#BelajarDiNegeriOrang-Menjawab Keraguan Diri, Bercermin dari Pengalaman Berproses Orang Lain Belajar di Luar Negeri

Belajar dari pengalaman saudara yang belajar di luar negeri

Bukannya tidak bersyukur memiliki banyak tempat belajar di negara sendiri dengan fasilitas juga hal hebat lain. Tapi ada hal yang membuat saya sejak kecil memimpikannya; yang mungkin tidak bisa saya dapati di sini. Meskipun sampai sekarang saya pribadi belum kuliah, tapi mimpi bisa #BelajarDiNegeriOrang yaitu ke Jepang, menjadi cita-cita yang selalu saya bawa di dalam doa. Di mana saya ingin bisa bertemu dan belajar langsung dari Animator yang ada di sana.

Berikut ini pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan pada saudara saya yang sekarang belajar di negeri Spanyol. Meskipun di setiap negara memiliki perbedaan tradisi, bahasa, keuangan dan lainnya, setidaknya jawaban dari pertanyaan ini bisa mewakili saya pribadi atau mungkin juga kalian yang sampai sekarang masih ragu bahkan tidak percaya diri bisa mewujudkannya, apalagi karena kendala biaya juga restu orangtua.

Advertisement

1. Apakah pernah di-bully untuk impian yang gila ini?

Photo by Andrea Piacquadio on Pexels

Photo by Andrea Piacquadio on Pexels via http://www.pexels.com

Untuk hal pernah di-bully teman soal mimpinya, ia bercerita bahwa sebenarnya ia tipe orang yang jarang terbuka kepada orang lain akan rencana-rencana atau mimpi-mimpi yang ia punya, hanya pada teman dekat saja. Bahkan kebanyakan respon dari teman-temannya ketika mereka menyadari bahwa ia sudah berada di bandara dan sudah tiba di belahan bumi lain, mereka cukup terkejut, khawatir dan sekaligus kagum.

Karena mereka tahu bahwa ia tidak pernah naik pesawat. Sekalinya naik pesawat jalur penerbangan Internasional seorang diri. Teman-temannya bahkan saya sendiri menyebut dia “gila”.

Advertisement

“Tapi bukankah hidup harus “gila”?katanya.

Ia bersyukur memiliki orang-orang baik di sekelilingnya yang percaya akan mimpi dan mendukung apapun keputusannya. Jadi, ia tidak masalah jika ada yang mem-bully akan mimpinya. Kalaupun ada yang meremehkan mimpinya di luar sana, ia tidak peduli akan hal itu. Ia memilih fokus akan tujuan yang ingin ia tuju.

“Di dalam hidup pasti akan selalu ada rintangan, hidup memang tidak mudah. Ngomong-ngomong bicara tentang hidup juga bicara tentang pilihan. Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita semua memiliki pilihan dalam merespon atau menyikapi. Jadi semua kembali lagi ke diri kita,” tuturnya. 

Advertisement

2. Untuk apa kamu harus pergi ke sana? Bukankah itu sangat mustahil untuk dilakukan?

Photo by Tuan Kiet Jr. on Pexels

Photo by Tuan Kiet Jr. on Pexels via http://www.pexels.com

Tidak terasa saudara saya berada di Spanyol sudah satu tahun lebih. 

“Jika ada mimpi, harus ada usaha dan doa, maka akan jadi nyata,” ujarnya. 

Sebenarnya ia tidak memiliki spesifik negara yang ingin ia tuju, tapi untuk punya kesempatan tinggal di negara Spanyol saja sudah sangat ia syukuri. 

Ia pergi ke luar negeri adalah untuk dirinya sendiri. Ia ingin mendorong dirinya sendiri untuk belajar lebih banyak tentang dirinya. Karena pada akhirnya ia akan sangat bangga pada dirinya sendiri mampu melakukan suatu hal yang kebanyakan orang bahkan takut untuk melakukannya. 

“Saya bisa bilang bahwa ini adalah sebuah keputusan terbaik yang pernah saya ambil,” ujarnya. 

3. Alasan kuat apa yang harus diberikan, untuk bisa meyakinkan dan meluluhkan orangtua?

Photo by elly fairytale on Pexels

Photo by elly fairytale on Pexels via http://www.pexels.com

Saudara saya bisa pergi ke Spanyol karena ia setelah lulus kuliah mengikuti Au Pair program. 

Au Pair itu apa? Bisa disimpulkan, Au Pair sebagai pertukaran budaya Internasional yang memberikan kemungkinan kepada anak-anak muda (umumnya usia 18-30 tahun) menghabiskan waktu di luar negeri dengan tinggal bersama keluarga asuh warga lokal di sebuah negara untuk belajar tentang budaya dan bahasa asing di negara tersebut.

Dengan dasar yang kuat karena sebuah kesadaran bahwa bumi ini luas, juga karena ia masih muda, ia punya mimpi, ia tidak ingin terkurung dalam sangkar. Ia ingin mengetahui apa yang ada di luar negeri dengan mata kepalanya sendiri.

Ditambah lagi dari kecil ia memang sudah memiliki cita-cita itu. Ia selalu menyebutnya dalam harapan-harapan di setiap doanya semoga suatu saat nanti Tuhan memberikannya kesempatan berkunjung ke luar negeri. Meskipun ke luar negeri dulu tampak mustahil baginya, tentu karena kondisi ekonomi keluarga.

Dan kesempatan itu akhirnya datang dan tidak ia sia-siakan. Meskipun sebelumnya saya percaya banyak pertimbangan-pertimbangan lain yang akhirnya membuat orangtuanya menyetujui keputusannya. 

4. Hal-hal apa saja yang akan bisa di didapatkan di sana?

Photo by David Bartus on Pexels

Photo by David Bartus on Pexels via http://www.pexels.com

Baginya, menjadi Au Pair mungkin tidak akan membuatnya kaya, namun setidaknya penerimaan baik dari host family, dan orang-orang baik di sekelilingnya cukup membuat masa tinggalnya di luar negeri kaya akan pengalaman-pengalaman baru dimana uang bahkan tidak dapat membelinya.

Dan kesempatan untuk tinggal di negara lain, belajar hal-hal baru, menghadapi tantangan-tantangan baru, bertemu dengan orang-orang baru baginya adalah suatu hal yang sangat berharga dan sangat penting untuk “personal growth”. 

Jadi bisa ia bilang bahwa pengalamannya ini adalah “a life changing moment”. 

5. Apakah hidup di sana akan baik-baik saja? Apakah mampu bertahan?

Photo by Chee Zu on Pexels

Photo by Chee Zu on Pexels via http://www.pexels.com

Menjadi seorang Au Pair itu bukan sebagai pembantu. (kebetulan di keluarga asuh yang ia tinggali memiliki housekeeper). Jadi role-nya lebih seperti anak angkat dan menurutnya wajar jika harus bantu beres-beres dan menjaga adik (anak orangtua asuhnya). 

Ia benar-benar merasa memiliki keluarga ke-2. Di sana mereka telah memperlakukan saudara saya ini layaknya seperti anak mereka sendiri. Menghabiskan waktu bersama, memasak bersama, makan satu meja, memberikan masukan dan nasihat-nasihat berarti, menjadi sistem pendukungnya. Intinya ia dan keluarga asuhnya telah menciptakan kenangan-kenangan indah yang tidak akan pernah ia lupakan.

Orangtua asuhnya pun memfasilitasi semua kebutuhannya bahkan disponsori kursus bahasanya, menanggung biaya asuransi kesehatannya selama tinggal di sana. Mereka benar-benar menjamin dan memastikan bahwa saudara saya ini mendapatkan apa yang memang harus ia dapatkan. Dan ia pun melakukan apa yang terbaik yang bisa ia lakukan. 

Jadi saya pun lega mendengar ceritanya. Setidaknya dengan begini keluarga di Indonesia pun percaya bahwa ia baik-baik saja dan bisa bertahan meski akhir-akhir ini merasakan homesick, yang wajar dirasakan oleh siapa saja yang jauh dari keluarga di luar negeri sendiri.

Dengan adanya Qatar Airways Student Club, kita bisa mendapatkan kelebihan fasilitas perjalanan, terlebih untuk kita yang memiliki impian #BelajarDiNegeriOrang. Mulai dari harga spesial tiket, hingga free WI-FI serta layanan lainnya.

Mungkin masih banyak lagi pertanyaan lainnya, jawaban juga pertanyaan ini pun belum bisa mewakili keraguan kalian. Karena setiap manusia juga memiliki prinsip serta tantangannya masing-masing. Namun setidaknya bisa memberikan kita gambaran bagaimana respon atau sikap kita nantinya, jika memiliki kesempatan belajar di luar negeri; yang pasti jauh dari keluarga juga apapun yang ada di negara kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bukan sekedar hobi melainkan memberi arti.

CLOSE