Beranilah Menyerah Pada 5 Sikap ini dan Kamu Akan Merasakan Hidupmu Jauh Lebih Ringan Juga Bahagia

Kamu pantas bahagia

Pernah merasa tidak bahagia karena kita menjalankan hidup mengikuti standar kehidupan orang lain? Rasanya seperti terbebani bahkan suatu waktu ingin rasanya menyerah saja. Kalau begitu, mengapa tidak menyerah agar hidup terasa lebih ringan dan mudah?

Terkadang kita lupa bahwa sesungguhnya kita pantas bahagia. Membiarkan diri tenggelam dalam aturan-aturan yang justru membuat kita merasa terhimpit dan membiarkan orang lain memimpin sedang kita tidak menyukai itu.

Atau, lebih sering dalam hidup ini kita mengejar sesuatu hanya untuk membuktikan pada orang lain bahwasanya kita juga mampu dan berhak atas apresiasi serta pujian. Atau, kita terlalu keras pada diri sendiri dengan mengikuti serangkaian poin-poin sukses orang lain yang acapkali tidak setuju dan sejalan dengan kemampuan yang kita miliki.

Pernahkah terpikir, adakah rasa bahagia dan bangga akan hal-hal tersebut?

Sudah waktunya kita jalani kehidupan yang jauh lebih menyenangkan. Jika demikian, sudah waktunya juga bagi kita untuk melepaskan hal-hal berikut ini yang boleh jadi merupakan salah-satu cara menjemput kebahagiaan.

1. Berkumpul dengan orang-orang toxic

Photo by Pille Kirsi from Pexels

Photo by Pille Kirsi from Pexels via https://www.pexels.com

Berhenti berkumpul di kubangan orang-orang toxic atau orang-orang yang menanamkan “racun” dalam hidupmu. Tahukah kamu, toxic people bukan hanya orang-orang yang menginginkan kita jatuh, tetapi termasuk mereka yang sering mengelu-elukan kamu, mengangkatmu setinggi mungkin hingga kamu lupa bagaimana cara untuk berpijak lagi pada permukaan.

Nah, jika kamu ingin hidupmu sedikit ringan dan terlepas dari pujian-pujian yang menyesatkan, mulai dari sekarang kamu bisa mencoba menjauh dari orang-orang toxic di sekitarmu. Tidak perlu mengambil langkah besar, namun perlahan, agar kamu tidak terlalu ketahuan ingin menghindar.

2. Mengikuti standar hidup orang lain

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Ada yang pernah mengikuti standar kesukesan orang lain? Misal, usia sekian harus punya jet pribadi, rumah berlantai tiga, dan sebagainya? Padahal kita tahu betul kesuksesan tidak ditentukan dari seberapa banyak harta yang kita kumpulkan.

Atau, tidak diukur dari bagaimana kita mengikuti jejak orang lain, melainkan kesuksesan dapat terlihat dari bagaimana dan seberapa ulet dan giat kita dalam berusaha.

Kita harus ingat bahwasanya setiap bunga di sebuah taman mempunyai waktu berbeda untuk mekar. Dengan begitu, taman akan cantik dan indah juga masa bunga bermekaran pun akan bertahan lama.

Artinya, kita memiliki waktu berbeda-beda dalam mencapai kesuksesan, keberhasilan maupun kebahagiaan. Jadi, lepaskan standar yang kita terlanjur contoh itu dan mari buat standar diri kita sendiri.

3. Hidup dalam gengsi

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Photo by Andrea Piacquadio from Pexels via https://www.pexels.com

Menyicil rumah, menyicil mobil, menyicil baju dan tas bermerk untuk terlihat gaya, modis dan berkelas, padahal alasan utamanya adalah gengsi agar bisa tampak setara dengan teman-teman di lingkungan kerja atau teman-teman sosialita. Di sisi lain, penghasilan bulanan paspasan untuk makan dan memberi orangtua. Nah, jadi gimana?

Urusan gengsi memang berat, dituruti bikin kantong bolong tapi jika tidak dituruti disangka dompet kosong. Parahnya, kita terlanjur terjebak di antara orang-orang yang tidak mau tahu, tidak mau peduli karena yang terpenting adalah bergaya. Bukannya bikin happy, kita justru merana.

Gengsi itu memang ada, tapi tidak untuk dituruti semuanya. Hidup lebih sederhana mungkin bisa membuat hidup kita sedikit lebih tenang. Yang pasti tenang dari tagihan kartu kredit di muka bulan.

4. Haus apresiasi

Photo by Theo Decker from Pexels

Photo by Theo Decker from Pexels via https://www.pexels.com

Tanyakan pada diri kita, apa tujuan utama selama ini dalam mengejar karier, mengejar mimpi? Ingin hidup lebih bahagia atau haus akan sanjungan alias apresiasi?

Banyak di luar sana bekerja mati-matian untuk mendapatkan jabatan tertentu di perusahaan tempatnya bekerja, karena bukan sekadar memenuhi tanggung jawab tetapi haus mendapatkan pengakuan, pujian dan ingin sekadar dikatakan hebat. Padahal itu hanya sekadar kata-kata, yang entah esok lusa akan tetap bertahan atau berubah lagi kalimatnya.

Maka, bekerjalah dengan giat sesuai niat utama. Jika usaha dan pekerjaan kita mendapatkan pujian, jadikan motivasi untuk bisa mempertahankan kualitas atau bahkan memperbaikinya lagi. Jika dihadiahi posisi yang lebih tinggi, anggaplah itu bonus atas kerja keras selama ini.

5. Bersikap perfeksionis

Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels

Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels via https://www.pexels.com

Tidak ada salahnya bersikap perfeksionis, tapi harus tahu kapan dan di mana melakukannya. Kita tidak bisa melulu mengharapkan hidup ini sesuai dengan apa yang direncanakan, yang jika melakukan kesalahan maka dapat kapan saja di-reset untuk diulang.

Kita jalani saja hidup ini apa adanya, tentu dengan rencana-rencana. Tetapi kita harus paham betul bahwa rencana hanya rencana karena yang mengabulkannya adalah Tuhan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu ingin belajar menulis