Bayang-bayang Enosimania, Perasaan Bersalah yang Berujung Ketakutan

Ketika perasaan bersalah dalam diri justru malah berbuah ketakutan

Pernahkah kalian melakukan sebuah kesalahan baik kepada diri sendiri maupun orang lain? Lantas kita selalu menyudutkan diri kita bahwa kita adalah orang yang salah dimata dunia. Banyak indikasi-indikasi yang menyebabkan perasaan bersalah itu muncul. Mulai dari kesalahan kita sendiri karena telah berperilaku yang tidak sepantasnya dilakukan, kesalahan orang lain yang justru menjadikan diri sendiri sebagai korban, bahkan trauma yang dialami saat kita masih kecil. Rasa bersalah juga datang karena kegagalan yang pernah kita alami, tidak bisa meraih apa yang kita inginkan, adanya standar dan anggapan yang telah disusun oleh orang lain yang mana dari kita sendiri gagal untuk menepatinya.

Terkadang dalam diri muncul rasa bersalah seketika. Selalu bergumul dalam diri karena banyak cibiran sana-sini yang membuat diri ini menjadi dipermalukan dan down. Selalu berpikiran buruk dan takut berbuat kesalahan. Gagal memenuhi ekspektasi diluar sana dan merasa takut untuk mencoba. Apalagi di usia quarter life crisis, perasaan bersalah muncul karena kita belum sukses dan mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Belakangan ini, aku mendengar salah satu istilah yang cukup unik. Apakah kalian pernah mendengar istilah Enosimania? Mungkin istilah ini asing bagi kalian bahkan aku sendiri pun baru mendengarnya saat ini. Tetapi sebagian dari kita pernah merasakan dari enosimania ini tanpa kita sadari. Enosimania adalah kondisi seseorang bahwa dirinya punya rasa takut untuk melakukan kesalahan besar. Enosimania merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki ketakutan untuk melakukan kesalahan yang besar dan mendapatkan kritikan dari orang lain.

Enosimania juga diartikan sebagai tekanan diri untuk melakukan kesalahan yang seakan-akan kesalahannya sudah tidak bisa diperbaiki. Kondisi ini membuat seseorang merasa kepikiran bahwa kritikan dari orang lain bukan dijadikan sebagai acuan tetapi malah membuat kita menjadi down.

Terkadang manusia tidak pernah luput dari salah dan khilaf. Namun jika hal ini terjadi tentunya akan membahayakan mental dari seseorang yang punya kondisi enosimania. Sampai saat ini belum ada penanganan khusus terkait cara mengatasi enosimania. Tetapi khusus pada artikel kali ini, setidaknya aku memberikan beberapa booster atau suntikan penyemangat agar kamu tidak takut untuk melakukan sebuah kesalahan. Let’s cekidot!

Advertisement

1. Merasa Bersalah Merupakan Hal yang Manusiawi

Photo by Mikhail Nilov from Pexels

Photo by Mikhail Nilov from Pexels via https://www.pexels.com

Apakah kalian pernah mendengar sebuah pepatah yang berbunyi manusia itu tempatnya salah dan lupa. Kedengarannya memang pepatah ini ada benarnya juga guys dan i think it’s totally agree. Terkadang kita suka luput bahwa kita sesekali pernah melakukan sebuah kesalahan. Idealnya setiap orang itu pernah melakukan kesalahan dan merasa bersalah. Menurutku hal itu adalah hal yang manusiawi. Wajar apabila tersingkap feeling guilty yang ada dalam diri kita.

Setiap orang pastinya pernah melakukan sebuah kesalahan. Baik itu kesalahan yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Baik dalam keadaan sadar ataupun tidak sadar. Namanya manusia pastinya selalu ingin bertumbuh, berprogres dan berproses untuk menjalani kehidupan sebagai pelajaran berharga.

Advertisement

Tetapi ingat bukan berarti kesalahan yang kamu perbuat itu kamu normalisasikan. Yang salah akan tetap salah. Yang salah harus dibenarkan. Jika keliru harus diperbaiki. Jika kurang ada baiknya direvisi. Justru kita harus belajar bahwa jangan sampai kita ini mengulangi kesalahan yang sama. Cukup sekali saja.

Terkadang kita merasa bersalah karena kita memang patut untuk disalahkan. Semua itu wajar, namanya juga manusia. Pastinya ada salah dan lupanya. Kita setidaknya saling mengingatkan dan membenarkan. Bukan malah saling menghakimi satu sama lain apalagi saling sindir-sindiran.

Tetapi, ketika kesalahannya sudah pudar dan usang terus ada orang yang melakukannya lagi bukan berarti dinormalkan saja. Seakan anggapannya salah tapi mengada-ada jadinya nggak salah. Kesalahan datang karena kita mau belajar dan kita belajar dari kesalahan itu. Kesalahan ada karena kita butuh perbaikan dan improvement diri untuk bisa lebih baik lagi.

Advertisement

2. Jangan Takut Salah Selama Itu Benar

Photo by Faruk Tokluoğlu from Pexels

Photo by Faruk Tokluoğlu from Pexels via https://www.pexels.com

Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah. Kecuali ia yang selalu mengoreksi diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas kekeliruan diri sendiri. Di poin ini semua kembali kepada sudut pandangnya. Terkadang manusianya ada cela dan celahnya. Feeling guilty atau perasaan bersalah tidak selalu dipandang sebagai perasaan negatif.

Ada baiknya kita tahu dulu takaran perasaan bersalah kita. Apakah kesalahan yang kita lakukan masih bisa ditolerir atau sudah kelewat batas. Ingat tidak selamanya salah itu salah. Yang benar kadang-kadang juga pernah salah. Jangan takut untuk salah selama nantinya kesalahan itu akan mengarahkanmu ke jalan yang benar. Kalau kita tidak mencoba dulu nih, bagaimana bisa tahu kalau kita salah. Dari kesalahan kita juga bisa tahu bagaimana kedepannya agar lebih fokus lagi.

Dari kesalahan kita juga tahu kan mana yang kualitasnya baik dan mana yang tidak bermutu. Lebih baik gagal daripada tidak mencoba sama sekali. Tidak masalah jika pernah melakukan kesalahan, dari sinilah kita bisa belajar untuk mendapatkan sebuah kebenaran. Seorang motivator, Anthony Robbins pernah mengatakan bahwa semua kegagalan dan rasa frustasi yang pernah terjadi dalam hidup saya sesungguhnya menjadi dasar yang kuat untuk meraih kesuksesan yang saya nikmati sekarang.

Ibaratnya kalau kita ingin berhasil pastinya pernah at least merasakan kegagalan. Kesuksesan besar terkadang dibayar mahal karena pahitnya kegagalan-kegagalan yang kita rasakan. Terlepas dari itu semua kita tidak boleh terlena. Jangan sampai kita berbuat kesalahan apalagi jadi kebiasaan, jangan yaa.

3. Menormalisasikan Kesalahan

Photo by SHVETS production from Pexels

Photo by SHVETS production from Pexels via https://www.pexels.com

Kalian sadar nggak sih di zaman sekarang, ada banyak hal yang sebenarnya sudah tahu itu salah tapi malah dianggapnya wajar? Ibarat kata sudah tahu hal yang dilakukan itu salah tapi malah menjadi kebiasaan atau habits bagi orang-orang diluaran sana. Contoh yang lagi viral sekarang adalah ketika orang melakukan sebuah kesalahan dan orang lain menegurnya dengan sindiran. Normalnya kan ketika kita menegur pada orang yang salah itu justru baiknya orang itu diingatkan. Diingatkan untuk tidak melakukan kesalahan yang sama. Bukan malah disindir-sindir. Alhasil orang punya rasa ketakutan dari perasaan bersalah yang dialami. Awalnya dia punya perasaan bersalah ditambah lagi sindirannya yang makin tidak karuan sehingga muncul rasa takut. Takut akan rasa bersalah. Takut dikritik karena pernah merasakan dan akhirnya berujung dimaki-maki. Dikucilkan dari lingkungan sosialnya cuma karena satu kesalahan aja.

 

Sekarang gini aja, siapa yang merasa di dunia ini paling bener? Setiap orang juga pernah kali melakukan kesalahan. Even orang tua kita marah-marahin kita sebagai anak gak becus kalau disuruh beli ini itu. Pas kita melakukan kesalahan eh marah-marah dengan benteng kita marah sama kamu karena kita sayang. Padahal juga kalau dipikir-pikir tidak selamanya anak itu salah. Mungkin orang tua juga terkadang ada salahnya. Tahu kok kalau tiap orang punya caranya sendiri-sendiri untuk mendidik anak. Tapi ya balik lagi semua itu dinormalkan kesannya karena anak disudutkan tetap salah dihadapan orangtuanya bahkan secuil kesalahannya pun tetap dicari-cari. Kan bisa toh diingatkan baik-baik. Bukan malah adu mulut sampai uratnya putus juga kan.

 

Ada baiknya dihindari untuk menormalisasikan kesalahan. Memang sudah salah ya akan tetap salah. Tapi tolong kalau misalnya menegur seseorang yang melakukan kesalahan itu bisa dengan cara yang baik kan? Diingatkan yang baik, dikasih tahu yang bener. Kalau sindir-sindiran yang ada orang menjadi canggung. Menggunakan sindiran tidak sepenuhnya dibenarkan. Justru orang yang kamu sindir akan susah memahami maksudnya apa. Kalau memang cari ribut ya ayo. Kalau memang ada butuhnya ya tinggal bilang. Simple kan? Nggak usah pakai sindir-sindiran.

4. Bedakan Antara Kesalahan dengan Salah Memutuskan

Photo by Ingo Joseph from Pexels

Photo by Ingo Joseph from Pexels via https://www.pexels.com

Hal ini yang sering dilewatkan oleh orang-orang. Disini kalian harus bisa membedakan antara kesalahan dengan salah mengambil keputusan. Namanya orang kadang-kadang suka mencari-cari kesalahan. Karena kesalahan adalah hal yang paling kelihatan bahwa perlakuannya itu keliru. Tetapi perlu hati-hati dengan kesalahan apalagi salah memutuskan. Contoh kalian lagi boncengan sama temen di satu motor. Anggapannya si A dan si B lah. Si A diberikan mandat untuk baca maps oleh si B, ceritanya mereka mau main ke rumah si C.

 

Terkadang kita suka salah mengambil keputusan dalam membaca maps. Misalnya ada perempatan, maps menunjukkan belok kiri 200 m. Tapi belum 200 meter kalian sudah belok nih. Kebetulan ada belokan juga. Akhirnya kalian memutar dan justru mengulur waktu untuk mengelilinginya dan jadinya terlambat sampai ke tujuan. Nah dari sini kalian kan bisa tahu bahwa dengan keputusan kalian yang tergesa-gesa untuk berbelok arah menandakan kalian melakukan kesalahan. Meskipun itu tidak sengaja, ini menandakan bahwa kamu harus lebih fokus lagi untuk memutuskan. Anggap ini sebagai pelajaran untuk kedepannya tidak boleh kecepetan buat belok. Perlahan tapi pasti.

5. Ubah Kritik Diri Menjadi Keberhargaan Diri

Photo by Monstera from Pexels

Photo by Monstera from Pexels via https://www.pexels.com

Feeling guilty atau rasa bersalah identik dengan perasaan yang berlebihan sehingga orang-orang takut akan berbuat kesalahan karena cibiran orang-orang yang membuat kitanya menjadi down. Terkadang kita merasakan bahwa kesalahan yang kita perbuat sepenuhnya adalah kesalahan kita. Lantas kita mengkritik diri kita sendiri, menyalahkan diri sendiri. Bahkan momen ini justru teringat karena meskipun kita sudah meminta maaf tetap tidak teralihkan. Momen inilah yang justru memicu kita untuk saling menyalahkan.

Daripada terus-terusan untuk saling menyalahkan diri sendiri, lebih baik alihkan fokusmu menjadi keberhargaan diri. Lewatkan itu dan berusaha memikirkan pencapaian-pencapaian yang sudah kamu lakukan. Ingatlah beberapa hal yang membuat dirimu bangga. Tetapi jangan sampai lupa, meskipun kita pernah melakukan kesalahan kita tetap untuk berusaha agar tidak mengulanginya lagi.

6. Belajar Memaafkan Kesalahan dan Diri Sendiri

Photo by Alex Green from Pexels

Photo by Alex Green from Pexels via https://www.pexels.com

Setiap dari kita, ketika melakukan kesalahan pastinya kita ada niat untuk meminta maaf. Apapun kesalahan kita, sebesar atau sekecil apapun kesalahannya pastinya saling memaafkan adalah hal yang melegakan. Memaafkan adalah pilihan yang paling tepat apabila kita melakukan kesalahan. Dengan meminta maaf, seseorang akan menyampaikan permintaan maafnya dan penyesalan yang telah disesalkan dari kesalahan yang kita lakukan. Mereka berjanji agar tidak mengulangi kesalahan yang serupa. Permintaan maaf yang tulus dan ikhlas dapat membuka kesempatan untuk diri kita lebih menerima dan mengungkapkan perasaan yang sedang bergumul dalam diri.

Jangan lupa juga ketika kamu melakukan kesalahan kepada orang lain, maafkan juga dirimu sendiri. Kita jadi lebih bisa mengekspresikan perasaan kita. Alih-alih yang awalnya self-blaming atau menyalahkan diri sendiri, mengkritik dan menjatuhkan diri sendiri, kemudian rasa percaya diri yang cenderung menurun akhirnya luntur dengan sendirinya atas penerimaan diri kita terkait rasa bersalah kita. Setelah meminta maaf dirimu jadi lebih release lagi dan tidak lagi-lagi melakukan kesalahan yang sama. Ingat bahwa tidak ada orang yang melakukan sesuatu hal dengan sempurna.

7. Belajar dari Kesalahan Untuk Improve Diri

Photo by Bruno Bueno from Pexels

Photo by Bruno Bueno from Pexels via https://www.pexels.com

Sebagai manusia tidak dapat dipungkiri bahwa ia terjerumus dalam melakukan sebuah kesalahan. Bahkan tidak ada manusia yang terkadang selalu benar dalam melakukan sesuatu. Pastinya tidak ada manusia yang tidak membuat sebuah kesalahan.

Sebelumnya ketika kalian melakukan kesalahan pasti terbersit dalam pikiran kalau kamu dijauhi dari lingkungan sekitarmu, rugi fisik maupun materi. Serasa ingin menghindar dan memiliki ketakutan tersendiri ketika kita melakukan kesalahan. Justru kamu bisa banyak belajar dari kesalahan yang pernah kamu lakukan untuk improve atau perbaikan diri.

Kesalahan ibaratkan guru terbaik dalam perjalanan hidup yang kamu lalui. Dengan kesalahan yang pernah kamu lakukan setidaknya membuat kita flashback dan mengingat kembali untuk kedepannya tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kesalahan yang kamu lakukan dapat membuat dirimu lebih improve lebih baik lagi dan belajar banyak hal baru dalam memaknai hidup yang jauh lebih bermakna.

Andaikan kamu baru belajar memasak, pastinya awal-awal akan sering melakukan kesalahan karena tidak tahu resep, susah mendapatkan takaran yang pas, kurang rasa atau seasoning dan lain-lain. Di dunia, tempat hidup kita saat ini adalah tempatnya belajar. Nantinya yang sudah berpengalaman akan mengajarkan kamu bagaimana cara memasak resep ABC agar makanannya enak dan lezat.

8. Ubah Pola Pikir dari Adanya Kesalahan

Photo by Vanessa Garcia from Pexels

Photo by Vanessa Garcia from Pexels via https://www.pexels.com

Sebisa mungkin kita jangan menghindari adanya kesalahan. Jangan mencari siapa yang salah. Kalau dari awal niatnya kamu cari siapa orang yang salah atau siapa yang melakukan kesalahan, ya pastinya tidak akan adanya ujungnya. Tidak akan selesai-selesai. Kalau memang kita salah ya kita akui saja. Kita terus terang buat bilang. Justru bentuk pengakuan kita ini yang membawa kita ke jalan kebenaran. Dengan kita mengubah pola pikir untuk memandang sebuah kesalahan maka akan terdapat hikmah yang kita ambil dari kejadian yang kita lakukan. Ibarat batu-batu kecil yang ada di sepanjang jalan menandakan kita untuk selalu berhati-hati dalam melakukan sebuah kesalahan.

Ingat, kesalahan itu bukanlah suatu aib yang mestinya kita tutup-tutupi. Tapi coba dibayangkan lagi bahwa ketika kita menemukan kebenaran yang hakiki sebenarnya timbul dari adanya kesalahan yang pernah kita buat. Kalau kita tidak bikin kesalahan ya kita gatau dong bakal kejadiannya seperti apa nantinya. Makanya hidup terkadang selalu ada cobaan yang perlu dicobain. Di sinilah makna pentingnya ketika kita sudah tahu kalau itu salah. Yang terpenting hadapilah dulu rintangan yang ada didepan. Jangan pernah terbersit rasa takut untuk salah.

Salah nggak apa-apa. Nantinya kita akan menemukan jalan terbaik. Yakinlah kalau kita akan bertemu dengan sinar yang cerah karena buah usaha kita. Di setiap kita salah melangkah maka sinar itulah yang akan mampu mengantarkan kita sampai tujuan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penyuka Seblak dan Baso Aci

CLOSE