih jomblo. Kamu perlu ketahui bahwa hidupmu itu kamu yang jalanin, kamu bisa kok hidup tanpa mengikuti standar orang lain!

Advertisement

1. Setiap orang punya jalan cerita masing-masing

Photo by Allef Vinicius on Unsplash

Photo by Allef Vinicius on Unsplash via https://unsplash.com

Suka banget dengan quote ini 'Everyone is running their own race in their own time zone'. Kalau kita selalu membandingkan diri dengan cerita hidup orang lain, kita akan kehilangan banyak waktu untuk fokus membangun diri kita dengan lebih baik dan positif. Kita terlalu sibuk bersaing agar kita lebih baik dari orang lain, sehingga akibatnya hidup kita akan monoton, sama seperti yang orang lain lakukan, dan kita merasa lelah. Setiap kita memang diberi waktu, kesempatan, talenta tetapi dengan porsi yang berbeda-beda, namun bukan berarti yang kesempatannya lebih besar atau talentanya lebih banyak menjadi yang lebih baik dari yang lain, bukan masalah berapa banyaknya atau berapa besarnya.

Apapun dan berapapun kesempatan dan talenta yang dipercayakan kepada kita, kita perlu bersyukur dan mengembangkannya dengan baik. Yuk dilist apa aja kesempatan-kesempatan yang sudah kamu jalani, pengalaman-pengalaman baik ataupun pahit dalam hidupmu, dan talenta apa saja yang kamu miliki, semua itu adalah proses yang membentuk hidupmu, yang perlu disyukuri dan dikembangkan.

Advertisement

2. Filter nasihat yang membangun dan abaikan perkataan yang menurunkan semangatmu

Photo de Andrea Piacquadio provenant de Pexels

Photo de Andrea Piacquadio provenant de Pexels via https://www.pexels.com

Kamu pasti punya playlist lagu kesukaan kan? Apakah ada yang bisa memaksamu untuk memasukkan lagu yang tidak kamu suka ke dalam playlistmu? Pastinya tidak kan. Kamu punya hak akses penuh untuk menentukan lagu mana yang ada dalam playlistmu. Dalam realita kehidupanpun demikian, lagu-lagu seperti apa yang harus ada dalam playlist hidupmu? Apakah judul yang seperti ini yang kamu mau, “Ih calon perawan lapuk”, “Bikin malu keluarga saja”, “Kurang belaian kasih sayang”, “Kesepian sampai mati”, “perawan/perjaka nggak laku-laku” dan judul-judul lain yang sering dituduhkan padamu.

Ingat, kamu punya kontrol penuh atas perkataan-perkataan yang masuk dalam pikiranmu, jika kamu membiarkan pikiran-pikiran itu menghantuimu, kamu akan lelah dan membuatmu mengambil keputusan berdasarkan kata orang. Padahal hidupmu ya kamu yang jalanin, masa cuma demi acara menikah yang cuma 1-2 hari, kamu mempertaruhkan hidupmu dengan orang yang salah?

Dan orang-orang yang melontarkan tuduhan tersebut kepadamu menghilang begitu saja, bahkan mungkin ada yang menertawakanmu, “Makan tuh rumah tangga! HAHAHA”. So santuy aja lah, selama kamu terus berjuang membangun kualitas dirimu dengan baik, jodoh akan datang tepat pada waktunya. 

Advertisement

3. Masa single adalah masa untuk semakin memahami diri sendiri

Photo by Erriko Boccia on Unsplash

Photo by Erriko Boccia on Unsplash via https://unsplash.com

Penting bagi kamu untuk semakin memahami diri, apa perasaan-perasaan kamu, memperhatikan setiap respon kamu pada suatu hal, menyadari dan mengakui kesalahan-kesalahan, menerima setiap kegagalan, menyemangati diri, memahami apa yang kamu suka dan tidak suka, menerima dan berdamai dengan masa lalu sebagai pembentuk hidup, dsb.

Semakin kamu deal dan berdamai dengan diri sendiri, maka kamu pun akan mudah menerima orang lain tanpa ekspektasi yang menuntut. Orang yang suka menuntut orang lain, biasanya karena mereka kecewa dengan dirinya sendiri, mereka gagal memahami diri sendiri, sehingga mereka menuntut orang lain sama seperti mereka menuntut dirinya sendiri.  

Bukan berarti kamu kompromi jika memang ada suatu kesalahan, tetapi kamu lebih bisa menata respon dengan lebih baik ketika mendapati orang lain berbeda dengan harapan kamu. Kamu lebih lega dan lebih tulus dalam berelasi ketika kamu semakin deal dengan diri sendiri. Kamu perlu memanfaatkan waktu single ini untuk memahami diri agar semakin siap menghadapi konflik di kemudian hari.

4. Usia 30 bukan akhir dari masa muda

Photo by Vinicius Wiesehofer on Unsplash

Photo by Vinicius Wiesehofer on Unsplash via https://unsplash.com

Siapa bilang usia 30 adalah akhir dari masa muda? SALAH BESAR. Walau tidak bisa dipungkiri, banyak yang terjebak pada pemikiran bahwa usia 30 sudah malas untuk belajar lagi, udah usia 30 pergaulan sudah semakin sempit, kalah populer sama yang lebih muda, dsb.

Well, memang nggak mudah menyingkirkan pemikiran-pemikiran tersebut, tetapi makin dipikir kok malah bikin down. Daripada mikir yang enggak-enggak, kamu mesti harus bangkit, belajar itu gak mengenal usia, belajar itu seumur hidup supaya otak kita tetap berfungsi dengan baik. Mari kita berpikir, justru usia 30 adalah kesempatan/babak baru lagi untuk belajar semakin bijak, semakin produktif dan makin siap menerima tantangan baru.

Jangan biarkan keraguanmu terhadap diri sendiri menghalangi dirimu untuk terus berkarya, kamu memiliki hak atas hidupmu, kamu bebas menentukan jalan mana yang kamu pilih, kamu bebas menjalani hidupmu dengan baik dan positif, kamu bebas untuk menyayangi orang-orang terdekatmu.  Kamu hanya perlu BANGKIT! Jika Jatuh, BANGKIT LAGI! Pastikan bangkitmu lebih banyak daripada jatuhmu.

5. Sedikit teman yang mengerti siapa diri kita lebih baik daripada 1000 teman yang hanya nebeng asik doang

Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash

Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash via https://unsplash.com

Keren banget sih kalo punya banyak temen, tapi kalo cuma seneng-seneng doang buat apa? Temen yang baik itu selalu ada di setiap kondisi kehidupan kamu, bahkan ketika mereka udah menikah dan kamu cenderung menarik diri karena kamu takut mengganggu kehidupannya, tetep aja temen sejati itu selalu mengingat dan mau mendengar kamu. Jikalau kamu orang yang mudah berteman, hal ini mungkin tidak sulit bagi kamu untuk memiliki seorang atau beberapa sahabat dekat.

Tetapi bagaimana dengan kamu yang tertutup dan pendiam? Bukan hal mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Kamu hanya perlu melihat sekelilingmu, dan memulai sebuah interaksi. Cukup 1 atau beberapa teman dekat saja, dimana kamu bisa berbagi secara leluasa apa yang kamu rasakan dan alami dalam hidupmu.

Khawatir wajar, tetapi jangan berlarut-larut ya, usia cuma masalah angka tetapi tidak menjamin kedewasaan seseorang. Menjadi muda juga bukan soal usia, tetapi soal semangat. Jadi jangan takut, sayangi dan bahagiakan jiwamu. SEMANGAT!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

une femme libre

CLOSE