Berusaha untuk Selalu Berpikir Positif Merupakan Toxic Positivity? Bahaya atau Tidak ya?

Akhir-akhir ini isu mengenai mental health menjadi topik yang ramai diperbincangkan. Hal ini tentu membuat banyak orang jadi memiliki kesadaran untuk lebih peduli dengan kesehatan mental diri. Pernyataan kesehatan mental ini terfokuskan dengan arti bahwa memiliki mental yang sehat dan berpikir positif akan membuat tubuh dan pikiran kita berfungsi dengan baik. Ketentraman emosional, psikologis, serta sosial termasuk bagian dari kesehatan mental. Salah satu hal yang dapat mengganggu kesehatan mental adalah toxic positivity.

Advertisement

1. Apa itu toxic positivity?

Photo by SHVETS production from Pexels

Photo by SHVETS production from Pexels via https://www.pexels.com

Toxic positivity adalah dorongan untuk selalu melihat sisi baik dari kehidupan dan berpikir positif tanpa mempertimbangkan perasaan lain yang dirasakan. 

Banyak orang beranggapan bahwa selalu berpikir positif akan membuat diri kita senang  dan siap menghadapi segala tantangan.

Advertisement

2. Salahkah untuk selalu berpikir positif?

Photo by JESSICA TICOZZELLI from Pexels

Photo by JESSICA TICOZZELLI from Pexels via https://www.pexels.com

Berusaha untuk selalu berpikir positif itu bukanlah hal yang salah untuk dilakukan, tetapi bukan sebuah keharusan yang wajib kita lakukan setiap saat karena segala sesuatu harus ada batasannya. Kita semua tahu segala hal yang berlebihan itu tidak selalu berujung baik. Demikian juga jika kita terlalu berlebihan dalam berpikir positif.

3. Bagaimanakah toxic positivity itu?

Instagram @biropsikologdinamis

Instagram @biropsikologdinamis via http://www.instagram.com

Beberapa kalimat dalam gambar diatas adalah contoh dari toxic positivity.

Tanpa sadar kita pernah mengucapkan kalimat tersebut kepada orang sekitar atau orang yang sedang dalam keadaan 'tidak baik-baik saja'. Walaupun kita berniat untuk mendukung, ternyata penyampaian yang kurang tepat dapat membuat orang tersebut kesal atau bahkan merasa bersalah.

Advertisement

4. Apakah toxic positivity berbahaya?

Dorongan untuk selalu berpikir positif setiap saat bisa menjadi hal yang bahaya untuk kesehatan mental kita. Berikut bahaya toxic positivity untuk kesehatan mental kita, yaitu

– Menimbulkan perasaan disalahkan
Ketika seseorang terus menerus mendapatkan petuah yang kesannya positif dari orang lain atas masalah yang sedang ia alami, maka ia akan berpikir bahwa emosi yang dirasakan adalah sesuatu yang salah. Saat seseorang mengalami kesulitan, ia perlu pengakuan bahwa emosi yang ia rasakan itu benar. Oleh karena itu, ia akan menceritakan masalah sekaligus emosi pada orang yang dipercaya agar merasa lebih lega. 

– Membuat seseorang menghindari emosi sesungguhnya 
Karena berpegang teguh dengan petuah yang kesannya positif, maka ia cenderung menutupi emosinya dan merasa seolah-olah dirinya dalam keadaan 'baik-baik saja'. Seseorang tersebut akan terus menghindari situasi yang membuatnya tidak nyaman dan akhirnya tidak berani untuk menghadapi situasi yang membuatnya tidak nyaman atau takut.

– Menimbulkan rasa tidak percaya diri
Toxic positivity yang seseorang lakukan pada diri sendiri akan membuatnya merasa malu karena ia berpikir bahwa dia selalu melakukan kesalahan. Dengan terus membohongi dan menyangkal emosi negatif yang ada pada diri sendiri seperti itu akan membuat seseorang merasa tidak percaya diri.

– Stress yang berkepanjangan
Perasaan menyangkal emosi negatif yang ada pada diri sendiri dan tidak mengekspresikannya menyebabkan pengelolaan terhadap stress menjadi buruk. Dan hal ini akan menyebabkan seseorang mengalami stress berkepanjangan. Jika emosi yang dirasakan tidak diekspresikan, maka sewaktu-waktu bisa meledak. Akibatnya, masalah akan semakin menumpuk dan memperburuk kondisi mental seseorang.

5. Lalu, bagaimana cara menghindar dari toxic positivity?

Photo by Ketut Subiyanto from Pexels

Photo by Ketut Subiyanto from Pexels via https://www.pexels.com

– Terima semua emosi yang dirasakan
Mengontrol satu persatu emosi yang diterima dan berusaha untuk tidak menolak emosi negatif yang sedang dirasakan. Hidup tidak hanya tentang bunga dan kupu-kupu indah. Namun, hidup juga tentang hujan badai yang diiringin pelangi indah.

Pernyataan tersebut mengartikan bahwa segala emosi negatif yang kita rasakan diumpakan seperti hujan badai. Setelah hujan reda, maka akan hadir sebuah pelangi indah dengan penuh warna sebagai penanda kebahagiaan atas keberhasilan kita mengontrol segala emosi dalam diri.

– Ekspresikan emosi melalui tulisan
Percayalah, menulis bisa menjadi salah satu alternatif yang bisa kita lakukan untuk mengekspresikan semua hal yang dirasakan tanpa harus takut dihakimi oleh siapapun.

– Menjadi pendengar yang baik
Terkadang ada orang yang ketika masalah sedang menyelimuti ia hanya butuh seseorang untuk mendengar keluh kesahnya tanpa berharap respon dari pendengar. Nah, ketika kita dipercayakan sebagai pendengar berusahalah untuk menjadi pendengar yang baik tanpa mengeluarkan respon yang justru bisa saja menjadi racun baginya.

Contoh respon yang bisa menjadi racun, yaitu 

“alah, baru segitu doang masalahnya. Masalah lu belum ada apa-apanya dibanding masalah yang gue hadapin. Masalah gue lebih parah dan berat dari pada lu. Dengerin gue nih ya, semua hal yang terjadi di dunia ini pasti ada alasannya. Berpikir positif ajalah. Santuy bro”

Ketika ingin memberikan respon cobalah untuk berpikir dan memilah kata yang tepat sesuai yang ia butuhkan dan tentunya dapat membantu membuatnya tenang atau mencari solusi bukan sibuk membandingkan permasalahan yang hanya akan memperkeruh keadaan. Contoh respon yang bisa kita berikan, yaitu

“Semua hal yang sedang kamu rasakan saat ini adalah bagian dari proses pendewasaanmu. Aku percaya kamu bisa melewati ini. Jika kamu butuh bantuan, aku disini siap untuk membantu”

6. Yuk lebih peduli dengan kesehatan mental kita!

Here and Now

Here and Now via http://id.pinterest.com

Dalam budaya toxic positivity keadaan mental yang kita alami seringkali ditutupi dengan senyuman palsu. Karena banyak orang yang mengabaikan penyakit mental dan penderitanya dianggap tidak ada energi positif dalam hidupnya.

Hal ini menyebabkan kita  yang seharusnya mencari bantuan malah memilih untuk mengubur masalah yang dialami dan membiarkannya semakin parah. Budaya toxic positivity ini harus dihentikan.

Cobalah untuk memulai dari diri sendiri. Ketika sedang dalam kondisi 'tidak baik-baik saja' terimalah emosi atau perasaan negatif yang sedang dirasakan. Ibaratnya seperti terseret arus, insting akan melawan kita sampai kelelahan dan tenggelam.

Setiap manusia memiliki emosi yang berbeda-beda. Ketika kamu menghadapi teman yang sedang mengalami masalah. Cobalah untuk memperhatikan dan mendengarkan emosi yang ia alami, lebih baik akui perasaan mereka daripada menyuruh mereka untuk melupakannya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE