Cara Gampang Nulis buat Pemula, Dari Rasa Jadi Kata

Siapa bilang menulis itu sulit? Jika banyak yang membuat suatu tetapan atau standar dalam menulis, menurut aku enggak semua itu harus dilakukan, lho! Cara menulis itu enggak baku harus seperti ini atau itu. Ia fleksibel, tergantung dari preferensi masing-masing.

Nah, di sini aku ingin sharing tentang caraku menulis selama ini dan darimana ide itu didapat.
Yuk dicek, siapa tahu bisa dijadikan referensi bagi teman-teman yang mau dan suka menulis!

1. Tentang Ide

Advertisement

Nah, untuk poin pertama ini sederhana saja. Aku biasanya mendapat ide dari cerita keseharianku. Rasa senang, sedih, ataupun kesal yang aku alami itu bisa dijadikan semacam ‘nyawa’ untuk menulis. Jadi ketika emosi itu meluap, aku berusaha menuangkannya dalam bentuk tulisan, entah itu puisi atau cerpen.

Bagiku, rasanya sama seperti menulis buku harian. Namun, tentunya bukan cerita asli yang aku tuangkan, melainkan harus dimodifikasi. Bahkan terkadang setelah membaca buku atau menonton film, aku suka menulis reviewnya untuk dibagikan ke teman-temanku sebagai referensi, hihi.

Intinya, tulislah apapun yang disukai dan secepatnya ketika ide itu masih ‘hangat’.

Advertisement

2. Kapan Waktu yang Tepat?

Secepatnya! Ketika ide itu muncul, aku berusaha untuk langsung menuliskannya, entah itu langsung full kutulis atau garis besarnya saja. Terlebih jika memang ide itu berasal dari emosi yang tengah kualami, wah, langsung saja kutuliskan itu semua untuk meredam emosiku.

Setelah reda, tentunya tulisan itu harus disunting lebih dulu karena itulah saat-saat dimana emosi tidak seimbang dengan logika. Namun percayalah, rasanya akan menyenangkan sekali karena bisa menyalurkan emosi ke hal yang produktif.

Advertisement

Untuk waktu dalam artian yang ‘sebenarnya’, aku pribadi lebih memilih pagi atau malam hari. Di saat inilah biasanya aku memiliki waktu senggang. Terlebih lagi suasananya masih sunyi, memudahkan diri untuk konsentrasi menulis!

Namun pada akhirnya semua kembali pada mood saat itu juga, sih. Kapanpun keinginan menulis itu ada, langsung lakukan saja!

3. Pemilihan Lokasi

Aku sangat suka menulis di kamarku sendiri. Aku dan kamarku itu seperti tak terpisahkan, deh! Belajar, mengerjakan tugas, bahkan menulis pun aku lebih memilih untuk melakukannya di dalam kamar.

4. Mood Naik Turun, Harus Bagaimana?

Nah, untuk persoalan ini, aku sendiri bingung juga sebenarnya, wkwk. Aku enggak bisa menulis kalau memang mood-nya enggak ada. Intinya, aku berusaha untuk enggak memaksakan diri karena akan berdampak pula pada tulisanku nanti.

Lain halnya jika aku mencoba untuk ikut suatu lomba yang tentu ada tenggat waktunya. Saat itulah aku selalu berusaha meyakinkan diri sendiri kalau aku ingin melakukannya dan aku pasti bisa. Afirmasi itulah yang selalu aku coba tanamkan ketika mood mulai turun dan sebagian besar berhasil!

Terkadang aku juga mencoba untuk membangun mood lewat lagu sebagai sampingan dalam menulis. Misalkan suasana ceritanya sedih maka lagu yang kuputar pun mellow. Hal itu juga lumayan berhasil membangun mood-ku dalam menulis.

5. Buku Adalah Sebenarnya Guru

Lho, apa maksudnya? Maksudnya adalah untuk membaca sebanyak-banyaknya buku yang ada. Dari bacaan yang ada, aku secara tidak sadar bisa lebih memperkaya kosakata, cara merangkai paragraf, hingga teknik menulis tanpa harus mencari tahu caranya secara baku atau resmi.

Aku pribadi amat menggemari buku-buku Tere Liye. Bahasanya baku namun lugas sehingga mudah dimengerti. Tema yang diangkat pun juga enggak biasa. Seluruh genre bak sudah pernah disentuhnya. Intinya, carilah bacaan yang menarik hati masing-masing untuk dijadikan referensi.

Bagaimanapun juga, buku adalah guru. Buku juga adalah jendela dunia. Jika senang membaca, secara enggak langsung akan termotivasi pula untuk menulis. Namun, ada hal yang harus diperhatikan juga, yaitu pelajari apa yang harus dipelajari.

Maksudnya adalah jika kita memang ingin pandai menulis esai, perbanyak membaca contoh-contoh esai yang sudah ada. Jika ingin pandai menulis cerpen, perbanyak membaca cerpen yang ada. Begitu kira-kira maksudnya.

6. Selanjutnya Apa?

Langkah Selanjutnya

Langkah Selanjutnya via http://colourbox.com

Tahapan selanjutnya adalah mencari tahu untuk apa dan siapa tulisan ini dibuat. Jika memang ditujukan untuk mengikuti lomba, selalu perhatikan setiap ketentuan yang ada agar tidak mengurangi poin penilaian. Lebih lanjut, jangan lupakan tenggat waktunya dan bulatkan tekad!

Aku pernah ingin ikut suatu lomba, tapi justru hanya jadi wacana saja karena terlalu santai sampai akhirnya lewat tenggat waktu. Jadilah aku batal ikut lomba tersebut.

Oh, ada satu hal lagi yang sebetulnya tergantung masing-masing orang. Aku pribadi berusaha bungkam kalau aku ikut lomba, bahkan ke keluargaku sendiri. Aku baru akan memberi tahu jika naskahnya sudah kukirim ke panitia lomba. Unik memang.

Namun berdasarkan pengalaman, aku justru malah batal ikut suatu lomba jika kuberi tahu pada seseorang. Sebetulnya intinya enggak usah banyak bicara, deh, langsung saja dilakukan!

Lain halnya jika tulisan itu ditujukan untuk kalangan pribadi. Misalkan memang sebagai wadah meluapkan emosi semata juga enggak masalah. Simpan saja tulisan tersebut untuk kemudian dibaca sendiri di lain hari atau bahkan disunting untuk kemudian dipublikasikan di blog.

Seperti yang sudah disinggung di poin sebelumnya, rasanya akan menyenangkan sekali ketika emosi disalurkan ke hal yang produktif!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE