#BelajarDiNegeriOrang-Biar Nggak Kaget, Yuk Pelajari Perbedaan Sistem Belajar di Indonesia dan Luar Negeri

Baca Ini Supaya Ngga Kaget Setelah Tinggal Di Luar Negeri

Tahukah Anda, kenapa ada banyak orang yang memilih untuk menempuh pendidikan lanjutan ke luar negeri?

Salah satu jawaban yang paling mendasar adalah, karena jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang dan maju lainnya, kualitas pendidikan di Indonesia masih tertinggal. Nah, Untuk melihat perbedaan antara sistem, kualitas, dan segala hal terkait pendidikan di Indonesia dengan di luar negeri, simak informasinya berikut ini.

Advertisement

1. Pengenalan Waktu Pendidikan

Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Usia balita dan kanak-kanak merupakan masa yang paling menyenangkan bagi seorang anak. Karena di waktu itu mereka dapat belajar banyak hal sambil bermain. Namun di Indonesia, pengenalan pendidikan sejak dini sudah mulai dilakukan.

Bahkan ada yang sudah dimulai saat anak masih dalam masa balita, seperti memasukkannya ke playgroup dan Taman Kanak-kanak, sampai dengan pemberian kursus privat. Penyebab utamanya adalah, karena ada persyaratan khusus ketika anak akan masuk Sekolah Dasar, minimal harus sudah dapat membaca.

Advertisement

Program tersebut sebenarnya baik, karena tujuannya adalah agar seorang anak dapat belajar bersosialisasi, melatih motorik, dan daya pikir mereka. Namun satu imbas yang secara tidak langsung akan didapatkan adalah bahwa masa kanak-kanak mereka akan hilang di usia yang masih terlalu dini. Dan bahkan mereka akan mulai mengenal stres.

Lalu, bagaimana dengan pengenalan waktu pendidikan di luar negeri? Salah satu contohnya adalah di Finlandia, memiliki kebijakan bahwa seorang anak dapat mulai masuk ke jenjang pendidikan dasar ketika mereka sudah berusia 7 tahun. Sebelum itu, mereka dapat mengeksplorasi apa yang mereka inginkan, salah satunya adalah bermain.

2. Sistem Pembagian Kelas

Advertisement
Photo by Pexels

Photo by Pexels via https://www.pexels.com

Hampir seluruh sekolahan di luar negeri tidak mengenal sistem pembagian kelas yang berisikan anak-anak pintar saja, atau yang biasa disebut dengan istilah kelas unggulan. Dan kelas yang berisikan siswa atau mahasiswa biasa dengan grade standar. Rata-rata semua orang akan dikumpulkan di dalam satu kelas yang hanya dibedakan berdasarkan jumlahnya saja.

Sedangkan yang terjadi di Indonesia, umumnya ada pembagian kelas unggulan dan non-unggulan yang justru secara tidak langsung dapat menciptakan gap atau tembok pembatas antara siswa yang pintar dan siswa yang biasa.

Jika dilihat dari sudut pandang pendidikan, salah satu tujuannya adalah agar fokus siswa atau mahasiswa yang pintar tidak terpecah ketika dicampur dengan siswa yang biasa. Sehingga mereka dapat bersaing dengan sesama orang cerdas dalam kelasnya.

Namun secara tidak langsung, sisi psikologis dari siswa yang menempati kelas unggulan dan non-unggulan akan tercipta. Akan ada rasa canggung, dan jengah dari siswa atau mahasiswa yang ditempatkan di dalam dua jenis kelas yang berbeda tersebut.

3. Masa Orientasi Sekolah

Photo by pixabay

Photo by pixabay via http://pixabay.com

Hampir semua orang bersekolah di Indonesia tentu saja pernah menjalani MOS (Masa Orientasi Sekolah), atau OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus). Walaupun sudah banyak kasus dan bahkan sudah pernah diwacanakan untuk dilarang diberlakukan di semua sekolah atau universitas di Indonesia, namun nyatanya kegiatan ini masih kerap saja dilakukan.

Di Indonesia, kegiatan ini sering kali diisi dengan aktivitas-aktivitas yang didominasi untuk mempermalukan para siswa baru. Para panitia kegiatan mengatakan bahwa tujuannya adalah agar siswa baru tersebut kuat mental dan fisiknya sebelum benar-benar menjadi siswa atau mahasiswa di suatu sekolah atau universitas.

Jika di Indonesia orientasi pengenalannya seperti itu, sementara di luar negeri seperti di Amerika Serikat justru dilakukan dengan cara yang lebih positif. Para siswa atau mahasiswa baru akan diajak untuk berkeliling, dan mengikuti beberapa seminar, serta kajian agar mereka lebih mengenal sekolah dan kampusnya. Tidak hanya pengenalan kampus dan sekolah saja, namun ada pula pemberian informasi terkait segala hal yang diberikan.

4. Anggapan Terkait Hasil Akhir

Photo by Pixabay

Photo by Pixabay via http://pixabay.com

Segala macam ujian akan dinilai dengan hasil akhir sebagai result-nya. Hal inilah yang diterapkan di semua jenjang pendidikan di Indonesia. Bahkan, sampai ada standarisasi khusus yang banyak membuat para siswa merasa stres, dan depresi karena harus mencapai nilai minimal setara standarisasi sesuai dengan yang ditentukan oleh pemerintah.

Sementara di kebanyakan jenjang pendidikan di luar negeri, contohnya saja di Australia, hasil akhir bukan segala-galanya. Semua pendidik akan lebih menitikberatkan kepada sektor prosesnya daripada hasil akhirnya. Jika dalam prosesnya saja berantakan, maka akan dapat diketahui bahwa hasil akhirnya juga tidak akan baik.

Selain hasil akhir, dengan banyaknya materi yang diberikan dengan jam belajar yang cukup lama juga dapat membuat siswa tidak dapat mencerna pelajaran atau segala informasi yang diberikan dengan baik. Karena otak mereka terlanjur menerima banyak materi, sehingga akan lebih susah untuk digunakan dalam mengingat secara detail.

Sedangkan di luar negeri, materi yang diberikan hanya berupa poin khususnya saja. Dan jam pendidikannya juga akan lebih dititikberatkan pada praktek. Sehingga seorang siswa atau mahasiswa akan lebih mudah mengerti dan paham secara langsung, daripada hanya menghafal teori dan materi saja.

5. Lamanya Jam Belajar

Photo by pixabay

Photo by pixabay via http://pixabay.com

Di luar negeri, jam belajar untuk hal-hal yang berkaitan dengan teori sangat terbatas. Dan selebihnya akan diisi dengan professional development dan praktek langsung. Sementara di Indonesia masih menganut sistem spoon feeding, sehingga guru akan menjadi sumber satu-satunya.

Selain itu, tambahan ekstrakurikuler, kursus, atau bimbingan belajar juga menambah panjang jam belajar siswa. Sehingga mengakibatkan kepenatan dan kelelahan tidak hanya fisik saja, melainkan juga pikiran.

6. Biaya Pendidikan

Photo by pixabay

Photo by pixabay via http://pixabay.com

Pemerintah memegang peranan penting dalam memberikan pendidikan bagi rakyatnya. Di Indonesia, pendidikan digratiskan hingga pendidikan menengah atas. Namun demikian, sekolah lanjutan masih terbilang memiliki biaya tinggi. Sementara di luar negeri, pendidikan diberikan secara gratis dan memberikan program makan sehat di sekolah.

Untuk sekolah lanjutan sebagian besar pemerintahnya memberikan berbagai fasilitas biaya pendidikan yang mudah dan murah bagi yang akabn melanjutkan ke tingkat pendidikan tinggi.

7. Tugas dan Pekerjaan Rumah

Photo by pixabay

Photo by pixabay via http://pixabay.com

Ada yang mengatakan bahwa pekerjaan rumah bagus untuk siswa karena bisa mengasah daya ingat mereka mengenai pelajaran yang sudah di berikan tetapi pada dasarnya pekerjaan rumah dan tugas tugas lainnya membuat siswa merasa cepat lelah, setelah seharian berada di sekolah dan ketika kembali ke rumah ia harus mengerjakan pekerjaan rumah yang terkadang diberikan dengan jumlah yang banyak membuat siswa merasa bahwa ia harus membawa beban dari sekolah ke rumah padahal seharusnya rumah merupakan tempat untuk melepas penat setelah seharian suntuk berada di sekolah.

Belum dengan masalah pembagian waktu antara les dengan mengerjakan pr yang mungkin saja bisa menyita waktu istirahat. Dan jika diluar negeri hal ini tidak ada.

8. Fokus Bidang Studi

Photo by pixabay

Photo by pixabay via http://pixabay.com

Sistem pendidikan Indonesia masih terlihat umum dan kurang mengarahkan anak didik untuk melihat dan memaksimalkan bakat serta kemampuan mereka. Universitas di luar negeri banyak yang menawarkan bidang studi lebih fokus dan terspesialisasi.

Sebagai contoh seperti di UK, Australia, Amerika, atau Singapura yang menekankan beberapa spesialisasi bidang seperti seni, sains, teknologi, teknik, maupun aspek keilmuan lainnya. 

9. Penelitian yang Aktif dan Inovatif

Photo by pixabay

Photo by pixabay via http://pixabay.com

Amerika, Kanada, Inggris, Jerman, you name it! Negara-negara ini sangat aktif dalam penelitian dan peluncuran inovasinya. Mereka sendiri memang diakui secara global dengan reputasi kuatnya di bidang teknologi dan ilmiah. Dijamin banyak universitas yang menyediakan platform untukmu belajar dan berkreasi dalam menciptakan sesuatu. 

Keunggulan yang dapat kamu nikmati ini juga dikarenakan pemerintah mereka yang mendukung dan terus menyokong pendidikan serta penelitian dengan baik. Kamu jadi berkesempatan untuk terlibat dalam tim penelitian dan bekerja dalam proyek kehidupan nyata. Seperti bersama mitra bisnis atau melakukan studi independen di bawah bimbingan seorang penasihat yang berpengalaman.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE