Bukan Hanya Orang Dewasa, Ternyata Anak Juga Sudah Punya Bahasa Cinta

Bahasa Cinta Anak

Setiap anak memiliki preferensi yang berbeda dalam menerima bentuk perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. Sama dengan orang dewasa ada lima bahasa cinta yang cocok untuk anak. Jika orang dewasa yang sudah bisa menentukan sendiri bahasa cinta mana yang paling sesuai untuk dirinya, anak-anak perlu menerima cinta dalam kelima bahasa cinta dari orang tuanya, agar orang tua perlahan-lahan mengerti tentang preferensi bahasa cinta anak.

Sesuai dengan teori dalam buku The 5 Love Languages of Children yang ditulis oleh Gary Chapman, Ph.D., ada lima bahasa cinta anak yaitu : art of service (anak kita layani), word of affirmation (pujian), gift (hadiah), quality time, dan sentuhan fisik.

Langkah awal untuk mengidentifikasi bahasa cinta anak adalah memperhatikan bagaimana anak menunjukkan cinta kepada orang tua. Sama seperti dengan orang dewasa, kita cenderung untuk menawarkan kasih sayang dengan cara yang kita inginkan untuk menerimanya.

Advertisement

1. Art of service (anak kita layani)

Ibu membantu anak mengikat sepatu

Ibu membantu anak mengikat sepatu via https://www.pexels.com

Jika anak suka meminta tolong orang tua mengambilkan mainannya, mengikat tali sepatunya, atau membantu memperbaiki mainan yang rusak terus menerus, mungkin anak memiliki preferensi bahasa cinta art of service. Mungkin kita sebagai orang tua seringkali lelah merasa menjadi ‘pembantu’ anak terus menerus atau malah melabeli anak dengan predikat manja karena suka minta tolong terus menerus. Sadari, mungkin ini adalah cara sederhana anak untuk minta dicintai sesuai dengan preferensi bahasa cintanya.

Orang tua tetap bisa menunjukkan bahasa cinta art of service ke anak, tanpa membuat mereka menjadi tergantung dan tidak mandiri. Tindakan art of service terbaik yang bisa diberikan ke anak adalah proses membimbing anak dan mengajari sesuatu step by step sambil terus mendorong anak menjadi mandiri. Jika anak sudah bisa berkegiatan mandiri tetapi selalu ingin minta tolong, tetap katakan tidak namun temani  dan dorong anak dalam menyelesaikan kegiatan tersebut secara mandiri.

Advertisement

2. Word of affirmation (pujian)

Ibu yang sedang berkomunikasi dengan anak perempuannya

Ibu yang sedang berkomunikasi dengan anak perempuannya via https://www.pexels.com

Jika anak seringkali berkata I love you, ibu atau papa adalah papa terhebat di dunia, disaat yang tidak terduga, bisa jadi bahasa cinta anak adalah word of affirmation atau pujian. Orang tua bisa mengekspresikan bahasa cinta lewat gestur sederhana, seperti memberikan catatan kecil bertuliskan I love you, nak di kotak makan anak, atau memberikan stempel anak baik setiap anak berhasil menyelesaikan pekerjaan rumah.

Hindari untuk mengatakan hal-hal seperti ini, “Kalau kamu tidak membereskan mainanmu sendiri, nanti ibu tidak sayang kamu lagi.” Atau kalimat-kalimat sejenis lainnya. Ini bisa mematahkan hati anak dan menganggap bahwa orang tua mencintai anak dengan syarat. Jika ingin menyuruh anak membereskan mainan, jangan jadikan kata-kata pujian sebagai jaminannya.

3. Gift (hadiah)

Advertisement
Ayah memberikan kado pada anak perempuannya

Ayah memberikan kado pada anak perempuannya via https://www.pexels.com

Jika anak suka memberikan bunga pada ibu saat pulang dari nature walk dipagi hari, atau suka membagikan makanan ke teman-teman bermainnya, bisa jadi bahasa cinta mereka adalah gift atau hadiah. Biasanya anak-anak ini akan selalu menyukai ulang tahun, karena mereka akan mendapatkan banyak hadiah. Anak-anak akan mengingat dari siapa kado-kado tersebut bahkan sampai bertahun-tahun kemudian.

Tidak melulu soal memberikan hadiah berupa mainan, orang tua bisa dengan mudah memberikan gift lewat stiker anak baik atau stiker bintang yang dipajang di papan tulis anak atau dengan memajang hasil karya seni anak di magnet kulkas. Dengan cara-cara sederhana itu, anak-anak juga sudah sangat merasa dicintai tidak perlu hadiah yang mahal-mahal.

4. Quality Time

Seorang ayah sedang membacakan buku untuk anaknya

Seorang ayah sedang membacakan buku untuk anaknya via https://www.pexels.com

Anak-anak ini sangat merasa dicintai ketika orang tua hadir bersama mereka. Jika anak-anak suka berkata, “Coba lihat ini, Ma!” atau, “Ayo temani aku main, Pa,” bisa jadi bahasa cinta anak adalah quality time.

Untuk menunjukkan cinta kepada anak, bukan hanya lewat kehadiran raga orang tua di sekitar anak, namun dengan benar-benar hadir bersama anak, mengajak bermain, dan memberikan perhatian penuh ke anak. Setiap anak membutuhkan quality time yang rutin bersama orang tuanya (ayah sendiri, ibu sendiri). Menurut penelitian, 10-15 menit memfokuskan waktu bersama anak dan berkomunikasi dengan mereka tanpa distraksi sudah cukup untuk memenuhi tangki cinta anak.

Ketika anak melakukan kesalahan, hindari untuk menghukum anak dengan mengurung mereka di kamar, atau mengisolasi mereka dari orang tua. Itu akan menyakiti hati anak dan timbul anggapan anak bahwa mereka tidak cukup berarti untuk orang tua.

5. Sentuhan fisik

Ibu yang memeluk erat anaknya

Ibu yang memeluk erat anaknya via https://www.pexels.com

Jika anak suka datang memeluk dan minta digendong, suka sekali digandeng, dan suka menempel-nempelkan badannya ke orang tua saat mau tidur, bisa berarti bahasa cinta yang mereka inginkan adalah sentuhan fisik. Dengan berlaku demikian, mereka sedang menunjukkan sinyal bahwa tangki cintanya perlu diisi lebih banyak.

Tunjukkan cinta kepada anak lewat banyak sentuhan, seperti membelai rambut anak ketika anak merasa sedih, memeluk anak sepulang sekolah, membelai punggung anak ketika sakit, dan juga menggandeng anak saat berjalan. Hindari menghukum anak dengan cara menolak menggandeng anak dan meninggalkan anak di tempat umum, karena hal itu bisa melukai hati anak dan membuatnya merasa tidak berharga.

 

Itulah tadi kelima bahasa cinta yang bisa orang tua amati pada anak. Meski pada akhirnya sudah mengetahui preferensi bahasa cinta anak, orang tua tetap diajak untuk menunjukkan ekspresi mencintai lewat kelima bahasa tersebut, karena memang anak tetap membutuhkannya. Namun jika ada penolakan dari anak, misalnya anak tidak nyaman digandeng, maka biarkan anak berjalan sendiri, no means no. Hal ini mendorong anak untuk mengenal batasan dan merasa punya kendali pada dirinya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menulis karena hobi. Menulis karena ingin berbagi.

CLOSE