Beberapa Perubahan Kondisi Psikis Individu Pasca Tsunami di Aceh

Adakah perubahan kondisi psikis pada individu sesudah tsunami di Aceh?

Hampir 16 tahun lalu, gempa bumi berkekuatan 9,2 skala richter disertai dengan gelombang tsunami setinggi 30 meter menerjang Provinsi Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Tidak hanya bagian negara Indonesia saja yang terkena dampak dari tsunami 2004, tetapi gelombang juga menerjang titik lainnya seperti Thailand, India, dan sri langka. Dilansir Harian Kompas yang terbit pada 29 Desember 2004, kekuatan gempa yang terjadi berada di Samudra Hindia pada kedalaman sekitar 10 meter dari kedalaman laut.

Tsunami merupakan suatu  peristiwa yang dapat memberikan dampak besar bagi korban. Bukan hanya dampak fisik, tetapi trauma dan dampak psikologis  juga akan mengancam hidup mereka dalam beberapa hari, minggu bahkan bulan setelah kejadian. Kondisi psikis yang mempengaruhi  meliputi perilaku, isi pikiran, alam perasaan, kebiasaan, dan pengetahuan.

Advertisement

1. Mengalami susah tidur

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Di antara penyebab sulit untuk tidur ialah karena dipicu oleh rasa cemas yang menghantui pikiran. Rasa cemas biasa datang karena adanya trauma yang menyedihkan diikuti dengan keresahan dan juga rasa gelisah. Trauma bencana akibat gempa bumi dan tsunami memunculkan ingatan kilas balik kesedihan yang terus menerus muncul dalam bentuk mimpi buruk.

2. Merasa cemas dan was was

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Kecemasan mempengaruhi dampak pada psikologis. Kecemasan dapat timbul akibat persoalan diri maupun dengan orang sekitar. Tiap kali berinteraksi dengan orang lain diri menjadi tegang, cemas, was-was dan rasa khawatir.

Advertisement

Contoh rasa cemas yang dirasakan korban tsunami ialah cemas akan ditinggal pergi anggota keluarga, takut akan terulangnya gempa, cemas karena kehilangan pekerjaan yang menyebabkan menurunnya nilai ekonomi, dan masih banyak contoh kecemasan lainnya.

Kecemasan yang berlebih dan terus menerus dapat menyebabkan Anxiety Disorder atau lebih sering dikenal dengan gangguan kecemasan. Maka dari itu, rasa cemas ini harus cepat ditanggapi.

3. Timbulnya penyesalan dan rasa bersalah

Advertisement
Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Rasa bersalah dan penyesalan muncul disaat hati mengatakan ke diri bahwa diri ini telah melakukan sesuatu yang salah. Hal ini yang paling sering meneror pikiran dan hati para korban tsunami, yang biasanya muncul dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.

Contohnya, mengapa aku telalu lamban dalam menanggapi tsunami?, mengapa aku tidak bisa menyelamatkan keluargaku?, mengapa aku tidak lari ke tempat yang lebih tinggi?, Mengapa aku tidak membawa ibu untuk pergi bersamaku?, dan masih banyak pertanyaan penyesalan yang berujung menyalahkan diri sendiri. Emosi penyesalan ini biasanya hadir bersama perasaan tidak berarti dan kepercayaan diri menurun. 

4. Berkurangnya konsentrasi

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Kurang konsentrasi tentunya akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Beberapa faktor yang membuat konsentrasi menurun diantaranya kurang tidur. Tidur sangat berperan dalam proses kognitif meliputi belajar dan berpikir.

Selain itu juga mengganggu dalam pemecahan masalah, mengurangi rentang fokus dan daya nalar. Selain kurang tidur, seringnya memikirkan banyak hal  berat sekaligus juga dapat menurunkan tingkat konsentrasi. Hal-hal yang dipikirkan oleh korban pasca tsunami biasanya terkait ekonomi, permasalahan keluarga, dan infrastruktur yang tidak memadai.

5. Lebih sensitif terhadap sekitar

Photo by Keenan Constance from Pexels

Photo by Keenan Constance from Pexels via https://www.pexels.com

Setelah bencana terjadi, perasaan sensitif akan dunia sekitar lebih dirasakan oleh korban bencana. Suara, emosi reaktif, sensasi, dan perasaan mendalam akan membuat mereka terkadang kembali memikirkan akan bencana alam yang meskipun sudah lama berlalu.

Trauma psikologis setelah bencana alam akan memperburuk kondisi psikologis yang telah ada sebelum bencana itu terjadi. Kondisi tersebut akan semakin memburuk bila tidak dideteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan mental (trauma healing) (Surendra, 2017).

Meskipun trauma dan kondisi psikologis kerap muncul setelah gempa dan tsunami terjadi, namun, banyak dari korban tsunami yang telah bangkit, dan merelakan kesedihan sedikit demi sedikit. Terdapat beberapa cara bagi korban tsunami Aceh untuk membantu memulihkan dampak psikologis, diantaranya memfokuskan diri pada rutinitas dini, tetapkan sifat tawakkal serta berserah diri pada Allah SWT, percaya bahwa sesuatu yang terjadi pasti terdapat hikmah dibaliknya, dan merelaksasi tubuh. Oleh karena itu, perubahan kondisi psikis dan trauma atas suatu peristiwa harus dikenali dan diatasi dengan baik, atau tidak akan menjadikannya permanen dan sulit untuk diatasi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Nama saya Shelda Syifa Azzahra biasa dipanggil Shelda atau eda, saya lahir pada tanggal 13 bulan juli tahun 2002. Saat ini saya menempuh pendidikan di Universitas Syiah Kuala, fakultas kedokteran program studi psikologi.

CLOSE